Jumat, 24 Juni 2011

Tentang Ketertarikan

Musa kalimullah a.s. menegur seseorang;
yang sedang mabuk kepayang
menyembah anak-sapi emas:

“Kemana perginya keraguanmu?
Biasanya engkau sangat kritis padaku.

Laut Merah membelah.
Manna dan salwa turun setiap hari,
di gurun liar, selama 40 tahun.
Sebuah mata-air memancar dari batu.

Kau telah saksikan sendiri semua itu,
tapi tetap kau tolak adanya kenabian.

Lalu Samiri, si tukang sihir,
melakukan satu tipuan
yang membuat anak-sapi emas menguak,
dan segera engkau membungkuk!

Apa yang patung hampa itu perdengarkan?
Apakah kau tangkap gema dari
kehampaanmu sendiri?”

Begitulah ketertarikan berlangsung:
orang yang tak-kenal nilai
terpesona pada hal yang tak-berharga.

Orang yang tak-kenal makna
atau tak tahu tujuan
terpesona pada khayalan hampa.

Setiap gerakan itu menuju
kepada kaumnya sendiri.
Tak akan seekor sapi
menghampiri seekor singa.

Seekor serigala takkan tertarik kepada Yusuf,
kecuali untuk mencabiknya.

Tetapi jika ada seekor serigala
yang sembuh dari ke-serigalaan-nya,
dia akan tidur melingkar di kakinya,
bagaikan seekor anjing di dekat tuannya.

Persahabatan sejati diantara jiwa
melimpahkan keselamatan dan cahaya
kepada para penghuni gua. [1]

Catatan:
[1] Ashabal-kahfi, dibahas mulai di QS [18]: 9.

Sumber:
Rumi:
Matsnavi II 2036 - 2058
Terjemahan ke Bahasa Inggris oleh Nicholson.

1 komentar:

KISAH SUKSES IBU HERAWATI mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.