Kamis, 26 Februari 2009
Hanya Engkau
hanya Engkau saja yang kupilih,
Apakah Engkau akan membiarkanku
duduk bersedih?
Hatiku bagaikan pena,
dalam genggaman tanganmu.
Engkaulah sebab gembiraku,
atau sedihku.
Kecuali yang Engkau kehendaki,
apakah yang kumiliki?
Kecuali yang Engkau perlihatkan,
apakah yang kulihat?
Engkaulah yang menumbuhkanku:
ketika aku sebatang duri,
ketika aku sekuntum mawar;
ketika aku seharum mawar,
ketika duri-duriku dicabut.
Jika Engkau tetapkan aku demikian,
maka demikianlah aku.
Jika Engkau kehendaki aku seperti ini,
maka seperti inilah aku.
Di dalam wahana,
tempat Engkau mewarnai jiwaku,
siapakah aku?
apakah yang kusukai?
apakah yang kubenci?
Engkaulah yang Awal,
dan kiranya, Engkau
akan menjadi yang Akhir;
jadikanlah akhirku lebih baik,
daripada awalku.
Ketika Engkau tersembunyi,
aku seorang yang kufur;
Ketika Engkau tampak,
aku seorang yang beriman.
Tak ada sesuatupun yang kumiliki,
kecuali yang Engkau anugerahkan;
Apakah yang dapat kusembunyikan dari-Mu,
di dalam hati atau perbuatanku?
Sumber:
Rumi: Divan-i Syamsi Tabriz no 30
Terjemahan ke Bahasa Inggris oleh Nicholson
Selasa, 24 Februari 2009
Matilah Sebelum Engkau Mati
Matilah sebelum engkau mati:’
“Wahai sahabat, matilah sebelum engkau mati,
jika yang paling engkau kehendaki adalah hidup;
karena dengan mati seperti itu, Idris, as,
lebih dulu menjadi seorang penghuni al-Jannah,
daripada kita semua.”]
Engkau telah banyak menderita,
tetapi engkau masih tetap terhijab,
karena
kematian itu suatu pokok yang mendasar,
dan
engkau belum mencapainya.
Deritamu tidak akan berakhir sampai engkau mati:
engkau tidak dapat menjangkau atap
tanpa
menyelesaikan tangga panjatan.
Walau hanya tersisa dua buah
dari seratus anak-tangga,
sang pemanjat yang telah keras berjuang
tetap terhalang dari menjejakkan kaki di atas atap.
Walau tambang hanya kurang satu dari seratus depa,
bagaimanakah caranya air-sumur masuk ke dalam timba.
Wahai pejalan, takkan pernah kau alami
kehancuran kapal keberadaan-diri ini,
sampai
engkau meletakkan pemberat terakhir.
Ketahuilah pemberat terakhir itu sangatlah pokok,
ia bagaikan bintang yang menembus,
yang muncul pada malam hari: [1]
ia menghancurkan kapal
yang penuh ide-jahat
dan kesalahan ini.
Kapal bangga-diri ini,
ketika ia sepenuhnya hancur,
menjadi matahari di tengah lengkung biru al-Jannah.
Selama engkau belum mati,
deritamu akan terus berkepanjangan:
engkau akan dipadamkan manakala fajar merekah,
wahai lilin dari Thiraz!
Ketahuilah, Matahari dari alam ini tetap tersembunyi
sampai bintang-bintang kita tertutup.
Gunakanlah tongkat itu kepada dirimu-sendiri:
hancurkanlah cinta-dirimu,
karena mata jasmaniah ini
bagaikan sumbat
pada pendengaranmu.
Engkau tengah menggunakan tongkat itu
kepada dirimu-sendiri,
wahai manusia rendah:
cinta-diri ini adalah bayangan dari
dirimu-sendiri
dalam cermin dari tindakan-tindakan-Ku.
Engkau telah melihat bayangan dari dirimu-sendiri
dalam
cermin dari bentuk-Ku,
dan telah meradang,
ingin menempur dirimu-sendiri,
Bagaikan singa yang terjun ke dalam sumur;
karena menyangka bayangan dirinya-sendiri
adalah musuhnya.
