Senin, 22 Desember 2014

Ku kan Berlari Cepat

Ku kan berlari cepat,
dan takkan ku berhenti,
sampai aku bergabung dengan kafilahku.  [1]

Ku kan lebur bagai udara
dan musnah,
hingga Sang Kekasih meraihku.

Menyala gembira hatiku,
bagai api yang memusnahkan rumahku,
lalu berkelana aku ke gurun.

Aku akan menjadi debu
di tanah padang yang tandus
sampai Kau buat aku menghijau teduh.  [2]

Aku akan mengalir
merendah bagaikan air
bersujud sepanjang jalan
menuju ke taman-mawar-Mu.

Sejak aku jatuh dari langit             [3]
gemetaran aku bagai butiran debu.
Aku baru aman dan tenang           [4]
jika kucapai Tujuan.                  

Kudapati langit penuh hal mengerikan
dan bumi tempat kehancuran;
aku kan selamat dari ke dua bahaya ini
ketika kuraih Sang Sultan.             [5]

Di alam-dunia yang tersusun dari tanah dan air ini

bercampur-baur kekufuran dan kehancuran,
kulewati hati penuh kemusyrikan
agar kucapai keimanan.

Sang Raja penguasa semesta alam
yang menjaga kesetimbangan dan keserasian,
memandang kepada pencinta yang seimbang--

Kudamba wajahku bersinar kekuningan  [6]
bagai kilau mata-uang emas                          
sehingga ditempatkan-Nya aku
dalam keseimbangan-Nya.

Rahmat-Nya bagaikan air,
mengalir ke tempat yang rendah.
Aku kan menjadi debu
agar teraliri Rahmat-Nya
supaya ditarik aku menuju ar-Rahim.


Takkan seorang tabib
merawat dan meracik obat
jika tak ada penyakit.

Sekujur diriku--lahir dan batin--sakit  [7]
agar kuraih tangan
Sang Penyembuh.


Catatan:
[1]  "Maka kemana kah kau akan pergi?"
(QS at-Takwir [81]: 26)

"Sesungguhnya ku kan menghadap kepada Tuhanku,
kiranya Dia menunjukiku."

(QS ash Shaaffaat [37]: 99)

[2]  Curahan air pengetahuan ketuhanan dari langit hakiki
membuat bumi diri sang mukmin menghijau,
"Tidak kah kau lihat bahwa Allah menurunkan air dari langit
lalu jadi lah bumi itu hijau..."

(QS al Hajj [22]: 63)

[3]  Salah satu makna dari
"Turun lah kalian bersama-sama..."
(QS Thaahaa [20] 123)

[4]  "... yang megamankan mereka dari ketakutan."
(QS al Quraisy [106]: 4)

[5]  "... dan adakan lah bagiku dari sisi Engkau suatu
kuasa (sulthan) yang menolong."

(QS al Israa [17]: 80)

[6]  Warna wajah sejati orang yang dilimpahi kahikat pengetahuan
ad-Diin ke qalb-nya.

[7]  "dan bila aku sakit, Dia lah yang menyembuhkanku."
(QS asy Syu'araa  [26]: 80)



Sumber:
Rumi: Divan-i Syamsi Tabriz  ghazal 1400
Terjemahan ke Bahasa Inggris oleh William C. Chittick
dalam "The Sufi Path of Love-The Spiritual Teachings of Rumi"
The State University of New York, Albany, 1983.

Dibandingkan dengan terjemahan oleh
Azima Melita Kolin dan Maryam Mafi
dalam "Rumi: Hidden Music"
HarperCollins Publishers Ltd, 1983.


Sabtu, 13 Desember 2014

Lukanya tak Tampak

Sang Kekasih adalah seorang Raja
tapi singgasananya tersembunyi.

Al-Qur'an sampaikan Kebenaran
tapi keajaibannya terbungkus rapi.

Anak-panah Cinta menembus
hati setiap pencinta,

Darahnya menetes, senantiasa,
tapi lukanya tak tampak.


