Kamis, 30 Desember 2010

Kedai Ilmu

Ilmu biasa, hasil belajar,
selalu untuk dijual,
ketika ditemukannya pembeli,
dia bergairah.


Peminat ilmu hakiki
adalah al-Haqq sendiri:
kedai ilmu seperti itu selalu semarak.


Pemilik ilmu hakiki,
terkunci lisannya,
dan senantiasa terpesona sendiri 
oleh perdagangannya: 
permintaan tak mengenal jeda; 
karena,  Allah telah membeli...                   [1]


Catatan:
[1] QS [9]: 111
Konon turunnya ayat ini menggerakkan sayidina
Abu Bakr menyedekahkan seluruh hartanya. Sedangkan 
bagi keluarganya, beliau "... membawa pulang Allah dan 
Rasul-Nya..."


Sumber: Rumi, Mathsavi  II: 3265 - 3267
             Terjemahan Bahasa Inggris oleh
             Camille dan Kabir Helminski,
             Rumi: Daylight, Threshold Books, 1994
             Diterjemahkan dari Bahasa Persia oleh
             YahyĆ” Monastra

Senin, 27 Desember 2010

Anak Panah dari Busur yang Lebih Besar



Aku seorang pencinta,

dan dari cinta-Nya,
aku tak menghindar.


Aku seorang ksatria,
dan dari medan perang,
aku tak menghindar.


Layaknya seekor singa,
kuserang para singa lain.
Tapi bagai seekor rubah,
dari jepitan kepungan,
aku tak menghindar.


Walaupun lengkung lelangit tujuanku,
dari jebakan alam-dunia,
aku tak menghindar.


Walaupun aku ini obat bagi bermacam penyakit,
tapi dari rasa-sakit orang lain,
aku tak menghindar.


Kuikuti para nabi dengan seluruh jiwaku,
tapi dari rekan yang jahat,
aku tak menghindar.


Aku hidup dalam wadah kecil,
bernama kehidupanku ini;
aku masih tinggal disini, 
karena jiwaku tak menghindar.


Satu-satunya sebab diterpanya aku
oleh anak-panah lirikan-Nya, 
adalah karena dari anak-panah
yang berasal dari busur yang lebih-besar itu,
aku tak menghindar.


Luka-luka akibat perang,
berubah menjadi kemenangan,
karena dari rasa sakit,
aku tak menghindar.


Aku mengapung dalam lautan madu,
berisikan segala jenis kebahagiaan,
karena dari penderitaan,
aku tak menghindar.


Ketika Guruku memperlihatkan
dirinya yang sejati,
aku tertegun: tak mampu bergerak,
dari luapan ke dua alam,
tak sanggup aku,
menghindar.


Catatan
Ditambahkan foto (diambil pada Agustus 2010) untuk mengenang salah satu tonggak pelajaran kehidupan, Kadungora, Garut.



Sumber:
Rumi, Ghazal 1658

Terjemahan ke Bahasa Inggris oleh Jonathan Star dan Shahram Shiva,
A Garden Beyond Paradise: The Mystical Poetry of Rumi,
Bantam Books, 1992


Jumat, 24 Desember 2010

Surga di Dasar Sumur















Sang terkasih bertanya kepada pemujanya,

"Wahai pemuda, telah kau jelajahi berbagai negeri,
yang manakah yang paling cantik?" 

Sang pemuda menjawab,
"negeri tempat buah-hatiku berada." 

Dimana saja karpet kehormatan 
tergelar bagi Sang Raja,
di situ padang luas-membentang,

walaupun tempatnya sesempit lubang-jarum. 

Dimana pun adanya seorang seperti Yusuf,
yang wajahnya cemerlang bagai cahaya rembulan,
maka, disitulah Surga,
walaupun letaknya di dasar sumur.
 




Sumber:
Rumi, Matsnavi III: 3808 - 3811

Terjemahan ke Bahasa Inggris oleh Nicholson.
Terjemahan ke Bahasa Indonesia oleh ngRumi.