Tidak diragukan lagi, ketiadaan (‘adam)
adalah lawan
dari keberadaan (wujud),
maksudnya adalah agar dari lawannya ini,
engkau memperoleh sedikit pengetahuan
tentang hal yang sebaliknya.
Pada saat ini tidak ada sarana
yang menyebabkan diketahuinya Tuhan,
kecuali dengan penyangkalan kebalikan:
dalam kehidupan kini
tiada saat yang tanpa jebakan.
Wahai pemilik kesejatian,
jika engkau menginginkan tersingkapnya
hijab al-Haqq: pilihlah kematian,
dan robeklah hijab.
Bukanlah ini kematian yang kemudian membawamu
ke dalam kubur; melainkan suatu kematian berupa
transformasi jiwa,
sehingga ia akan membawamu ke dalam suatu Cahaya.
Ketika seseorang beranjak dewasa,
masa kanak-kanaknya mati;
ketika dia tumbuh putih seperti orang Yunani,
ia menanggalkan celupan hitamnya
yang bagaikan orang dari Afrika.
Ketika bumi menjadi emas,
tiada tertinggal unsur kebumiannya;
ketika sedih menjadi gembira,
duri kesedihan tiada tersisa.
Karenanya, Sang Mustafa bersabda:
“Wahai pencari rahasia-rahasia,
jika engkau hendak melihat orang mati yang hidup,
Yang berjalan-jalan di atas bumi,
seperti orang yang masih hidup,
namun dia telah mati dan jiwanya telah pergi
ke al-Jannah;
Orang yang saat ini jiwanya memiliki kedudukan
yang tinggi--ketika ajalnya tiba--tidaklah jiwanya
dipindahkan.
Karena jiwanya telah dipindahkan sebelum mati:
rahasia ini hanya dimengerti dengan mengalami kematian,
bukannya dengan menggunakan nalar seseorang;
Tetaplah itu sebuah pemindahan, tetapi tidak sama
dengan pemindahan jiwa-jiwa dari mereka yang rendah:
itu mirip dengan suatu perpindahan dalam hidup ini,
dari suatu tempat ke tempat lain.
Jika ada yang ingin melihat seseorang yang telah mati,
tapi masih tampak berjalan di bumi,
Biarkanlah dia memperhatikan Abu Bakar,
sang shalih, yang dengan menjadi seorang saksi
yang shiddiq, menjadi Pangeran Kebangkitan. [2]
Dalam hidup kebumian kini,
tataplah sang shiddiq,
sehingga engkau jadi lebih yakin tentang Kebangkitan.”
Karena itulah, Muhammad merupakan
seratus kebangkitan jiwa: di sini dan kini;
sebab terlarutkan dia dalam kematian,
dari kehilangan dan keterikatan sementara.
Ahmad itu lahir dua-kali di alam ini:
dia memanifestasi dalam seratus kebangkitan.
Mereka bertanya kepadanya mengenai Kebangkitan:
“Wahai (engkau yang adalah) Sang Kebangkitan,
berapa jauhkah jalan menuju Kebangkitan?”
Dan sering dia akan berkata, dengan kefasihan bisu:
“Adakah seseorang menanyakan (kepadaku, yang adalah)
Sang Kebangkitan,
mengenai Kebangkitan?”
Oleh karenanya,
Sang Rasul yang membawa kabar-kabar gembira berkata,
dengan penuh-makna: “Matilah sebelum engkau mati,
wahai jiwa-jiwa mulia,
Seperti aku telah mati sebelum mati,
dan membawa dari Sana kemasyhuran
dan keterkenalan ini.”
Sebab itu,
jadilah kebangkitan dan,
dengan demikian,
lihatlah kebangkitan:
menjadi kebangkitan adalah syarat
yang diperlukan
agar dapat melihat segala sesuatu
sebagaimana adanya.
Sampai engkau menjadi hal itu,
tidaklah akan engkau ketahui dengan sempurna,
apakah hal itu terang atau gelap.
Jika engkau menjadi ‘Aql,
engkau akan mengetahui ‘Aql dengan sempurna;
jika
engkau menjadi Cinta,
akan engkau ketahui nyala sumbu Cinta.
