Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2008

Ketika Dibuat Paham

Ada seorang ibu, yang hamil setiap tahun, tapi tidak ada anaknya yang hidup lebih lama daripada enam bulan. Ketika mencapai tiga atau empat bulan, mereka meninggal. Sehingga sang ibu menjerit, “Wahai Tuhan, Sembilan bulan lamanya, kutanggung beban kehamilan, tapi kemudian hanya tiga bulan lamanya hidupku senang: kebahagiaanku lebih singkat daripada terbentangnya pelangi.” Perempuan itu, karena kesedihan yang amat sangat, mengeluhkan nasib malangnya kepada para lelaki milik Tuhan. Karena telah dua puluh orang anaknya dikubur: bagaikan jilatan api cepatnya kehancuran hidup mereka. Sampai suatu malam diperlihatkan kepadanya sebuah taman yang tak-terhingga, luas, hijau, indah, tanpa-cela sedikit pun. Kusebut “Ganjaran Mutlak” sebuah taman , karena dia merupakan sumber semua ganjaran dan gabungan semua taman; Jika tidak demikian, sebenarnya tiada mata pernah memandang

Perbedaan Pendapat tentang Bentuk Gajah

Disebutnya nama Musa,  telah menjadi sebuah rantai yang membelenggu  pikiran para pembacaku,  mereka pikir ini adalah  cerita-cerita  yang terjadi dahulu kala. Disebutkannya Musa hanya berfungsi sebagai topeng,  tetapi cahaya Musa adalah persoalan mutakhir,  wahai sahabatku. Musa dan Fir’aun itu di dalam dirimu: engkau mesti mencari pihak-pihak yang berlawanan ini di dalam dirimu-sendiri. Pembangkitan Musa akan terus berlangsung sampai  Hari Kebangkitan: Cahaya itu tidak berbeda,  walaupun lampunya berlain-lainan. Lampu dari tanah ini berbeda dengan sumbu itu, tetapi cahaya mereka tidak berbeda: ia dari Alam Sana. Jika engkau terus memandang kaca lampu,  engkau akan bingung, karena dari kaca munculah sejumlah  keragaman. Tetapi jika pandanganmu tetap kepada Cahaya, engkau akan terbebas dari keragaman dan bermacam-macamnya bentuk yang terbatas. Dari tempat yang menjadi obyek pandangan, wahai engkau yang merupakan hakikat keberadaan, dari s

Kisah Seorang Pemuda yang Minta Diajari Bahasa para Binatang

Seorang pemuda meminta kepada Musa a.s: “Ajari aku bahasa binatang, siapa tahu dari suara hewan dan binatang buas akan kudapat suatu pelajaran untuk memperbaiki agamaku; Karena bahasa-bahasa Bani Adam semuanya hanya digunakan untuk mencari makanan, minuman dan ketenaran; Mungkin saja para binatang memperhatikan hal yang berbeda, misalnya, tentang saat-saat bertolaknya kita dari alam-dunia ini.” “Pergilah,” jawab Musa a.s, “tinggalkanlah hasrat sia-sia itu, karena keinginanmu itu mengandung bahaya di depan dan di belakangnya; Carilah pelajaran dan kebangkitan jiwa yang engkau inginkan dari Allah, bukannya dari buku dan pembicaraan, kata-kata dan lisan.” Penolakan Musa a.s malah membuat pemuda itu tambah mendesak: memang biasanya seorang pemuda semakin penasaran jika ditolak keinginannya. Dia berkata, “Wahai Musa, engkaulah cahaya yang memancar, segala sesuatu mendapatkan jati-dirinya dari engkau; Yang kuminta itu sangatlah tak-berarti bagi perbendaharaanmu, wahai yang murah-hati, s