Foto:
Sri, masih merangkak, di rumah Gunawan, 
28 November 2010



Jika Tidak Untukmu

Jika ada seseorang yang lisannya fasih,
adanya pendengar akan membuatnya tampil.


Semangat dan enersi seorang pengajar,
bersumber dari muridnya.


Boleh jadi seorang pemetik harpa 
menguasai dua-puluh empat macam gaya bermusik,
tapi tanpa seorang pendengar, 
alat musiknya berubah jadi beban:
tiada nada mampir ke ingatannya,
sepuluh jarinya jadi kaku.


Jika tidak ada yang mendengar pesan 
dari Yang tak-Terlihat,
tiada nabi membawa wahyu dari Langit.


Dan jika tiada mata melihat karya-karya Rabb,
tak akan langit berputar,
takkan pula bumi tersenyum dalam kesuburannya 
yang lembut.


"Jika tidak untukmu,"  artinya    [1]
seluruh penciptaan itu ditujukan 
bagi penglihatan yang memahami
dan bagi dia yang menyaksikan.

Catatan:
[1]  Hadits Qudsi: "Jika tidak untukmu (Muhammad)
tidaklah Aku menciptakan segenap semesta."

Sumber: Rumi,  Matsnavi V: 1656 - 1661
                      Terjemahan ke Bahasa Inggris oleh Nicholson

Sabtu, 18 Desember 2010

Carilah Dia

(Merangkak di tempat Aki, Garut, 27 November 2010)


Wahai mata, 

carilah Dia,
akan kau lihat hal-hal yang menakjubkan.


Wahai jiwa, 
carilah Dia,
barulah akan kau alami riang dan senang.


Wahai fikiran, 
carilah Dia,
sampai engkau mabuk,
seperti penyembah berhala.


Carilah Dia, 
dan akan kau alami kesulitan,
demi Yang Tercinta.


Wahai cinta, 
carilah Dia,
sehingga engkau melesat ke angkasa.


Wahai 'aql, 
carilah Dia,
dan akan kau dapati pengetahuan 
dan pembelajaran sejati.


Rahasia dan keajaibannya,
melampaui sebab-akibat. 
Mata lahiriah terhijab,
karena yang terpandang olehnya 
hanyalah sebab-akibat.


Pencinta di jalan ini,
yang tercemar namanya karena seratus tuduhan,
akan menemukan seratus pujian dan sanjungan,
ketika dia musnah-lebur.


Demi berhaji ke Mekkah,
perjalanan melintasi padang pasir menjadi pantas.
Walau harus bertahan hidup dengan susu unta, 
dan berhadapan dengan penyamun Baduy.


Yang berhaji akhirnya mencium Hajar Aswad,
agar dialaminya kecupan bibir Yang Tercinta.


Mengenai sabda-segar dari Yang Tercinta, 
peliharalah; jangan engkau palsukan 
dengan yang lain: jangan tambahkan 
dengan kata-katamu sendiri;
karena hanya para pencari
yang dapat menemukan tambang emas.




Sumber:

Rumi,
Divan-e Kabir (Divan Syamsi Tabriz), Ghazal 617

Terjemahan ke Bahasa Inggris dari Bahasa Persia
oleh Ibrahim Gamard (2000).

Terjemahan ke Bahasa Indonesia oleh ngRumi (2010)


Jumat, 17 Desember 2010

Untuk Dicicipi

Wahai pencari,
jangan bersedih jika Yang Tercinta mengusirmu;
jika hari ini engkau diusir, 
itu hanya agar esok Dia memanggilmu.


Jika dia menutup pintu untukmu,
jangan pergi, 
bersabarlah sebentar;
karena sabarmu itu akan ditaruh-Nya engkau
pada tempat terhormat,
disisi-Nya. 


Jika Dia menutup bagimu semua jalan dan lintasan,
janganlah berputus-asa,
akan diperlihatkan-Nya untukmu suatu jalan rahasia,
yang tak diketahui orang lain.


