Selasa, 17 Januari 2012

Yang Tampak dan Yang Tersembunyi



Dia telah menjadikan
yang nisbi eksistensinya
tampil berwujud dan agung;
Dia telah menjadikan
yang lebih nyata eksistensinya
tersembunyi bentuknya.

Dia telah menghijab Laut,
dan membuat ombak tampak;
Dia telah menyembunyikan Angin,
dan memperlihatkan padamu debu.

Debu membubung setinggi menara:
tak mungkin ia melayang sendiri.

Wahai yang berpandangan tajam,
kau lihat debu melayang tinggi;
sedangkan anginnya tak kau lihat,
tapi kau ketahui adanya dengan akalmu.

Kau lihat ombak menggelora kesana-kemari,
tanpa Laut, ombak itu takkan bergerak.

Kau lihat ombak itu dengan inderamu,
dan Laut melalui kesimpulanmu:
pemikiran tersembunyi,

sedangkan perkataan berwujud.

Kita melihat akibat sebagai pengukuhan:
mata kita hanya melihat hal yang tak memiliki
eksistensi sendiri.

Mata lahiriah ini hanya melihat secara terbatas,
bagaikan dalam keadaan tidur,
tak dilihatnya apa pun kecuali fatamorgana
dan yang lemah eksistensinya.

Jadilah kita berkubang dalam kesalahan,
karena Realitas Sejati tersembunyi,
sementara fatamorgana tampak jelas.

Sungguh mengherankan mengapa Rabb
mengatur sedemikian: yang realitasnya nisbi
tampil jelas, sementara Realitas Sejati
tersembunyi dari pandangan.

Segala puji untuk-Mu,
wahai Yang Maha Menganyam ciptaan,
yang bagaikan sihir: membuat buih tampak
bagaikan anggur murni bagi mereka
yang berpaling dari Realitas Sejati.

Para penyihir zaman dulu mengukur
sinar bulan dihadapan pedagang,
yang menukar hasilnya dengan emas.

Dengan tipuan seperti itu penyihir dapat untung:
emas beralih dari tangan pembeli,
tapi tak ada benang emas yang didapat.

Dunia ini adalah seorang penyihir,
dan engkau bagaikan pedagang,
yang membeli potongan sinar bulan.

Bagai penyihir sakti,
dengan cepat diukurnya sinar bulan
sepanjang tujuh ratus meter,
dan disodorkan seharga sutra emas.

Tetapi ketika telah ditukar dengan emas,
yaitu umurmu di dunia;
wahai makhluk malang:
tak ada sutra emas kau dapat,
sementara emas telah hilang,
dompetmu telah kosong.

Selayaknya engkau rintihkan sambil menangis:
"Katakanlah, aku berlindung,"                [1]
dan bermohon, "Wahai yang Ahad,
selamatkan  aku dari wanita-wanita tukang sihir
dan buhul-buhul tali mereka
.                 [2]

Para penyihir itu memantrai buhul,
wahai Maha Penolong, selamatkan aku
dari penaklukan dan kungkungan
alam dunia ini."


Tapi, jika berpengetahuan,
engkau juga akan berdo'a pada-Nya
dengan lisan amal,
karena lisan kata-kata itu lemah adanya.

Melintasi alam-dunia ini engkau disertai
tiga kawan: yang satu setia,
sementara dua lainnya pengkhianat.

Dua penipu itu adalah teman-teman,
serta harta-benda dan milikmu;
sedangkan yang ke tiga, satu-satunya
sahabat yang setia padamu
adalah kesalehan dalam amalmu.

Hartamu takkan mau mengiringimu
keluar dari kastilmu; teman-temanmu
mengantar sebatas kuburmu.

Ketika ajal datang menjemputmu,
teman-temanmu akan berbicara jujur
dalam hati mereka: "Kuantar sampai disini:
takkan kutemani engkau lebih jauh lagi,
kan kutemani engkau sejenak
di sisi kuburmu."

Hanya amalmu yang akan setia:
jadikan mereka pelindungmu,
karena hanya mereka yang menyertaimu
ke kedalaman kuburmu.

Karena itu,
Musthafa yang bijak mengajari,
"Dalam menempuh Jalan ini tiada kawan
yang lebih setia daripada amal-amalmu.

Jika mereka shaleh, maka mereka akan
menjadi sahabat karibmu seterusnya,
dan jika mereka jahat, mereka akan
menjadi ular dalam kuburmu."


Wahai makhluk yang lemah,
dapatkan seseorang menemukan amalnya
dan mendapat nafkah dalam Jalan Kebenaran
tanpa seorang pembimbing?

Cara mencari nafkah paling sulit
di alam-dunia ini, apakah bisa dikuasai
tanpa bimbingan seorang Guru?

Itu dimulai dengan pengetahuan yang
bermanfaat, lalu diikuti dengan amal,
sehingga dapat berbuah sesuai masanya,
atau setelah ajal.

Jika engkau berakal,
akan kau cari pertolongan
agar kau kuasai ketrampilan itu,
dari ahli yang tepat dan murah-hati.

Carilah mutiara dari kerang tertentu,
dan carilah keahlian dari sang empunya.

Jika kau temui pembimbing olah jiwa yang tulus,
berakhlaklah yang baik serta bersemangat.

Jika ada ahli menyamak kulit,
yang bekerja sambil berpakaian seperlunya,
itu tak mengurangi penguasaan keahlian
sang tukang.

Jika ada tukang besi yang empu,
bekerja mengipas tanurnya,
dengan baju kerja yang robek,
reputasinya dimata pembeli tidaklah koyak.

Tanggalkan takabur dari tubuhmu:
tiada yang pantas dipakai seorang pencari
kecuali pakaian rendah-hati.




Catatan:
[1]  QS Al Falaq [113]: 1.

[2]  QS Al Falaq [113]: 4.

Selanjutnya Matsnavi berlanjut ke bagian yang
diterjemahkan sebagai "Tanggalkan Jubah Takabur,"
dapat diperiksa di: 
http://ngrumi.blogspot.com/2011/01/tanggalkan-jubah-takabur.html 

Sumber:
Rumi
Matsnavi V: 1026 - 1061
Terjemahan ke Bahasa Inggris oleh Nicholson.

2 komentar:

hening mengatakan...

Memang selayaknya menangis, merintih, dan mohon ampun.
"Lebih dekat daripada urat nadi"...bagi siapa? Bagi yang tak terhijab.
Hijab paling tebal, diri sendiri.
Tersadar, betapa sangat mengerikan...satu pelanggaran, satu hijab. Sekian puluh tahun menjalani kehidupan, berapa banyak pelanggaran.
Berharap Engkau Menghancurkan hijab diri.
Berharap diberi kekuatan dan kesabaran saat Engkau Menghancurkannya.
Aamiin.
"aku", milik-Mu...

* Terima kasih untuk tulisan penting dan berharga ini.

KISAH SUKSES IBU HERAWATI mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.