Jumat, 05 Maret 2010

Nama Sejati

Penghulu umat manusia, Adam:
kepadanya Allah mengajarkan
nama-nama seluruhnya;
dia memiliki ribuan ilmu
di setiap pembuluh darahnya.

Pada jiwanya terhimpun pengetahuan
mengenai nama dari segala sesuatu ciptaan
sampai akhir zaman: dari yang telah,
sampai yang akan, mewujud.

Tidak ada panggilan yang telah diberikannya
kepada sesuatu kemudian berubah,
apa yang disebutnya cepat tidak akan
lalu menjadi lambat.

Siapa yang pada akhirnya menjadi seorang beriman,
telah diketahuinya sejak awal; 

siapa saja yang akhirnya menjadi seorang yang kufur,
sejak awal jelas belaka baginya.

Apakah telah kau dengar nama dari segala sesuatu
dari dia yang telah diberi ilmu mengenai hal itu;
dengarlah makna terdalam dari rahasia
Dan telah
diajarkan kepada Adam, al-asma 'akullaha.... [1]

Bersama kita, nama dari sesuatu adalah tampilan
lahiriahnya; bersama Sang Pencipta nama dari
sesuatu adalah hakikat batiniah sejatinya.

Di mata Musa a.s.
nama dari sebatang kayu di tangannya adalah tongkat;
di mata Sang Pencipta namanya adalah naga.

Pernah disini nama Umar berarti penyembah berhala,
tetapi di alam Alastu nama sebenarnya adalah [2]
Mukmin Sejati.

Nama itu, yang bersama kita baru merupakan

semacam bibit; dalam pandangan Sang Pencipta,
adalah dirimu saat ini, saat sedang membaca ini.

Bibit tersebut adalah suatu
bentuk ide
ketika sesuatu belum mewujud,
masih sesuatu saat mengada bersama dengan-Nya;
tidak lebih tidak kurang.


Ringkasnya: apa yang merupakan tujuan kita 

adalah nama kita yang sejati bersama dengan-Nya. [3]

Dia menganugerahkan nama kepada seorang insan

sesuai dengan keadaan akhirnya;
dan bukannyaberdasarkan keadaan sementaranya,
saat nama itu baru merupakan suatu pinjaman.


Demikianlah, 

karena pandangan Adam melihat dengan penglihatan
Cahaya Murni, jiwa dan makna terdalam
dari semua yang diberi nama 

tampak jelas baginya.

Karena para malaikat menangkap dalam dirinya cahaya

Ilahiah, mereka bersujud kepadanya dan bergegas
menghormat kepadanya.


Adam seperti inilah yang namanya kurayakan,

jika aku memujinya sampai Hari Kebangkitan,
masih kurang aku menghormatinya.



Catatan:
[1] QS [2]: 31.

[2] QS [7]: 172; Persaksian Awal, ketika jiwa-jiwa bersaksi
bahwa
Rabb mereka adalah Allah.

[3] Seseorang sebagaimana adanya dalam pandangan Sang Pencipta
.



Sumber:
Rumi: Matsnavi  I: 1234 - 1248.
Terjemahan ke 
Bahasa Inggris oleh Nicholoson.