Perhatikanlah tukang jagal,
yang memotong kepala domba dengan pisaunya,
tidaklah lalu dia meninggalkan sembelihannya.


Ketika tiada lagi nafas pada domba yang disembelih,
keahlian selanjutnya dari sang penjagal
bagaikan nafas baru, yang menghidupkan kembali
binatang itu.


Bayangkan, kehidupan seperti apa
yang diberikan hembusan-Nya.


Itu tadi hanya suatu perbandingan:
kemurahan-Nya takkan membunuh satu orang pun,
sebaliknya, itu akan mencegah orang membunuh.


Diberikan-Nya seluruh kerajaan Sulaiman 
kepada seekor semut; 
Dia menganugerahkan ke dua alam,
tanpa mengagetkan satu qalb pun.


Semesta demi semesta,
telah qalb-ku jelajahi,
tak kudapat sesuatu pun seperti Dia.


Siapa dapat menandingi-Nya?
Tiada sesuatu pun mirip Dia.


Kini, diamlah!
Karena tanpa kata dianugerahkan-Nya anggur ini.
Diberikan-Nya untuk dicicipi.
Diberikan-Nya untuk dicicipi.
Diberikan-Nya untuk dicicipi.




Sumber: A. J. Arberry, Mystical Poems of Rumi, no 95
                Dari: Rumi, Kulliyat-e Shams, no 765
                (Badi-uz Zaman Furuzanfar, Ed.)

Kamis, 16 Desember 2010

Yang Terluput Darimu

Apa-apa yang terluput darimu,
karena suatu penetapan Ilahiah; 
ketahuilah, itu melepaskan dirimu 
dari kesulitan.

Ketika orang bertanya, "Apa itu Sufisme?"
Sang Syaikh menjawab, "Rasa bahagia dalam Qalb
ketika kesedihan datang."

Anggaplah cobaan yang datang dari-Nya sebagai 
elang yang membawa sepatu dari sang Nabi, 
yang akan menyelamatkan dari gigitan ular.

Berbahagialah mereka yang hikmahnya tak berdebu
atau berkarat.

Rabb berfirman, "... jangan berduka-cita
atas apa-apa yang terluput darimu...;"        [1]
bahkan jika serigala datang 
dan memangsa domba-dombamu.

Karena guncangan yang dikirim-Nya mencegah 
datangnya guncangan yang lebih dahsyat;
dan kehilanganmu itu mencegah
kehilangan yang lebih besar.


Catatan:
[1] QS al-Hadid [57]: 23

SumberRumiMatsnavi III, 3260 - 3265
                Terjemahan ke Bahasa Inggris oleh Nicholson

Jumat, 03 Desember 2010

Pencinta tanpa Air-mata

Bogor, 13 Juli 2011















Orang yang tak memiliki Kekasih Tercinta
bagaikan manusia tanpa kepala.

Orang yang kabur dari penjara Cinta
bagaikan seekor burung tanpa sayap.

Kabar apa yang mungkin dibawa seseorang,
yang tak diketahui Sang Penjaga Rahasia.

Orang yang ditembus anak-panah lirikan mata-Nya
bagaikan ksatria yang terjun ke medan perang
tanpa tameng pelindung.

Orang yang tak bisa melihat ke dalam dirinya sendiri
bagaikan seorang lelaki tanpa keberanian.

Orang yang tak bisa membuka pintu qalb-nya sendiri,
bagaikan pencinta tanpa air-mata.

Dialah yang menempatkan sebuah pintu
di tengah Jalan ini.
Hanya yang menaruh pintu itu
yang dapat membukanya.

Mereka bilang, "bangun, bangun,
fajar telah merekah!"

Siapa yang terjaga hanya ketika fajar tiba?

Di langit kami tiada matahari terbit,
atau matahari tenggelam.






