Jumat, 10 Januari 2014

Bersama dengan-Mu



Bersama dengan-Mu
adalah satu-satunya sumber
kebahagiaanku.

Karena semua selain Engkau
adalah bentuk,
tapi hanya Engkau yang sungguh Haqq.

Jangan pernah pisahkan aku
dari-Mu,
karena tak mungkin
sebuah kapal berlayar
tanpa air.

Aku sebuah kitab yang cacat,
tapi ketika Engkau yang membaca,
Kau pulihkan aku.

Yusuf selamat                    [1]
walau dikepung seratus serigala
ketika Engkau yang menjadi gembala.

Setiap kali Engkau bertanya,
"Bagaimana kabarmu?"
wajahku memucat
dan air-mataku bercucuran.

Ke dua hal itu hanya lah tanda
bagi mereka yang kasar dan rendah;
apa lah artinya tanda-tanda bagi-Mu,
yang tak memerlukan satu pun tanda.

Kau dengar bisikan tak terucapkan,
Kau baca niat tak tertulis.

Kau perlihatkan visi
di luar tidur;
tanpa air
Kau perjalankan kapal.

Wahai diriku: diam lah,
karena dari ketiadaan telah tiba sabda,
"Kau tak dapat melihat Ku."           [2] 


Catatan:
[1]  Merujuk kepada kisah terkenal nabi Yusuf ketika remaja,
yang diperdayai saudara-saudaranya sendiri (QS Yusuf [12]: 13)
dan seterusnya.

[2]  Ode ini memberi sedikit singkapan tentang keakraban seorang
hamba yang berada pada tataran nabi atau wali, yang sedemikian
akrab, sehingga ber-"aku dan Engkau" dengan Rabb-nya.

Rujukan pada Al-Qur'an memperlihatkan, misalnya, keakraban nabi
Musa as, dengan Rabb, sedemikian rupa sehingga beliau berucap,
"... Ya Tuhanku, tampakkanlah (diri-Mu) kepadaku agar aku dapat
melihat-Mu. 
(Allah berfirman) Engkau  takkan sanggup melihat-Ku..."
(QS al-A'raf [7]: 143).


Sumber:
Rumi: "Divan-i Syamsi Tabriz,"  ghazal no. 2756
Terjemahan ke Bahasa Inggris oleh A.J. Arberry
dalam "Mystical Poem of Rumi 2"
The University of Chicago Press, 1979/ 1991.