Akan aku nyatakan dengan jelas
bukti dari pernyataan ini,
jika ada pengertian yang tepat untuk menerimanya.
Buah-ara mudah diperoleh di sekitar sini,
jika ada burung pemakan buah-ara yang mau bertamu.
Semua orang, lelaki maupun perempuan,
di seluruh alam,
tiada hentinya dalam sekarat,
dan tengah mati.
Anggaplah kata-kata mereka sebagai wasiat
kepada anaknya,
yang disampaikan seorang ayah pada saat seperti itu.
Sehingga dengan demikian,
semoga tumbuh
di hatimu pertimbangan dan belas-kasih,
supaya akar kebencian dan kecemburuan
serta permusuhan dapat tercabut.
Pandanglah sesamamu dengan cara demikian,
sehingga terbakarlah hatimu dengan belas-kasih,
bagi sekaratnya.
“Semua yang mesti datang, akan datang:”
anggaplah dia sudah datang di sini dan kini,
anggaplah sahabatmu sedang sekarat dan tengah mati.
Dan jika ada kehendak yang mementingkan diri-sendiri
menghalangimu dari pandangan seperti ini,
buanglah kehendak seperti itu dari dadamu;
Dan jika engkau tidak-mampu,
janganlah
terus berdiam-diri
dalam keadaan tidak-mampu itu:
ketahuilah bersama dengan setiap ketidak-mampuan
terdapat
Yang-Membuat-tidak-mampu.
Ketidak-mampuan itu adalah sebuah belengu:
Dia mengikatmu dengannya,
engkau harus membuka
matamu
untuk menatap Dia yang mengikatkan belengu.
Karenanya, bermohonlah dengan rendah-hati,
katakanlah:
“Wahai Sang Pemandu kehidupan,
sebelumnya aku merdeka,
dan kini aku terjatuh dalam keterikatan;
gerangan apakah sebabnya?
Telah lebih keras dari sebelumnya
kutapakkan kakiku pada kejahatan,
karena Engkaulah Sang Maha Kuasa,
dan aku senantiasa berada dalam kerugian.
Selama ini aku tuli kepada seruan-Mu:
seraya mengaku-aku diri seorang penghancur berhala,
padahal sesungguhnya aku adalah
seorang pembuat berhala.
Apakah lebih pantas bagiku merenungkan
tentang karya-karya-Mu atau tentang kematian?
(Tentang kematian): Kematian itu bagaikan musim-gugur,
dan
Engkau adalah (akar yang merupakan)
sumber dari dedaunan.”
Telah bertahun lamanya,
kematian ini memukul-mukul genderangnya,
(tetapi hanya ketika) telah terlambat telingamu
tergerak mendengarkan.
Dalam kesakitannya (manusia yang lalai)
menjerit dari kedalaman jiwanya:
“Wahai, aku tengah sekarat!”
Apakah baru sekarang ini,
Kematian membuatmu sadar akan kehadirannya?
Tenggorokan kematian serak
karena teriakan-teriakannya;
genderangnya robek karena kerasnya pukulan-pukulan
yang diterimanya.
Tetapi engkau menghancurkan dirimu sendiri
dalam remeh-temeh: baru kini engkau
menangkap rahasia kematian.
Catatan:
[1] "Demi langit dan demi thariq
Tahukah engkau apa thariq itu?
Bintang yang menembus".
(QS ath-Thariq [86]: 1 - 3)
[2] Dalam Ihya al-Ghazali, dituliskan,
Saat diturunkan ayat “... orang-orang yang dilapangkan dadanya
untuk berserah diri lalu ia menerima cahaya dari tuhannya....”
(QS
Az Zumar [39]: 22);
Rasulullah saw, menerangkan:
“Apabila cahaya Allah telah memasuki qalb maka dadapun
menjadi lapang dan terbuka ...”
Seorang sahabat bertanya,
“Apakah yang demikian itu ada tanda-tandanya,
ya ... Rasulullah ?” Rasulullah
menjawab,
“Ya, orang-orang yang mengalaminya lalu merenggangkan
pandangannya
dari negeri tipuan (dunia) dan bersiap menuju
ke negeri abadi (akhirat) serta
mempersiapkan diri
untuk mati sebelum mati.”