Sumber:
Jonathan Star
Rumi: In the Arms of the Beloved, 
2008, hal 138. 

Sumber Asli
Rumi, Kulliyat-e Shams no 721
(Badi-uz Zaman Furuzanfar, Ed.)

Dalam Sunyi

Seorang Pemandu telah memasuki hidup ini,
dalam sunyi.
Pesannya hanya dapat terdengar,
dalam sunyi.

Minumlah seteguk anggurnya,
dan lepaskan dirimu.
Jangan pernah cela kebesaran cintanya,
karena ditolongnya semua yang menderita,
dalam sunyi.

Gosok cerminmu,
diantara tarikan nafasmu.
Ikutilah dia, 
lampaui kata-kata.

Dia tahu semua perbuatanmu.

Dia lah yang memutar roda-roda langit,
dalam sunyi.

Ubahlah setiap pikiranmu menjadi seekor burung,
dan lepaskan ke semesta yang lain.
Ada yang menjadi seekor burung-hantu, 
ada yang menjadi seekor elang,
ada yang menjadi seekor gagak.

Mereka berbeda satu sama lain,
tapi semuanya sama,
dalam sunyi.

Untuk bisa melihat Rembulan
yang tak bisa dipandang,
lihatlah ke dalam dirimu sendiri,
dalam sunyi.

Jangan katakan sesuatupun 
tentang apa-apa yang terdapat
dalam semesta yang ini
atau di semesta yang itu.

Biarkan dia tunjukkan segalanya padamu,
bercahaya sebagai suatu kesatuan,
dalam sunyi.



Sumber: Jonathan Star, Rumi: In the Arms of the Beloved, 
              2008, hal 162. 
              Dari: Rumi, Kulliyat-e Shams no 1897
              (Badi-uz Zaman Furuzanfar, Ed.)

Hanya Budak-Nya yang Merdeka

Laut takkan membiarkan penghuninya mentas,
tak pula membiarkan penghuni daratan 
masuk ke dalamnya.


Air adalah rumah bagi ikan,
binatang berbobot menapaki muka bumi:
Tak ada siasat atau kiat bisa mengubah 
pengaturan ini.


Ketetapan Ilahiah mengunci begitu kuatnya,
dan satu-satunya pembuka adalah Rabb:
Melekatlah kepada penyerahan-diri dan ketundukan
terhadap kehendak Rabb.


Walaupun anak-kunci dibentuk dengan benar
--atom demi atomnya--  
tiada kunci yang bisa dibuka, 
kecuali oleh Rahmat Ilahiah.


Ketika kau lupakan akal-akalanmu sendiri,
kebahagian akan datang padamu 
dari terpandunya engkau.


Ketika engkau lupakan dirimu sendiri,
engkau akan diingat oleh-Nya.


Ketika engkau telah menjadi budak-Nya,
barulah engkau merdeka.


Sumber: Rumi, Matsnavi  III, 3071 - 3076
             Terjemahan ke Bahasa Inggris oleh Nicholson  

Kamis, 02 Desember 2010

Jendela Penghubung Qalb

Terdapat sebuah jendela yang membentang,
menjadi penghubung antar qalb:
tidaklah mereka terpisah
atau berjarak satu sama lain.
Walaupun dua buah lampu tak-tersambung,
cahaya-cahaya mereka menyatu.


Tiada seorang pecinta mencari
tanpa Yang Tercinta juga ikut mencari;
sementara cinta dari para pecinta 
membuat tubuh mereka setipis tali busur,
cinta dari Yang Tercinta membuat mereka
indah dan menyenangkan.


Ketika kilat cinta bagi Yang Tercinta
menyambar ke qalb ini, ketahuilah, 
terdapat pula cinta di Qalb sebelah sana.


Ketika cinta kepada Rabb mengisi qalb-mu
tak pelak lagi, Rabb telah mencintaimu.
Tak ada suara tepukan bersumber hanya dari
sebelah tangan.


