Sabtu, 21 Desember 2019

Wahai Airmata yang Berlinang



Wahai airmata yang berlinang,
utarakanlah tentang cintaku 
yang semakin berkembang:

kepada taman itu, mata air itu,
dan semua hal yang telah kusaksikan.

Dan jika pada suatu malam,
Kau ingat malam-malam itu:

Tolong lupakanlah tentang 
rendahnya adabku.


Catatan:
[1]    "Sesungguhnya al-mutaqiin itu didalam taman-taman dan
mata-mata air.
"
(QS al-Hijr [15]: 45)

[2]    Ini adab seorang arif billah, yang takut jika cintanya kepada ciptaan
yang disediakan-Nya bagi orang yang bertakwa (taman dan mata-air surgawi) menghijabnya dari cinta kepada Sang Pencipta.

Wallahu'alam.



Sumber:
Rumi: Rubaiyat #17
dari Kolliyaat-e Shams-e Tabrizi
Disunting oleh Badiozzaman Forouzanfar, 
Teheran, Amir Kabir, 1988.

Terjemahan ke Bahasa Inggris oleh Zara Housmand
Terjemahan ke Bahasa Indonesia oleh ngRumi.




Jumat, 13 Desember 2019

Tangga ke Langit



Indera ragawi adalah tangga 
ke alam dunia ini,
sementara indera ruhaniah
adalah tangga ke langit.

Carilah obat bagi sembuhnya indera ragawi 
dari seorang tabib;
dan mohonlah kesembuhan indera ruhaniah
kepada Sang Kekasih.

Kesehatan indera jenis pertama
muncul dari kebugaran tubuh;
sementara kesehatan indera jenis ke dua
timbul dari runtuhnya tubuh.

Jalan ruhaniah itu meruntuhkan tubuh,
dan setelah itu mengembalikannya ke kemakmuran.

Runtuhkanlah rumah agar khazanah keemasan tergali,
dan dengan harta itu  bangunlah rumah baru,
yang lebih baik daripada rumah sebelumnya.  [1]

Bendunglah aliran sungai
dan bersihkanlah dasarnya,
kemudian alirkanlah air bersih 
mengalir ke dalamnya.

Torehlah kulit dan keluarkanlah duri,
kemudian biarkan kulit segar tumbuh
menutupi luka.

Runtuhkan dan rebutlah benteng dari orang kafir,
kemudian bangunlah di atasnya ratusan menara
dan kubu pertahanan.     [2]

Siapakah dapat menjelaskan tindakan-Nya, 
sedangkan tiada sesuatupun menyerupai-Nya;
yang telah kusebutkan di atas 
hanya sekedar suatu perumpamaan.

Terkadang tindakan Tuhan nampak seperti ini,
kali lain justru sebaliknya:
agama yang Haqq tak lain hanyalah kebingungan.

Maksudku, bukan orang yang bingung,
sehingga memalingkan punggung kepada-Nya,
melainkan orang yang nampak bingung karena tenggelam
dan mabuk kepada Sang Kekasih.

Pencari yang terpesona akan Tuhan,
menghadapkan wajahnya kepada Sang Kekasih;
sementara orang lain hanya  menampilkan wajahnya sendiri
karena hanya menghadap kepada dirinya sendiri, 

Tataplah wajah setiap orang dengan seksama,
perhatikanlah baik-baik:
mungkin dengan melayani para pencari
engkau akan mengetahui wajah orang yang dikasihi-Nya.

Karena banyaknya setan berwajah Adam, 
jangan sembarang genggam tangan yang terulur kepadamu;

Karena si pemburu unggas bersiul untuk memikat burung;
barang siapa yang tertipu,
--menyangka mendengar sesamanya,
lalu turun dari udara--
akan mendapati dirinya terjerat lalu ditawan.

Orang keji mencuri bahasa para pencari,
yang lalu dipakainya untuk mempesona dan menipu
mereka yang lugu.

Perbuatan orang-orang suci itu bagaikan cahaya yang hangat,
sebaliknya perbuatan orang jahat itu penuh tipu muslihat
dan tak tahu malu.


Keterangan:
[1]    Tubuh (jism) insan adalah rumah (bait) bagi hakikat insan,
yaitu jiwa (nafs)-nya.

Dalam semesta diri insan, tubuh adalah aspek bumi (ardh), 
sedangkan jiwa adalah aspek langit (sama'i).

Tazkiyatun-nafs (pensucian jiwa) yang haqq dan paripurna akan 
melahirkan khazanah yang semula tersimpan di inti jiwa.

"Sungguh beruntung mereka yang mensucikan (jiwa)-nya" 
(QS Asy-Syams [91]: 9)
Didalam Kitab Suci, istilah "beruntung" terkait dengan pensucian jiwa.

"Dan di langit terdapat rezekimu dan apa-apa yang dijanjikan kepadamu"
(QS Adz-Dzariyat [51]: 22)
Maksudnya, didalam jiwa setiap insan.


"Runtuhnya rumah," berlangsung dalam proses pensucian, ketika semua yang
tidak haqq dibersihkan dari diri seseorang yang bertaubat. 

Setelah bersih, dibangun diri yang baru, yang meniti jalan pencarian 
sebagaimana dibentangkan didalam Kitab Suci.

Pengubahan yang berlangsung didalam diri seseorang saat mencari Tuhannya
adalah sebuah rezeki teramat besar. 

Dan langka.
"... takkan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan takkan dimasukkan
ke al-Jannah sampai dengan unta masuk lubang jarum..."
(QS al-A'raaf [7]: 40)

Pintu-pintu ke langit (nafs) semesta didalam diri takkan dibukakan sampai dengan
runtuhnya ego dan mengecilnya hawa-nafsu. 


[2]    Kekufuran diri yang bersembunyi didalam benteng hati (qalb) seseorang,
sehingga abai kepada al-Haqq.

Wallahu'alam.



Sumber:
Rumi:  Matsnavi  I: 303 - 320
Terjemahan ke Bahasa Inggris oleh Reynold A. Nicholson
Terjemahan ke Bahasa Indonesia oleh ngRumi.

Mencari Kemerdekaan





Carilah ilmu yang dapat memerdekakanmu
dari simpul yang tengah menjeratmu ini.

Carilah, selama masih ada unsur kehidupan dalam dirimu,
yang perlu kau pahami.

Tinggalkan semua hal tak berarti,
yang hanya nampaknya saja bernilai.

Carilah sesuatu,
yang tampilannya seakan tak bermakna;
padahal sejatinya tak demikian.



Sumber:
Rumi: Rubaiyat  #106
dari Kolliyaat-e Shams-e Tabrizi
Disunting oleh Badiozzaman Forouzanfar 
Tehran, Amir Kabir, 1988.

Terjemahan ke Bahasa Inggris oleh Zara Housmand
Terjemahan ke Bahasa Indonesia oleh ngRumi.