Sumber:
Rumi: Matsnavi, III: 4571 - 4601,
terjemahan ke Bahasa Inggris oleh Nicholson
terjemahan ke Bahasa Indonesia oleh ngRumi.
Minggu, 22 Februari 2009
Ketika Diusung Kerandaku
Semuanya Beringsut dengan Enggan di Sepanjang Jalan ini, Kecuali ...
dalam berdebat karena keagungan pencapaian mereka;
Karena sempurnanya kehati-hatian mereka
dan menganggap rendah diri sendiri,
bukan karena lemah-akal, pengecut atau lemah-iman.
Dengan memberikan keuntungan kepada lawan mereka,
Maka, tidak menyentuh kaum kafir yang tercela itu
Bacalah kisah perjanjian Hudaibiya: "... adalah Dia yang
Bahkan dalam kemenangan, sang Nabi SAW memandang
(Beliau SAW bersabda,) "Bukanlah aku tertawa karena aku
Bayangkan, kami menggiringmu dalam ikatan,
Setiap pengembara buta, yang berbudi atau jahat;
Dia menyeretnya, dibelengu rantai,
menuju ke Hadirat-Nya.
Semuanya beringsut dengan enggan di sepanjang jalan ini,
kecuali mereka yang akrab dengan rahasia-rahasia
Engkau mengajak anak-anakmu ke sekolah dengan paksa,
Tetapi ketika sang anak menjadi sadar akan manfaat itu, dia
berlari ke sekolah: jiwanya mengembang-riang ketika berangkat.
Semula sang anak pergi ke sekolah dengan tertekan, karena
dia tidak melihat sedikitpun ganjaran bagi usahanya itu.
Ketika dimasukkan ke dompetnya sedikit upah bagi usahanya
Berjuanglah, agar ganjaran kepatuhan kepada-Nya
Perintah “datanglah dengan terpaksa” ditujukan kepada
Adapun yang pertama, mencintai Tuhan demi suatu
tanpa kepentingan diri-sendiri.
mencintai Juru-rawat hanya demi susu;
sementara yang satunya lagi mempersembahkan hatinya
kepada Yang-Maha-Tersembunyi.
“Bayi” tidak mengenal kecantikan-Nya;
dia tidak menginginkan dari-Nya kecuali susu semata;
Sementara pecinta sejati juru-rawat tidak memementingkan
Jadi, yang mencintai Tuhan demi suatu harapan
Sementara yang mencintai Tuhan hanya demi diri-Nya,
Apakah seseorang itu termasuk jenis yang pertama
atau yang ke dua, sejauh dia seorang pencari Tuhan,
Apakah pencari Tuhan itu mencintai-Nya demi sesuatu
Atau mencintai Tuhan hanya demi diri-Nya,
agar tidak terpisah dari-Nya?
Catatan:
[2] QS [48]: 24
[3] QS [10]: 62
Terjemahan ke Bahasa Inggris oleh Nicholson
Jumat, 13 Februari 2009
Mencintai Pasangan
Sebenarnya,
tidak ada pencinta yang mencari penyatuan,
tanpa yang-dicintainya mencarinya.
Sementara cinta dari sang pencinta
membuatnya sekurus tali-busur,
maka cinta dari yang-dicintai
membuatnya indah dan segar.
Ketika kilat cinta bagi yang-tercinta
ada cinta dalam hati yang-itu.
Ketika cinta kepada Tuhan
telah nyaring berbunyi di hatimu,
tak pelak lagi, Tuhan telah mencintaimu.
Tiada suara tepukan bisa terdengar
hanya dari sebelah tangan.
Ketika orang yang haus mengeluh:
Wahai air yang lezat...
