Rahmat, Fihi ma Fihi #17


Ada diantara insan yang terpandu kecerdasan yang sangat tinggi tatarannya, mereka bagai malak dan cahaya murni. Mereka adalah para nabi dan wali, yang terbebas dari "ketakutan dan kesedihan" (QS [10]: 62).         [1] 

Adapula diantara manusia yang yang kecerdasannya terkerdilkan oleh hasrat, sehingga tatarannya merosot bagaikan binatang ternak.   [2]

Diantara ke dua golongan itu terdapat kelompok yang tengah berjuang.

Pada diri mereka tampil rasa sakit dan penderitaan dan mereka merasa tak puas dengan kehidupan yang tengah mereka jalani. Mereka adalah kaum beriman. Para wali menanti mereka, siap mengajak mereka mencapai tataran mereka yang sesungguhnya, lalu bergabung bersama para wali.  Sementara para syaithan mengintai untuk menarik mereka ke tingkatan yang paling rendah.     [3]

"Apabila datang pertolongan Allah dan kemenangan" (QS [110]: 1).

Para penafsir literal telah menafsirkan ayat ini dengan menjelaskan bahwa sang Nabi saw, ingin menjadikan seluruh dunia menjadi muslim dan mengajak seluruh manusia ke jalan Tuhan.

Sementara itu, para guru menyatakan bahwa maknanya sebagai berikut: seorang manusia menyangka bahwa dia dapat membebaskan diri dari nafsu rendahnya, dengan amal dan upayanya sendiri.
Ketika dia gagal--walau telah mengerahkan seluruh kemampuan dan tenaganya--Tuhan berkata kepadanya: "Menurutmu hal itu dapat dikalahkan oleh pencurahanmu, amal dan kebaikanmu. Hal-hal itu memang suatu tradisi yang telah Ku-tetapkan, yakni, apa-apa yang selayaknya engkau kerahkan bagi Kami. Baru setelah itu Rahmat Kami datang.

Kami nyatakan kepadamu, "Tempuh lah jalan tak-berujung ini dengan kaki-kaki-mu yang lemah. Kami tahu bahwa dengan lemahnya kaki-kaki-mu itu engkau takkan pernah dapat sampai--bahkan dalam seratus ribu tahun takkan kau dapat selesaikan walau satu tahap jalan. 

Hanya jika terus engkau berupaya menempuh jalan--sampai akhirnya engkau terjatuh--tak mampu langkahkan kaki walau setindak lagi, baru lah saat itu engkau diangkat oleh Rahmat Tuhan.

Seorang bayi diangkat dan digendong ketika disusui, baru setelah tumbuh besar dia bisa berjalan sendiri; jadi ketika tiada lagi tersisa kekuatanmu engkau diangkat oleh Rahmat Tuhan.

Ketika masih ada kekuatan padamu, ketika engkau berada diantara tertidur dan terjaga, berkali-kali Kami anugerahkan kepadamu kemampuan meraih kekuatan untuk bergerak maju dalam pencarianmu dan memberimu semangat. Kini, ketika tak lagi engkau miliki daya untuk melanjutkan penempuhan, perhatikan lah Rahmat dan pemberian Kami, pandang lah bagaimana mereka turun kepadamu. Seratus ribu amalmu tak sebanding bahkan dengan satu zarah dari hal ini. "Maka bertasbih lah dengan memuji Tuhanmu, dan ber-istighfar lah" (QS [110]: 3). Mohonlah ampun akan pikiranmu dan sadari lah selama ini engkau berkhayal bahwa semua ini diperoleh dari amalmu sendiri. Bahwa selama ini tak engkau lihat bahwa itu semua datang dari Kami.
Kini, setelah engkau tahu bahwa ini semua berasal dari Kami, mohon lah ampun. "Sesungguhnya Dia maha Penerima taubat" (QS [110]: 3).         [4]



Catatan:
[1]   QS Yusuf [12]: 31,  "... sesungguhnya ini tidak lain malak yang mulia."
[2]   QS Al A'raaf [7]: 179,  "... mereka bagaikan binatang ternak, bahkan lebih sesat lagi ..."
[3]   Ini soal yang banyak dibahas Rumi, beberapa sudah diterjemahkan.
Silakan periksa, antara lain:
http://ngrumi.blogspot.com/2010/05/ketika-rasa-sakit-tiba.html
[4]   QS [24]: 21  "... Dan jika bukan karena fadhilah Allah kepadamu dan rahmat-Nya takkan suci satu pun diantaramu selamanya, tetapi Allah mensucikan siapa yang Dia kehendaki ..." 



1 komentar:

Anonim mengatakan...

huaaa.. :"(