Di Lembah Cinta
Tengah malam, aku bertanya, siapa ini yang ada di dalam rumah qalb-ku? Dia menjawab, Inilah Aku, yang cemerlangnya membuat matahari dan rembulan jadi tertunduk malu. Dia bertanya, Mengapa rumah ini penuh dengan aneka macam lukisan? Aku menjawab, Ini semua adalah bayangan dari-Mu, wahai Engkau yang wajah-Mu membuat iri warga Chigil. [1] Dia bertanya, Dan apa ini: qalb yang berdarah-darah? Aku menjawab, Ini adalah gambaran diriku: hati terluka, dan kaki dalam lumpur. Kuikat leher dari jiwaku, dan menyeretnya kehadapan-Nya sebagai persembahan: Inilah dia yang telah berkali-kali memunggungi Cinta, kali ini jangalah Kau lepaskan. Dia serahkan satu ujung tali, ujung yang penuh kecurangan dan pengkhianatan, Peganglah ujung yang ini, Aku kan menghela dari ujung yang lain, mari berharap tali ini tidak putus. Kuraih tangan-Nya, Dia menepisku, seraya berkata, Lepaskan! Aku bertanya, Mengapa Engkau bersikap keras padaku? Dia menjawab,