Bukanlah aku,
seperti seekor singa perkasa,
mampu tundukkan musuh-musuhku.
Jika ku dapat
tundukkan diriku sendiri,
cukuplah itu bagiku.
Sungguhpun aku,
serendah-hitam tanah,
karena yang kurawat
adalah sebutir bibit
bernama Cinta,
kan kutumbuh-kembangkan
bunga lily putih di padang rumput.
Ketika aku dalam gelap gulita
merintihkan perpisahan,
selalu ku yakin
aku akan menembus,
menebarkan cahaya,
di tengah gelapnya malam.
Ada api bernyala dalam diriku,
walau ragaku pucat dan lusuh.
Karena aku akan membubung naik,
bagai asap,
keluar menembus penjaraku.
Aku seorang anak kecil,
guruku adalah Cinta,
tentu guruku takkan biarkan
ku tumbuh jadi seorang bodoh.
Sumber:
Rumi: Divan-i Syamsi Tabriz, ghazal 1523.
Terjemahan ke Bahasa Inggris oleh Nader Khalili,
dalam Rumi: Fountain of Fire,
Burning Gate Press, 1994.
Senin, 26 Maret 2012
Sabtu, 24 Maret 2012
Yang Berubah dan Yang Tetap
Pandanglah semua makhluk
layaknya air yang murni dan jernih,
yang di dalamnya terpantul
sifat-sifat dari Sang Maha Agung.
Pengetahuan, keadilan, kebaikan mereka,
semuanya bagaikan bintang-bintang di langit
terpantul di aliran air.
Para raja adalah tempat termanifestasikannya
ke-maha-kuasa-an Tuhan;
para ulama sejati,
ke-maha-ilmu-an-Nya.
Bergenerasi umat manusia telah berlalu,
Bumi kini dihuni generasimu.
Bulannya tetap Sang Rembulan yang sama,
tapi air yang kini mengalir, berbeda.
Keadilannya tetap keadilan yang sama,
pelajarannya juga tetap, tapi orang dan bangsa-bangsanya, telah berubah.
Wahai kawan,
generasi demi generasi telah berlalu,
tapi makna-makna Kesejatian itu tetap
dan abadi.
Air pada arus yang mengalir
telah berulang-kali berubah,
tapi di langit, tetaplah itu bulan dan bintang-bintang
yang sama.
Semua bentuk-bentuk yang kau pandang [1]
adalah refleksi pada air arus yang mengalir;
ketika kau gosok hijab pada penglihatanmu
dan bashirah-mu mengambil alih:
sesungguhnya semua adalah wajah-Nya. [2]
Catatan:
[1] “... maka lihatlah sekali lagi, adakah kau lihat sesuatu yang cacat.
Kemudian ulangi pandanganmu sekali lagi, niscaya pandanganmu akan kembali padamu tanpa menemukan cacat, dan pandanganmu itu dalam keadaan yang letih.” (QS Al Mulk [67]: 3 - 4).
[2] “Segala sesuatu atasnya, fana’. Dan baqa-lah wajah Tuhanmu Sang pemilik Kebesaran dan Kemuliaan.” (QS ar-Rahmaan [55]: 26 - 27).
layaknya air yang murni dan jernih,
yang di dalamnya terpantul
sifat-sifat dari Sang Maha Agung.
Pengetahuan, keadilan, kebaikan mereka,
semuanya bagaikan bintang-bintang di langit
terpantul di aliran air.
Para raja adalah tempat termanifestasikannya
ke-maha-kuasa-an Tuhan;
para ulama sejati,
ke-maha-ilmu-an-Nya.
Bergenerasi umat manusia telah berlalu,
Bumi kini dihuni generasimu.
Bulannya tetap Sang Rembulan yang sama,
tapi air yang kini mengalir, berbeda.
Keadilannya tetap keadilan yang sama,
pelajarannya juga tetap, tapi orang dan bangsa-bangsanya, telah berubah.
Wahai kawan,
generasi demi generasi telah berlalu,
tapi makna-makna Kesejatian itu tetap
dan abadi.
Air pada arus yang mengalir
telah berulang-kali berubah,
tapi di langit, tetaplah itu bulan dan bintang-bintang
yang sama.
Semua bentuk-bentuk yang kau pandang [1]
adalah refleksi pada air arus yang mengalir;
ketika kau gosok hijab pada penglihatanmu
dan bashirah-mu mengambil alih:
sesungguhnya semua adalah wajah-Nya. [2]
Catatan:
[1] “... maka lihatlah sekali lagi, adakah kau lihat sesuatu yang cacat.
Kemudian ulangi pandanganmu sekali lagi, niscaya pandanganmu akan kembali padamu tanpa menemukan cacat, dan pandanganmu itu dalam keadaan yang letih.” (QS Al Mulk [67]: 3 - 4).
[2] “Segala sesuatu atasnya, fana’. Dan baqa-lah wajah Tuhanmu Sang pemilik Kebesaran dan Kemuliaan.” (QS ar-Rahmaan [55]: 26 - 27).
Sumber:
Rumi: Matsnavi VI: 3172 - 78, 83.
