Jumat, 13 Juli 2012

Rintihan Tawanan Dunia


Mesti berapa lama lagi,
kudapati diriku
terantai dalam penjara ini,
terantai ke dunia ini.

Telah tiba saatnya
kuraih kesejatian hidup;
dan aku bergerak, berderap,
menuju ke kemurnian.

Jika aku bisa tersucikan,
dan terbersihkan dari kotoran,
seterusnya tiada yang kucari
kecuali Dia semata.

Ketika aku diciptakan,
telah disediakan untukku
semesta dan istana;                      [1]
sungguh aku ingkar
jika kuterima jabatan
hanya sebagai
seorang penjaga pintu.                [2]

Jika ku berhasil mengubah sikap
seperti penjaga pintu ini,
jika ku berhasil mengembalikan
akalku kepada kesejatiaannya,
bahagia kan datang
menggantikan kesedihanku.

Wahai qalb:
mengingat ini tentang kita berdua semata,
tentang warta yang datang padamu
di tengah malam: akan kuikuti pesan itu,
sebagaimana yang kau pahami.

Jika nanti sayapku telah kembali tumbuh
menggantikan kakiku yang lamban,
semua halangan kan kulewati:
kembali ku akan mengangkasa,
kutembus ruang dan waktu.


Catatan:
[1]   Apa-apa yang disediakan bagi insan bertakwa.
[2]   Penjaga pintu, maksudnya, ahli dunia, terpenjara ke dunia ini;
tak paham dari mana asalnya hal-hal yang ditemuinya di dunia ini,
dan lalu kemana mereka pergi setelah meninggalkannya.


Sumber:
Rumi: Divan-i Syamsi Tabriz, ghazal 1391
Terjemahan ke Bahasa Inggris oleh Nader Khalili,
dalam Rumi: Fountain of Fire,
Cal-Earth Press, 1994.

Kamis, 05 Juli 2012

Mengenakan Cinta

Suatu jiwa
yang tak mengenakan Cinta
pantas malu akan keberadaannya sendiri.

Mabuklah dengan Cinta
karena semua yang meng-ada
itu perwujudan Cinta.

Tanpa memberi dan menerima Cinta
tak akan  Sang Kekasih menerimamu.

Mereka bertanya, "Apakah itu
yang disebut Cinta?"

Jawablah, "Menanggalkan kehendak bebas."

Orang yang bersandar pada kehendak-bebas,
terikat kepadanya.

Sang pencinta sejati bersikap
layaknya dia seorang raja:
ke dua semesta berserakan di sekitarnya
tapi tak diperdulikannya sedikit pun.

Hanya Sang Kekasih dan pencinta-Nya
yang bertahan, tak kenal akhir.

Jangan tetapkan hatimu
pada sesuatu yang lain;
yang lain-lain itu hanya wujud pinjaman.

Sampai kapan engkau betah
memeluk kekasih yang mati.
Peluklah yang Maha Hidup,
yang tak mungkin terliputi oleh sesuatu pun.

Semua tanaman yang berkembang di musim semi
akan luruh di musim gugur;
tapi kebun mawar Sang Kekasih
tak bergantung pada tibanya musim semi.

Duri ikut berkembang
bersama mekarnya mawar di musim semi.

Tak ada raza lezat anggur
yang sepi dari sakit kepala sesudahnya.

Di jalan ini, jangan puas hanya jadi seorang pengamat;
demi Allah, tak ada kematian yang lebih buruk
daripada angan-angan kosong.

Tetapkan hatimu
hanya menghendaki mata-uang emas murni,
jika engkau bukan manusia palsu.

Dengarkan dan pahami hikmah mendalam ini,
jika engkau bukan pemakai anting.

Jangan gemetar,
ketika engkau di atas tungganganmu,
yaitu ragamu,
tapi bergeraklah dengan gesit.

Rabb memberi kemampuan terbang
kepada jiwa yang tak lagi terikat pada raganya.

Jangan ragu sedikit pun,
jernihkan hatimu,
sampai sejernih permukaan cermin,
yang tiada disitu,
satu pun imaji dan gambaran.

Ketika qalb bersih dari semua imaji;
seluruh imaji dapat terliput di dalamnya.

Ketika wajah qalb jernih dari noda
baru lah engkau tak lagi merasa malu.

Jika kau ingin cermin-qalb-mu jernih,
maka tataplah dirimu sendiri di dalamnya;
dan pandanglah sejatinya keadaan dirimu,
yang ditampilkannya tanpa takut atau malu.

Permukaan logam dapat digosok
hingga berkilau bagai cermin.

Renungkanlah, apa yang diperlukan
 
qalb
agar dapat jernih berkilau?

Tak seperti cermin dari logam
kilau cermin qalb itu menyimpan
berbagai rahasia.


Catatan:
"Lalu dia termasuk yang beriman dan saling berpesan untuk
bersabar dan saling berpesan untuk berkasih-sayang."

(QS Al-Balad [90]: 17)


Sumber:
Rumi: Divan-i Syamsi Tabriz, ghazal no 455
Terjemahan ke Bahasa Inggris oleh Nicholson,
diberinya urutan N13.

Terdapat pada terjemahan Kabir Helminski,
"Love is a Stranger," Threshold Books, 1993.

Juga terdapat pada terjemahan A.J. Arberry,
"Mystical Poems of Rumi 1,"
University of Chicago Press, 1991.


Minggu, 01 Juli 2012

Selalulah Engkau Berharap

Terkait makanan jasmaniah:
jika terlalu sedikit engkau makan,
engkau tetap lapar seperti gagak,
mudah marah dan kurang darah;
tapi jika kau terlalu banyak makan,
pencernaanmu terganggu.

Santaplah hidangan dari Rabb
yang paling mudah engkau cerna,
layarkanlah dirimu bagaikan bahtera
yang mengarungi samudera jiwa.

Bersabarlah dan teguhlah berpuasa:
selalulah kau berharap 
akan hidangan dari Rabb.

Karena Rabb yang Maha Rahman 
dan Maha Pengharap
memberikan anugerah 
kepada mereka yang penuh-harap.

Mereka yang lambungnya penuh
tak pernah berharap-harap cemas
menanti datangnya makanan;
sebaliknya mereka yang lapar,
selalu bertanya, "kapankah datangnya..?"
berharap sambil lapar, membuat waspada.

Tanpa engkau selalu penuh harap,
limpahan anugerah takkan pernah menyapamu.


Sumber:
Rumi: Matsnavi V: 1746 - 1753.
Terjemahan ke Bahasa Inggris oleh Nicholson.