Minggu, 05 April 2015

Jangan Kau Sesali




Jangan kau sesali
lenyapnya kebahagianmu;
ketahui lah ia akan kembali padamu
dalam bentuk yang lain.

Saat kanak-kanak
kau berbahagia
ketika kau menyusu.

Ketika mulai tumbuh membesar

kau bosan pada susu,
dan kesenanganmu beralih
pada minuman lain dan madu.

Kesenangan adalah sesuatu yang esensial

ia datang menyapamu melalui aneka bentuk.
Ia bergerak dari satu sudut ke sudut lain
pada unsur air dan tanah-lempung,
yang membentuk dirimu.

Ia bisa mendadak mempertontonkan

keindahannya pada butir air hujan,
lalu ia merasuki pokok mawar,
dan keanggunan kecambahnya
ketika bibitnya bangkit dari tanah.

Ia bisa datang dari air, dari kelezatan

roti dan daging, lalu melalui kecantikan,
lalu melalui anggunnya kuda tunggangan.

Sampai, mendadak suatu hari,

dari balik hijab-hijab itu, ia menerobos
dan menghancurkan berhala-berhala:
Ia bukan lah bentuk yang ini
bukan pula bentuk yang itu.              [1]

Jiwa, saat kau tenggelam dalam lebur,

keluar dari tubuhmu dan tampil di alam khayal;
sementara tubuhmu diam dan ditinggalkannya,
ia memanifestasi sebagai sebuah imaji.

Secara awam kau bisa katakan seperti ini:

"Dalam sebuah mimpi kulihat diriku sendiri
tegak tinggi bagai sebatang cemara
wajahku secantik bunga tulip
semerbak harumku bagai mawar dan melati."

Lenyap bentuk imajinal seperti itu

ketika jiwa kembali kedalam rumahnya;
sesungguhnya terdapat peringatan penting
bagi semua makhluk, baik saat jiwa kembali
maupun ketika bertolak.   [2]

Telah kuutarakan

apa yang mungkin disampaikan,
lebih dari ini kutakutkan mudharatnya;
sungguh Sabda-Nya jauh lebih indah
daripada lantunanku:
berpegang-erat lah kepada buhul tali keimanan.  [3]

Jika tak mampu menyajikan hidangan yang layak

setidaknya ucapkanlah kata-kata yang arif. [4]

Wahai Tabriz-nya jiwa

pandanglah gemintang di langit qalb
mungkin kan kau dapati cahaya redup ini
sebuah bayangan dari Syams ad-Diin.


Catatan:
[1]  Apa saja yang menghijab qalb seseorang dari Cinta Ilahiah adalah
sebuah berhala bagi orang tersebut.


[2]  "Alam Khayl" atau "Alam Mitsal" dimana segala sesuatu di "Alam Syahadah" (nampak, terinderai) ini adalah bayangan darinya.

Berfungsi sebagai lokasi pemurnian, letaknya diantara alam yang
ditempati jiwa 
dan alam syahadah.

(dari catatan kaki terjemahan Nicholson).

[3]  Lihat QS Al Baqarah [2]: 256.

[4]  Lihat QS Al Baqarah [2]: 263.


Sumber:
Rumi: Divan-i Syamsi Tabriz, ghazal no. 1937
Diterjemahkan ke Bahasa Inggris oleh A.J. Arberry
dalam "Mystical Poems of Rumi 2,"
The University of Chicago Press, 1991.