Khazanah Tersembunyi






"Wahai Rabb," Nabi Dawud as, bertanya,
"Karena Engkau sedikitpun tidak membutuhkan kami,
maka jelaskanlah mengapa Engkau ciptakan ke dua alam?"   [1]

Rabb menjawab,
"Wahai insan,
Aku adalah sebuah khazanah tersembunyi,  
Ku-cinta jika khazanah kasih-sayang dan kepemurahan
diungkapkan.   [2]

Kutampilkan sebuah cermin:
bagian mukanya adalah qalb,
bagian belakangnya adalah alam dunia;

Jika bagian mukanya tak engkau ketahui,
maka bagian belakangnya tampak lebih baik."  [3]


Jika jerami masih bercampur dengan tanah-liat,
bagaimana mungkin cermin dapat berfungsi.

Ketika engkau pisahkan jerami dari tanah-liat,
cermin menjadi jernih.

Buah-anggur tidak berubah menjadi minuman,
seandainya tidak diragikan di dalam guci;
Jika ingin qalb-mu tumbuh cemerlang,
perlu engkau lakukan sedikit upaya.

Kepada jiwa yang keluar dari tubuh,
berkata Sang Raja: "Engkau datang
sebagaimana engkau bertolak:
dimanakah jejak-jejak kepemurahan-Ku."

Teka-teki termasyhur Alkemi:
bagaimana mengubah tembaga menjadi emas?
Tembaga kami telah diubah oleh Alkemi yang langka. [4]

Dari kepemurahan Tuhan,
matahari ini tidak inginkan mahkota atau jubah.
Dia sudah menutupi kepala seratus lelaki gundul,
dan menyelimuti puluhan orang telanjang.

Anakku, perhatikanlah Isa putra Maryam,
yang mengajarkan kerendahan diri
dengan menunggang keledai.
Sungguh mencengangkan,
intan-permata di atas punggung keledai.

Wahai Ruh, pimpinlah pencarian dan
teruslah mengalir-mencari bagaikan arus air.

Wahai 'Aql, untuk mendapatkan hidup abadi
teruslah tempuh jalan kematian.

Teruslah ber-dzikr, hingga diri terlupakan,
sehingga lenyap-lebur engkau dalam Yang-Diseru,
tanpa teralihkan lagi oleh penyeru atau seruan.


Catatan:

[1]  "Ke dua alam:" yang tampak dan yang tersembunyi.

[2]  Bersumber dari sebuah Hadits Qudsi:

"Aku adalah sebuah khazanah tersembunyi,
Aku cinta untuk dikenal, karenanya Kuciptakan makhluk
agar Aku dikenali."


Insan sebagai ciptaan pamungkas diberi potensi tertinggi
diantara semua ciptaan untuk mengenal penciptanya.

Perjalanan pencarian kesejatian insan adalah perjalanan mengenal Tuhannya.
Dan itu dimulai dengan mengenal diri (nafs)-nya sendiri.
"Man 'arafa nafsahu faqad 'arafa Rabbahu."


Insan adalah satu-satunya ciptaan yang diciptakan dengan
"ke dua belah tangan Tuhan" (QS [38]: 75).


Derajat kemuliaan insan terletak pada tingkat pengenalannya akan Tuhannya.


[3]  Jika bagian muka atau wajah qalb tak disucikan sampai se cemerlang cermin, maka alam batiniah takkan tampak. Akibatnya, satu-satunya semesta yang tampil indah-mempesona serta menyihir adalah alam yang selayaknya berada di belakang qalb, yaitu alam lahiriah (dunia).


[4]  "Alkemi" disini berbicara mengenai transformasi, dari
"jiwa yang cenderung kepada keburukan" (QS [12]: 53)
menjadi an-nafs al-muthmainnah.




Sumber: 

Rumi: Divan-i Syamsi Tabriz, no 4
Terjemahan ke Bahasa Inggris oleh Nicholson.

Komentar

Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

Postingan populer dari blog ini

Wahai Airmata yang Berlinang

Nama Sejati

Matilah Sebelum Engkau Mati