Orang yang haus merintih, "Wahai air yang lezat!"
Air memanggil, "Dimana orang kehausan yang akan
meminumku?"


Dahaga dalam jiwa kita adalah magnet bagi Air:
Kita milik-Nya, dan Air itu milik kita.




Sumber: Rumi, Matsnavi III, 4391 - 4399
                Terjemahan ke Bahasa Inggris oleh Nicholson

Apakah Artinya Kelimpahan Tanpa Pengemis



Apakah artinya kelimpahan tanpa pengemis?
Keramahan tanpa tamu?


Jadilah pengemis. Jadilah tamu;
Karena kecantikan mencari cermin,
Air memanggil pencari yang haus.


Putus-asa dan kefakiran

adalah ceruk pengikat merah-delima.
Kefakiranmu adalah buraqmu,
janganlah menjadi peti-mati,
yang hanya menunggang
pundak orang lain.


Bersyukurlah kepada-Nya
akan keterbatasanmu;tanpa itu,
boleh-jadi engkau bersikap
bagaikan Fir'aun.Musa a.s, merintih dalam do'anya,
"Rabbi, inni lima anzalta 'ilayya min khayri fakiir." [1]

Jalan Musa a.s.
sepenuhnya tersusun dari
putus-asa dan kefakiran,
dan itu adalah satu-satunya Jalan
menuju Rabb.

Sejak engkau bayi,
kapankah keputus-asaan
pernah mengecewakanmu?

Jalan setapak yang ditempuh Yusuf a.s.
membawanya dibuang kedalam sumur;
janganlah menghindar
dari papan-catur alam-dunia ini,
karena ini adalah permainan-Nya,
dan selalu kita yang terkunci-mati.

Lapar membuat roti-tawar
lebih lezat daripada halvah.
Ketidak-nyamananmu
adalah salah-cerna spiritual;
carilah lapar, rindu dan kebutuhan.

Seekor tikus mengerat sedikit demi sedikit.
Rabb memberinya akal
selaras dengan kebutuhannya.
Tanpa kebutuhan,
Rabb tak akan memberi apa pun.

Bagaimana engkau akan menarik perhatian
Rabb?

Bukankah hutangmu pada-Nya tak-terhitung?

Seorang pengemis
akan memperlihatkan
kebutaan serta kustanya,
tak akan dia berkata,
"Wahai tuan, berilah aku roti;
karena aku adalah seorang hartawan
pemilik lumbung dan istana."

Bawalah seratus kantung emas
dan Rabb akan berkata,
"Bawalah qalb-mu."

Dan jika yang engkau bawa
adalah qalb yang mati,
bagaikan peti-mati di atas pundakmu,
Rabb akan berkata,
"Wahai penipu,
Engkau bagai kuburan!

Persembahkan qalb yang hidup,
qalb yang hidup!"
Jika tak engkau miliki pengetahuan,
hanya prasangka semata,
punyailah prasangka yang baik akan Rabb.
Itulah jalannya.

Jika engkau hanya bisa merangkak,

merangkaklah kepada-Nya.

Jika tak mampu engkau bedo'a dengan jujur,

setidaknya persembahkan do'amu yang kering,
munafik dan penuh keraguan pada-Nya;
karena Rabb, dengan Rahmat-Nya,
juga menerima mata-uang penuh-karat.

Jika engkau miliki seratus keraguan akan
Rabb,
setidaknya kurangilah menjadi sembilan-puluh.

Itulah jalannya.


Wahai pencari,
walaupun telah seratus kali
engkau ingkari janjimu,
bertaubat, dan bertaubatlah kembali!

Karena
Rabb telah bersabda,
"Ketika engkau sedang mi'raj
atau terpuruk di dalam sumur,
ingatlah Aku, karena Aku-lah
Jalan itu."


Catatan:
[1] QS [28]: 30



Sumber: 
Kabir Helminski (Ed.) The Rumi Collection, hal 92
Terjemahan ke Bahasa Inggris oleh Daniel Liebert