Sabtu, 12 Desember 2009

Wahai Pencari yang Haus, Kemarilah

Waktu terbatas; air yang melimpah
mengalir menjauh. [1]

Minumlah, sebelum engkau pecah,
berkeping-keping. [2]

Ada sebuah aliran yang sangat terkenal,
penuh dengan Air Kehidupan. [3]

Reguklah Air itu, agar engkau bisa berbuah. [4]

Minumlah Air Khidr a.s, dari sungai sabda
para Waliyullah: wahai pencari yang haus, kemarilah! [5]

Bahkan jika tak engkau lihat aliran itu,
dengan ketrampilan layaknya seorang yang buta,
bawalah cangkirmu ke sungai itu, dan isilah. [6]



Catatan:
[1] Waktu di alam dunia bagaikan terbang. Kesempatan terbatas.
Ketika ada kesempatan langka berjumpa seorang Guru Sejati,
banyak orang yang menyia-nyiakannya dengan menanyakan
hanya masalah duniawi. Padahal raga sangat pendek
usia pakainya.

[2] Tanpa jiwa yang dibangkitkan kembali dengan Air Kehidupan,
yang tegak dari manusia hanyalah raganya, yang terbentuk dari
"tanah liat kering dari lumpur hitam" (QS [15]: 26).

[3] 'Air Kehidupan,' "yang tawar lagi segar" (QS [25]: 53)
membasuh, mentahirkan, 'menghidupkan kembali' jiwa yang
semula bagaikan mati, terkubur aneka-ragam kesibukan
yang semata ragawi (QS [102]: 1 - 2).

[4] Buah diri sejati merupakan ciri pokok 'Pohon yang Baik'
(QS [14]: 24).

[5] Pencari sejati senantiasa berharap agar suatu saat jiwanya
dapat mencapai tempat dimana Khidr a.s menunggu,
"majma'al-bahrain" (QS [18]: 60).

[6] Persembahkanlah keseluruhan dirimu; seadanya, apa adanya.


(Rumi: Matsnavi, III no 4300 - 04, terjemahan ke Bahasa Inggris oleh Nicholson)