Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2012

Rintihan Tawanan Dunia

Mesti berapa lama lagi, kudapati diriku terantai dalam penjara ini, terantai ke dunia ini. Telah tiba saatnya kuraih kesejatian hidup; dan aku bergerak, berderap, menuju ke kemurnian. Jika aku bisa tersucikan, dan terbersihkan dari kotoran, seterusnya tiada yang kucari kecuali Dia semata. Ketika aku diciptakan, telah disediakan untukku semesta dan istana;                      [1] sungguh aku ingkar jika kuterima jabatan hanya sebagai seorang penjaga pintu.                [2] Jika ku berhasil mengubah sikap seperti penjaga pintu ini, jika ku berhasil mengembalikan akalku kepada kesejatiaannya, bahagia kan datang menggantikan kesedihanku. Wahai  qalb: mengingat ini tentang kita berdua semata, tentang warta yang datang padamu di tengah malam: akan kuikuti pesan itu, sebagaimana yang kau pahami. Jika nanti sayapku telah kembali tumbuh menggantikan kakiku yang lamban, semua halangan kan kulewati: kembali ku akan mengangkasa, kutembus ruang dan waktu. C

Mengenakan Cinta

Suatu jiwa yang tak mengenakan Cinta pantas malu akan keberadaannya sendiri. Mabuklah dengan Cinta karena semua yang meng-ada itu perwujudan Cinta. Tanpa memberi dan menerima Cinta tak akan  Sang Kekasih menerimamu. Mereka bertanya, "Apakah itu yang disebut Cinta?" Jawablah, "Menanggalkan kehendak bebas." Orang yang bersandar pada kehendak-bebas, terikat kepadanya. Sang pencinta sejati bersikap layaknya dia seorang raja: ke dua semesta berserakan di sekitarnya tapi tak diperdulikannya sedikit pun. Hanya Sang Kekasih dan pencinta-Nya yang bertahan, tak kenal akhir. Jangan tetapkan hatimu pada sesuatu yang lain; yang lain-lain itu hanya wujud pinjaman. Sampai kapan engkau betah memeluk kekasih yang mati. Peluklah yang Maha Hidup, yang tak mungkin terliputi oleh sesuatu pun. Semua tanaman yang berkembang di musim semi akan luruh di musim gugur; tapi kebun mawar Sang Kekasih tak bergantung pada tibanya musim semi. Duri ikut berkembang bers

Selalulah Engkau Berharap

Gambar
Berbagi minuman hangat di waktu fajar di halaman Masjid Nabawi, 5 Maret 2024 Terkait makanan jasmaniah: jika terlalu sedikit engkau makan, engkau tetap lapar seperti gagak, mudah marah dan kurang darah; tapi jika kau terlalu banyak makan, pencernaanmu terganggu. Santaplah hidangan dari Rabb yang paling mudah engkau cerna, layarkanlah dirimu bagaikan bahtera yang mengarungi samudera jiwa. Bersabarlah dan teguhlah berpuasa: selalulah kau berharap  akan hidangan dari  Rabb . Karena  Rabb  yang Maha Rahman  dan Maha Pengharap memberikan anugerah  kepada mereka yang penuh-harap. Mereka yang lambungnya penuh tak pernah berharap-harap cemas menanti datangnya makanan; sebaliknya mereka yang lapar, selalu bertanya,  "kapankah datangnya..?" berharap sambil lapar, membuat waspada. Tanpa engkau selalu penuh harap, limpahan anugerah takkan pernah menyapamu. Sumber: Rumi:   Matsnavi  V: 1746 - 1753. Terjemahan ke Bahasa Inggris oleh  Nicholson .