Air pun mengeluh, seraya bertanya:
Dimanakah sang peminum air?
adalah ketertarikan yang ditaruh disitu oleh Sang Air:
kita adalah milik-Nya, dan Dia adalah milik kita.
membuat kita, satu sama lain,
adalah pencinta.
semua unsur dalam semesta berpasangan,
dan saling mencintai satu sama lain.
menginginkan pasangannya,
langit adalah lelaki dan bumi adalah perempuan:
apa pun yang ditanamkan langit,
maka langit mengirimkannya;
langit menganugerahkannya.
mengandung kesegaran;
melayangkan awan,
adalah sumber panas matahari;
memerah panas semua bagiannya,
dalam semesta Waktu,
bagi kepentingan sang istri;
yang mengurus rumah-tangga:
sebagai makhluk berakal,
makhluk-makhluk berakal.
tidak merasakan kemanisan satu dari yang lainnya,
maka mengapakah mereka merayap-bersama
bagaikan pasangan?
bagaimana mawar dan bunga arghawan tumbuh?
Apa jadinya, kemudian,
dengan air dan kehangatan dari langit?
kepada lelaki adalah demi tujuan:
agar mereka dapat menyempurnakan
karya satu sama lain.
di dalam diri lelaki dan perempuan
agar semesta dilestarikan oleh penyatuan ini.
kepada bagian lainnya:dari penyatuan keduanya,
karya kelahiran dihasilkan.
tetapi sebenarnya dalam kesepakatan.
bagai terikatnya kerabat,
Engkau adalah golonganku,
dan dari air itu.
sungguhpun, seperti engkau,
akupun lelah oleh perpisahan ini.
seraya berkata: Wahai air,
kembalilah kepada kami dari pengasinganmu.
yang tarik-menarik tanpa tali.
berpisah satu dari yang lain.
Elemen-elemen ini bagaikan empat ekor burung
yang kaki-kakinya diikat jadi satu:
kematian dan penyakit melepaskan kaki mereka.
Ketika kematian saling melepaskan kaki mereka
dari ikatan dengan yang lain,
Tarikan sumber dan turunannya ini
terus menerus menanamkan kesakitan
pada tubuh kita.
Kasih-sayang Tuhan mencegah mereka
dan menyatukan mereka
Wahai bagian-bagian,
mencari penyatuan dengan sumbernya,
maka bagaimanakah keadaan jiwa,
Wahai bagian kebumianku yang rendah,
bagi tetumbuhan hijau dan aliran air,
bagi Kehidupan dan Yang Maha-Hidup,
dan sarana untuk mendapatkan keperluannya.
"Dia mencintai mereka,
maka tiada ujungnya: Matsnawi ini
bisa sampai delapan puluh jilid.
ketika sesuatu mencari,
mencintai semua yang belum memperoleh obyek-kehendak itu.
mengikatkan diri pada obyek itu, sementara yang dikehendaki
terus menarik mereka;
ketika kehendak para pencinta membuat mereka kurus,
membuat mereka cantik dan indah.
dengan penampilan bagaikan tidak-memerlukan-apapun; sementara sang jerami
Sumber:
Rumi: Matsnawi III: 4393 - 4447
Terjemahan ke Bahasa Inggris oleh Nicholson.
Jumat, 06 Februari 2009
Mari Bermohon Agar Dianugerahi Adab
agar Tuhan menolong kita mengendalikan diri:
dijauhkan dari karunia Rabb.
tidak hanya merusak dirinya sendiri,
tanpa diupayakan,
—yang berwajah bagaikan rembulan—
dan kacang adasnya?” [1]
adalah beban menanam dan berpeluh
dengan beliung dan sabit.
dan kelimpahan dari langit.
dan bagaikan pengemis,
dengan berkata, “Ini akan terus berlangsung
dan tak akan menghilang dari muka bumi.”
di meja Yang Maha Agung
sungguh tidak bersyukur.
gerbang rahmat tertutup bagi mereka.
tiada awan-hujan muncul;
wabah menyebar ke segala penjuru.
yang menimpamu, itu akibat dari ketidak-sopanan
dan keangkuhanmu.
adalah seorang penyamun yang merampok manusia;
Langit ini dipenuhi cahaya;
para malaikat menjadi tak-tercela dan suci.
matahari mengalami gerhana,
terdepak dari pintu. [2]
[1] QS [2]: 61.
[2] QS [17]: 61 - 63.
Sumber:
Rumi: Matsnavi I: 78 - 92.
Terjemahan ke Bahasa Inggris oleh Nicholson.