Kamis, 21 Mei 2020

Mempercantik Kuburan




Jangan berlebihan usahamu,
hanya sekadar untuk urusan duniawi.

Jangan terlibat amal
yang tak mensucikan.

Jika tak kau perhatikan,
pada akhir hari, kau kan beranjak saat kau
belum lagi tuntas:

urusan akhiratimu berantakan;
kau bagaikan roti yang belum dipanggang.

Mempercantik kuburan itu
tak dilakukan dengan memakai
kayu, batu atau semen.

Sama sekali tidak!

Tapi dengan menggali dalam-dalam
kuburmu dalam kemurnian ruhaniah,
lalu mengubur keakuanmu
dalam Kehendak-Nya;

Dan dengan menjadi debu-Nya,
terkubur dalam cinta kepada-Nya;
sehingga dengan hembusan-Nya,
kau kan disempurnakan.



Sumber:

Rumi:  Matsnavi  III: 128 - 32
Terjemahan ke Bahasa Inggris oleh Kabir Helminski
Terjemahan ke Bahasa Indonesia oleh ngRumi.

Jumat, 01 Mei 2020

Cahaya yang Memadamkan Api




Pada pertemuan Pengadilan Akhir, 
orang-orang mukmin akan berkata:
"Wahai malaikat, bukankah neraka itu suatu jalan umum,
yang dilalui orang-orang mukmin dan kafir;
namun mengapa kami tak melihat api dan asap
dalam perjalanan kami?
    
Kami dapati taman dan kebun yang aman;
lalu dimanakah lintasan penuh bahaya 
yang dulu kami dengar?"

Maka malaikat menjawab:
"Kebun yang terlihat ketika kalian lalui,
sebenarnya itulah neraka,
namun bagi kalian tampaknya bagai
taman yang indah.

Karena kalian berjuang melawan hawa-nafsu
dan memadamkan kobaran syahwat, demi Tuhan.

Maka ia menjadi hijau dengan kesucian
dan cahaya tuntunan ke arah keyakinan yang haqq.

Karena kalian mengubah bara kemarahan
menjadi kelembutan,
dan mengubah kebodohan yang kelam 
menjadi pengetahuan yang terang.

Karena api kerakusan dalam diri kalian
telah diubah menjadi kemurahan-hati,
dan iri-dengki yang bagaikan duri
telah diubah menjadi kuntum mawar.

Karena telah kalian padamkan
semua apimu itu, bagi Tuhan;

Dan mengubah jiwamu yang semula membara
menjadi subur bagai sebidang kebun;
yang ditanami benih kesetiaan.

Di tepi sungai pada kebun itu,
burung Bulbul selalu bernyanyi merdu,
melantunkan do'a dan pujian akan Tuhan.

Demikianlah telah kau dengar panggilan Tuhan,
dan kau padamkan api membara dalam jiwamu sendiri:

Karena itu, bagimu neraka kami telah menjadi
padang rumput hijau nan cantik,
dipenuhi bunga mawar".


Catatan:

Mengingatkan kepada saat dimana orang-orang mukmin berpisah dengan orang-orang munafik; sementara mereka bercampur-baur selama di alam dunia. Pembeda mereka adalah kehadiran cahaya. Orang mukmin dilimpahi cahaya;  orang munafik, sebaliknya. Padahal tampilan mereka sulit dibedakan selama di alam dunia. 

Pada hari engkau akan melihat orang-orang yang beriman laki-laki dan perempuan, betapa cahaya mereka bersinar di depan dan di samping kanan mereka, (dikatakan kepada mereka), "Pada hari ini ada berita gembira untukmu, (yaitu) surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Demikian itulah kemenangan yang agung."

Pada hari orang-orang munafik laki-laki dan perempuan berkata kepada orang-orang yang beriman, "Tunggulah kami! Kami ingin mengambil cahayamu." (Kepada mereka) dikatakan, "Kembalilah kamu ke belakang dan carilah sendiri cahaya (untukmu)." Lalu di antara mereka dipasang dinding (pemisah) yang berpintu. Di sebelah dalam ada rahmat dan di luarnya hanya ada azab.
(QS al Hadid [57]: 12 - 13)

Mengenai ayat-ayat ini, Imam al-Ghazali pada buku Keajaiban Hati, halaman 63, mengaitkan dengan sebuah hadits.

Bahwasannya sebagian dari mereka itu ada yang diberi cahaya sebesar gunung, dan sebagian lagi lebih kecil daripada itu, sehingga yang paling akhir ialah seorang yang diberi cahaya ibu-jari telapak kakinya. Cahaya itu sekali-kali bersinar, dan kali lain, padam. Ketika cahaya itu bersinar, ke dua kakinya bergerak maju, dan ketika padam, ia diam tegak. Perjalanan mereka di atas jalan itu selaras dengan kadar cahaya yang ada pada mereka. Maka diantara mereka ada yang bergerak bagai sekedip mata, ada yang melaju secepat kilat, ada yang secepat awan mendung, ada yang seperti perjalanan bintang-bintang dan ada pula yang bergerak secepat kuda yang sedang berlari di padang rumput. Orang yang diberi cahaya pada ibu-jari telapak kakinya itu merangkak pada muka, ke dua tangan dan ke dua kakinya. Ia tarik sebelah tangannya, dan sebelah tangannya lagi, menggantung. Kanan-kirinya terjilat oleh api; ia berada dalam keadaan demikian sehingga akhirnya bebas selamatlah ia.


Sumber:

Rumi: Matsnavi  II:  2554 - 2568
Terjemahan ke Bahasa Inggris oleh Nicholson.
Terjemahan ke Bahasa Indonesia oleh ngRumi.