Jumat, 13 Januari 2012

Dikembalikan ke Serendah-rendah Keadaan



Keindahan,
yang diwarisi manusia dari Adam,
yang kepadanya para malaikat bersujud,
segera luruh,
bagaikan jatuhnya Adam dari al-Jannah.

Keindahan menjerit:
"Mengapa? Setelah aku cemerlang,
kini memburam?"


Dia menjawab:
"Salahmu adalah karena engkau hidup
terlalu lama."


Jibril menyeretnya, seraya berkata:
"Pergilah dari al-Jannah ini,
enyahlah engkau dari majelis indah ini."

Ia bertanya:
"Apa gerangan maksud dari direndahkan
setelah aku sebelumnya dimuliakan?"          
 [1]

Jibril menjawab:
"Dimuliakannya engkau adalah sebuah
pemberian dari-Nya,
sedangkan rendahnya engkau kini adalah
penghakiman-Nya atas nilai sebenarnya dirimu."

Ia menjerit:
"Wahai Jibril, bukankah telah bersujud  engkau,  [2]
sebelumnya, dengan sepenuh dirimu,
mengapa sekarang kau usir aku dari al-Jannah?"

"Jubahku tanggal,                                            [3]
ketika guncangan ini menimpaku,
bagai daun kurma rontok di musim gugur."

Wajah cerah berseri bak rembulan,
jadi keriput bagaikan punggung kadal gurun,
ketika usia lanjut menyapa.

Kepala indah bermahkotakan rambut cemerlang,
berubah jadi botak, dan buruk dipandang,
ketika datang masa tua.

Sosok yang menawan,
lurus-tegap bagai tombak pemecah barisan musuh,
kini bungkuk, melengkung bagai busur.

Pipi yang memerah-sehat,
kini pucat bagai satin;
yang ketika muda sekuat singa,
kini lunglai-lemah bagai tak bertulang.

Yang lengannya dulu keras memiting lawan,
kini harus dipapah ketika bangun.

Inilah tanda-tanda nyata
dari datangnya sakit dan lapuk:
para utusan Sang Maut.

Jika yang menjadi tabib adalah Cahaya-Nya,
tiada kehilangan atau pukulan mematikan
dari usia lanjut dan penyakit.

Kelemahannya adalah kelemahan dari
makhluk yang tengah terpesona;
karena dalam kelemahannya itu,
dia membuat iri pahlawan seperti Rustam.  [4]

Jika dia diwafatkan,
tulang-belulangnya direndam
dalam ramuan cita-rasa keruhanian,
sehingga setiap zarahnya melayang
dalam berkas cahaya kasih-sayang.

Sedangkan mereka yang tak mendapatkan
Cahaya itu, bagaikan kebun tak berbuah
yang akhirnya dirontokkan musim gugur.

Tiada lagi kelopak mawar di taman,
hanya duri yang tertinggal,
pucat, gelap, bagaikan onggokan jerami.

Yaa Rabb, sungguh mengherankan,
kesalahan apa yang dibuatnya,
sehingga jubah indahnya ditanggalkan?


"Ia memandang tinggi dirinya-sendiri,
dan itu adalah racun yang mematikan.
Waspadalah engkau, wahai makhluk
yang ditempatkan disini untuk diuji."  [5]



Catatan:
[1]  Ini merupakan penggalan ujaran Maulana Rumi tentang
QS at-Tin [95]: 4 - 5, 
"Sungguh Kami telah menciptakan insan dalam 
sebaik-baik bentuk.Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang 
serendah-rendahnya;" dan QS al Hajj [22]: 5, 
"... dan diantara kamu ada yang dipanjangkan umurnya sampai pikun 
sehingga tidak mengetahui sesuatupun dari apa-apa yang semula diketahuinya..."

[2]  "... maka sujudlah mereka ..." (QS al Baqarah [2]: 34).

[3]  Jubah ketakwaan, "... pakaian takwa ..." (QS al A'Raaf [7]: 26)
yang seyogyanya membungkus jiwa (nafs).

"... ia menanggalkan dari keduanya pakaian mereka..."
(QS al A'Raaf [7]: 27) merekam dampak dari godaan iblis 

atas sepasang nenek-moyang kita.

[4]  Seorang pahlawan Kerajaan Persia.


[5]  "Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia mengujimu
siapa diantaramu yang lebih baik amalnya. 

Dan Dia al-'Aziiz, al-Ghafuur." 
(QS al Mulk [67]: 2).

Penjelasan Maulana Rumi lalu berlanjut ke bagian yang
diterjemahkan 
sebagai http://ngrumi.blogspot.com/2011/01/pantulan-cahaya-yang-mempesonamu.html 



Sumber:
Rumi: Matsnavi V  961 - 980
Terjemahan ke Bahasa Inggris oleh Nicholson.

Terjemahan ke Bahasa Indonesia oleh ngRumi.

1 komentar:

KISAH SUKSES IBU HERAWATI mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.