Selasa, 15 Oktober 2019

Dua Jenis Kecerdasan






Ada dua jenis kecerdasan.

Yang pertama, seperti yang diperoleh
seorang anak di sekolah,
dari buku dan guru;
ide-ide dan hafalan.

Kecerdasanmu mungkin mengungguli yang lain,
tetapi memelihara semua pengetahuan itu
adalah sebuah beban berat.

Engkau yang begitu sibuk mencari pengetahuan,
seharusnya menjadi sebuah lembar penyimpan;
akan tetapi--lembar penyimpan yang terjaga--
adalah seorang insan yang telah jauh melampaui itu.

Karena ada jenis kecerdasan yang lain,
sebuah pemberian Rabb:
mata-airnya tersimpan dalam di dasar jiwa.

Ketika air pengetahuan pemberian Rabb 
memancar dari dada, tak pernah alirannya mandek,
atau keruh.

Jika saluran keluarnya terhambat, 
kerugian apa yang diakibatkannya?
Karena ia mengalir terus dari rumah qalb.

Pengetahuan yang dipelajari itu
bagaikan pipa penyalur yang tersambung
dari jalan, masuk kerumahmu;
jika pipa itu tersumbat, rumahmu kering.

Carilah mata-air didalam dirimu sendiri.



Sumber:
Rumi: Matsnavi  IV: 1960 - 68
Terjemahan ke Bahasa Inggris oleh
Camille dan Kabir Helminski,
dalam "Rumi: Jewels of Rememberance,"
Threshold Books, 1996.
Berdasarkan terjemahan dari Bahasa Persia
oleh Yahya Monastra.

Periksalah dengan Teliti




Mengenai lelangit yang sedemikian indah dan agung,
Tuhan bersabda: "... maka pandanglah berulang-kali...".

Tentang atap cahaya itu,
janganlah puas hanya dengan sekali pandang,
periksalah dengan teliti,  "... adakah cacatnya?"

Karena Dia telah memerintahkanmu
agar memeriksa dengan teliti atap yang sempurna itu
--bagaikan kau mencari kesalahan orang lain--

maka akan kau sadari,
betapa banyak pemeriksaan dan penyelidikan
yang diperlukan oleh bumi yang gelap,
agar memenuhi syarat.



Catatan:
"... maka lihatlah berulang-kali, adakah kau lihat sesuatu yang cacat? "
(QS al-Mulk [67]: 3).

Para pemuka ilmu hikmah menyatakan bahwa, 
"alam itu bagaikan insan yang besar,
sementara insan itu bagaikan alam yang kecil."
 

"Memeriksa bumi yang gelap," artinya meneliti aspek jasmaniah
diri seseorang, apakah sudah memenuhi aturan (syariah). 



Sumber:
Rumi: Matsnavi vol II: 2946 - 49
Terjemahan ke Bahasa Inggris oleh Nicholson. 

Minggu, 06 Oktober 2019

Cinta yang Menghidupkan





Cinta pada yang mati takkan abadi,
karena yang mati takkan kembali.

Tetapi cinta pada yang hidup
di setiap saatnya lebih segar, 
daripada sekuntum bunga:
baik bagi mata batiniah
maupun mata lahiriah.

Pilihlah cinta dari Yang Maha Hidup,
yang Abadi, 
yang memberimu khamr:
yang meningkatkan kehidupanmu.

Pilihlah cinta dari-Nya;
dari cinta-Nyalah, semua nabi memperoleh 
kekuatan dan kemenangan.

Jangan kau katakan,
"Sang Raja tak mampu kita jangkau."
Berurusan dengan yang Maha Pemurah
sama sekali tidak sulit.


Sumber:
Rumi: Matnavi I:  217 - 221
Terjemahan ke Bahasa Inggris oleh Nicholson.



Tenggelam dalam Rabb





Bendunglah aliran gairah
ketika arusnya membanjir,
sehingga tak memalukan dan meruntuhkanmu.

Tetapi, mengapa aku takut runtuh?
Bukankah dibawah puing-puing keruntuhan diri, 
khazanah tersembunyi telah lama menanti?

Sang pencinta yang telah tenggelam dalam Rabb, 
berharap agar tenggelam lebih dalam lagi.

Sementara jiwanya naik turun dihempas gelombang, 
masih dia sempat bertanya, 
"Dimanakah yang lebih menyenangkan, 
di puncak gelombang, atau di dasar laut?"

Wahai qalb,
kau akan pecah berkeping-keping
oleh prasangka-buruk, jika masih 
mengenali perbedaan rasa bahagia dan sengsara.

Walaupun kehendakmu terasa manis;
bukankah Sang Kekasih menghendakimu
tanpa kehendak?

Setiap bintang dari sisi-Nya 
setara dengan nilai harta-tebusan seratus bulan baru:
adalah hak-Nya memotong semua urusan duniawimu
demi urusan dari-Nya.

Agar mendapatkan ganjaran dan tebusan-Nya, 
bergegaslah pertaruhkan jiwamu.

Hidup para pencinta itu berada di dalam kematian: 
takkan kau dapatkan Hati Sang Kekasih, 
sampai dengan kau kehilangan hatimu sendiri.



Sumber:
Matsnavi I: 1743 - 1751
Terjemahan ke Bahasa Inggris oleh Nicholson.