Sumber:
Rumi: Rubaiyat #210
Terjemahan ke Bahasa Inggris oleh
Azima Melita Kolin dan Maryam Mafi,
dalam Rumi: Whispers of the Beloved,
HarperCollins Publisher Ltd, 1999.

Minggu, 07 Desember 2014

Seandainya Sempat Kau Kenali

Seandainya sempat kau kenali
dirimu sendiri,
walau sekejap.

Seandainya sempat kau tatap

--walau sekilas--
keindahan wajah sejatimu sendiri.

Maka takkan lagi kau tertidur

didalam campuran lempung dan air ini,
bagaikan seekor hewan:
kau kan bertolak ke rumah kebahagiaan
bersama jiwa-jiwa nan indah.

Kau harus telusuri jalan

sampai ke sudut-sudut terjauh dirimu sendiri,
agar diri sejatimu terejawantahkan;
karena Khazanah Tersembunyi
masih tersimpan di dalam dirimu.

Seandainya engkau hanya terdiri

atas sesosok tubuh,
maka takkan pernah kau dengar kabar
mengenai jiwa
seandainya engkau hanya jiwa saja
maka engkau sudah dalam kebahagiaan
bersama dirimu sendiri.

Seperti orang lain kau berhadapan

dengan kebaikan dan kejahatan;
kau hadapi semua itu 
dengan apa yang ada pada dirimu.

Seandainya engkau itu suatu jenis sayuran,

maka kau miliki suatu cita-rasa khas;
seandainya engkau itu sebuah periuk
maka ada panas yang pas 
untuk membuatmu mendidih.

Seandainya dengan putaran pemurnian itu

kau berhasil tersucikan
maka kau akan tinggal
di puncak Lelangit
bersama mereka yang suci.

Kepada semua citra

yang terbentuk dalam alam-khayal-mu
akan kau sampaikan:
"Salam wahai jiwaku,
Salam wahai semestaku."


Ketika citra-citra itu menghilang

maka engkau, engkau sendiri lah
yang menjadi jiwa
yang menjadi semesta.

Cukup lah sekian,

kata-katamu telah menjadi rantai
pengikat akalmu sendiri.

Jika tak terantai kata-kata itu,

kau tak lain daripada lisan murni
yang menyuarakan Akal Sejati.

Cukup lah sekian,

karena ilmumu menghijabi
lapis-lapis ilmu yang lebih dalam--
seandainya kau kenali Raja dalam dirimu
mengapa betah kau bertahan
hanya menjadi seorang penerjemah?


Catatan
Silakan periksa puisi-puisi lain yang terkait dengan ghazal ini,

Khazanah Tersembunyi


Buncis Rebus


Sumber:
Rumi: Divan-i Syamsi Tabriz, ghazal 3003
Terjemahan ke Bahasa Inggris oleh Willam Chittick
dalam  The Sufi Path of Love,
SUNY Press, Albany, 1983.

Selasa, 02 Desember 2014

Cinta itu Lautan Tak Bertepi





Cinta itu
lautan tak bertepi,
di atasnya lelangit bagai serpihan buih belaka;
yang gelisah,
bagai Zulaikha dambakan seorang Yusuf.

Ketahui lah, roda pemutar lelangit
digerakkan oleh gelombang Cinta:
bila bukan karena Cinta,
semesta kan membeku.

Bagaimana yang semula benda mati,
berubah menjadi tumbuh-tumbuhan?

Bagaimana tetumbuhan mengorbankan diri
agar dilimpahi ruh?

Bagaimana ruh mengorbankan diri
demi sebuah Hembusan;
yang kelembutan tiupannya
pernah menghamili seorang Maryam?

Semuanya akan kaku membeku bagai es,
tak akan terbang menjelajah seperti belalang.

Setiap zarah tengah jatuh cinta
pada Kesempurnaan itu,
dan bergegas tumbuh
bagai berkecambahnya tunas.

Bergegasnya mereka
adalah sebuah takbir  batiniah.

Mereka memurnikan diri
demi menyambut Sang Ruh.



Sumber:
Rumi: Matsnavi V: 3853 - 3859
Terjemahan ke Bahasa Indonesia oleh Nicholson.