Terjemahan ke Bahasa Inggris oleh William C. Chittick,
dalam The Sufi Path of Love - The Spiritua Teachings of Rumi,
SUNY, Albany, 1983.
Rumi: Matsnavi VI: 3172 - 78, 83.
Terjemahan ke Bahasa Inggris oleh William C. Chittick,
dalam The Sufi Path of Love - The Spiritua Teachings of Rumi,
SUNY, Albany, 1983.
Jumat, 09 Maret 2012
Terjerat Kerumitan
Kita kecanduan diskusi rumit,
dan gemar mengatasi masalah.
Bolak-balik kita membuat simpul
lalu mengurainya kembali.
Terus menerus kita membuat aturan
tentang cara menampilkan kesulitan,
dan untuk menjawab aneka pertanyaan
yang diajukan.
Kita seperti burung
yang melonggarkan jerat
lalu mengencangkannya kembali
dalam rangka meningkatkan ketrampilan.
Sehingga hilang kesempatan terbang
jelajahi medan terbuka;
sehingga hilang kesempatan kunjungi
padang rumput,
habis umur sibuk dengan simpul.
Tetap saja buhul-jerat tak terkuasai,
walau sayap burung berkali-kali patah.
Simpul-jerat tak untuk dilawan,
jaga agar sayapmu tak patah.
Jangan rusak bulu pelindungmu
hanya sekedar untuk tunjukkan pada dunia,
betapa hebatnya usahamu.
dan gemar mengatasi masalah.
Bolak-balik kita membuat simpul
lalu mengurainya kembali.
Terus menerus kita membuat aturan
tentang cara menampilkan kesulitan,
dan untuk menjawab aneka pertanyaan
yang diajukan.
Kita seperti burung
yang melonggarkan jerat
lalu mengencangkannya kembali
dalam rangka meningkatkan ketrampilan.
Sehingga hilang kesempatan terbang
jelajahi medan terbuka;
sehingga hilang kesempatan kunjungi
padang rumput,
habis umur sibuk dengan simpul.
Tetap saja buhul-jerat tak terkuasai,
walau sayap burung berkali-kali patah.
Simpul-jerat tak untuk dilawan,
jaga agar sayapmu tak patah.
Jangan rusak bulu pelindungmu
hanya sekedar untuk tunjukkan pada dunia,
betapa hebatnya usahamu.
Sumber:
Rumi: Matsnavi II: 3733 - 3738
versi Camille dan Kabir Helminski
dalam Rumi: Daylight, Threshold Books, 1994
Transliterasi dari Bahasa Persia oleh
Yahya Monastra.
Rumi: Matsnavi II: 3733 - 3738
versi Camille dan Kabir Helminski
dalam Rumi: Daylight, Threshold Books, 1994
Transliterasi dari Bahasa Persia oleh
Yahya Monastra.
Label:
adab,
angan-angan,
cermin,
ciptaan,
dunia,
hawa-nafsu,
hijab,
jiwa,
murid,
pengetahuan,
tangga,
taubat,
unggas,
wujud
Jumat, 02 Maret 2012
Ketika Seekor Domba Melompat
Ketika seekor dari kawanan domba
melompat melintasi kali,
domba-domba lain segera menyusulnya.
Gembalakanlah kawanan dombamu:
indera-inderamu,
ke padang rumput yang tepat.
Beri mereka makanan
dari padang rumput yang ditunjukkan
oleh ayat, "dan yang telah menumbuhkan
rerumputan;" [1]
Sehingga mereka menikmati hijauan
dan bunga dari padang rumput itu,
lalu dipandu ke padang gembalaan ke-Sejati-an.
Sehingga setiap inderamu
menjadi nabi bagi indera-indera lainnya;
dan memandu semua inderamu ke al-Jannah.
Catatan:
melompat melintasi kali,
domba-domba lain segera menyusulnya.
Gembalakanlah kawanan dombamu:
indera-inderamu,
ke padang rumput yang tepat.
Beri mereka makanan
dari padang rumput yang ditunjukkan
oleh ayat, "dan yang telah menumbuhkan
rerumputan;" [1]
Sehingga mereka menikmati hijauan
dan bunga dari padang rumput itu,
lalu dipandu ke padang gembalaan ke-Sejati-an.
Sehingga setiap inderamu
menjadi nabi bagi indera-indera lainnya;
dan memandu semua inderamu ke al-Jannah.
Catatan:
[1] QS Al A'Laa [87]: 4.
Sumber:
Rumi: Matsnavi II: 3242 - 3245
Terjemahan ke Bahasa Inggris oleh Camille
dan Kabir Helminski, dalam Rumi: Daylight,
Threshold Books, 1994.
Berdasarkan terjemahan dari Bahasa Persia
oleh Yahya Monastra.
Rumi: Matsnavi II: 3242 - 3245
Terjemahan ke Bahasa Inggris oleh Camille
dan Kabir Helminski, dalam Rumi: Daylight,
Threshold Books, 1994.
Berdasarkan terjemahan dari Bahasa Persia
oleh Yahya Monastra.
Langganan:
Postingan (Atom)