Minggu, 30 November 2014

Sebuah Do'a Pemberian-Mu

Wahai Rabb,
sungguh Rahmat-Mu tercurah
bukan karena amal kami,
tapi karena limpahan-Mu
yang penuh rahasia.         [1]

Genggam lah ke dua tangan kami,

selamatkan kami dari apa-apa 
yang ke dua tangan kami telah lakukan;
angkat lah hijab kami kepada-Mu,
dan jaga lah hijab kami 
agar tak robek,
itu akan 
mempermalukan kami.   [2]


Selamatkan kami dari keakuan diri;

tajamnya bagai ujung pisau
yang menusuk ke tulang kami.

Wahai Sang Raja,

yang tak bermahkota, tak bertahta,
siapa kah yang dapat lepaskan 
rantai pengikat ini,                   [3]
dari diri kami yang tak berdaya?

Siapa kah yang se-Pemurah Engkau,

wahai Maha Pengasih,
yang dapat membebaskan kami
dari penjara sekuat ini?            [4]

Palingkan lah wajah kami

dari menghadap ke diri sendiri
menjadi menghadap kepada-Mu;
karena sesungguhnya Engkau 
lebih dekat kepada Kami
daripada diri kami sendiri.   [5]

Bahkan do'a ini

pemberian-Mu kepada kami.

Bagaimana mungkin sebuah taman mawar

tumbuh dari abu ini?

Hanya dengan melalui kemurahan-Mu,

pengertian dan pemahaman dapat disampaikan
kepada sosok yang terbentuk dari darah dan daging.

Sehingga melalui sepasang mata

terpancar gelombang cahaya 
yang dapat menjangkau langit.

Melalui sepotong lidah

dapat mengalir kata-kata penuh hikmah,
laksana aliran sungai.

Melalui sepasang telinga

dapat tertangkap kabar tentang sebuah taman
bagi jiwa yang ber-akal;
penuh dengan buah-buahan kecerdasan.

(Bawa kami ke) perjamuan utama 

berupa jalan raya menuju taman bagi jiwa-jiwa;
kebun dan taman di alam-dunia ini
adalah cabang dan bayangannya.

Itu lah mata air sumber kebahagiaan sejati:

mari lah kita men-dzikir-kan ayat,
"taman yang mengalir di bawahnya
sungai-sungai..."                 
[6]




Catatan:
[1]  "Katakan lah, bersama dengan fadhillah Allah dan
bersama dengan rahmat-Nya, hendak lah bersama dengan itu
mereka bergembira. Itu lebih baik daripada apa yang mereka
kumpulkan."

(QS Yunus [10]: 58)

"Apa-apa yang di sisimu lenyap,
dan apa-apa yang di sisi Allah kekal..."

(QS An Nahl [16]: 96)

[2]  "Diantara tanda-tanda orang yang senantiasa
bersandar 
kepada amal-amalnya adalah kurangnya
rasa harap
 di sisi wujud yang zalal."



Rasa harap, kepada rahmat-Nya.

wujud yang zalal, 
berarti alam semesta, yang fanin, ciptaan.

(Ibn Atha' Allah al-Iskandari: al-Hikam, bahasan #1,
terjemahan oleh Zamzam AJT, 2012).

[3]  Tentang rantai, lihat

[4]  Penjara keber-ada-an.

[5]  "... Kami lebih dekat kepadanya daripada
urat-lehernya."

(QS Qaaf [50]: 16)


[6]  Tentang "jannah," terdapat dalam banyak ayat.


Sumber:
Rumi: Matsnavi II: 2443 - 2455
Terjemahan ke Bahasa Inggris oleh Nicholson.
Dibantu dengan terjemahan oleh Kabir Helminski.