Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2012

Ke Arah Mana Hasratmu?

Sebagian kita betah berada di rumah, sementara yang lainnya senang bepergian. Hening menyepi di gunung, nyaman bagi sebagian orang, tapi membosankan buat yang lain. Setiap kita diciptakan untuk sebuah amal tertentu, dan hasrat akan amal itu ditaruh dalam hati kita. Tak mungkin tangan dan kaki bekerja tanpa digerakkan hasrat. Jika kau dapati hasratmu mengarah ke Langit, kepakkan sayapmu dan jangkaulah. Tapi jika hasratmu mengarah pada sesuatu di bumi, teruslah rintihkan permohonan ampun. Orang bijak menangis, pada bagian awal jalan; sementara orang bodoh menyesal pada bagian akhir. Cermati baik-baik sejak awal, akhir seperti apa yang kau hasrati, sehingga tak ada penyesalan pada Hari Perhitungan. Sumber: Rumi:   Matsnavi   III: 1616 - 1619 Terjemahan ke Bahasa Inggris oleh  Nicholson . Terjemahan ke Bahasa Indonesia oleh ngRumi.

Telah Disandingkan ash-Shabr dengan al-Haqq

Luqman mengunjungi Dawud,              [1] dan didapatinya sang pemilik qalb murni, sedang sibuk membuat cincin-cincin dari besi. Lalu dilihatnya Sang Raja yang Mulia itu menyatukan cincin-cincin itu satu sama lain. Tak pernah sebelumnya dia lihat karya sang penakluk besi, dia takjub menyaksikan itu semua, dan sangat ingin tahu. "Benda apakah itu? Akan kutanyakan kepadanya, apa yang akan dibuatnya dari cincin-cincin besi yang disatukan itu?" Tapi dia menahan diri, seraya berkata di dalam hati, "lebih baik aku bersabar: kesabaran adalah pemandu tercepat menuju sasaran pencarian." Jika engkau tak mengajukan pertanyaan, rahasia terungkap padamu lebih cepat, kesabaran itu bagaikan burung yang paling cepat terbangnya. Jika engkau memilih untuk bertanya, lebih lambat sasaran tercapai, apa yang semula mudah, jadi lebih sulit diraih, karena ketergesaanmu. Karena Luqman tetap berdiam-diri, sang penakluk besi yang piawai bekerja cepat tanpa halang

Dihantarkan Perumpamaan

Manfaat perumpaan itu untuk menengahi, untuk mengantarkan pengertian. Tanpa sesuatu yang menengahi takkan ada yang berani masuk ke dalam api begitu saja, kecuali seekor salamander. Air hangat yang dipakai mandi adalah sebuah pengantar yang menengahi sehingga badanmu segar oleh panasnya api. Karena kau tak bisa langsung terjun ke dalam api, --seperti Ibrahim sang Khalilullah -- maka tempat mandi air-panas bagaikan utusan bagimu, dan air berperan sebagai pemandumu. Rasa puas itu dari  al-Haqq, tapi agar mereka yang masih penuh dosa dapat mencicipi rasa puas, diperlukan pengantar berupa makanan. Keindahan itu dari  al-Haqq, tapi mereka yang daya inderanya hanya jasmaniah takkan merasakan pesona keindahan tanpa ditengahi penghantar berupa Taman Surga. Ketika penengah jasmaniah diangkat, maka ia yang diangkat itu memahami tanpa hijab, bagaikan Musa, cahaya seterang rembulan memancar dari dadanya. Penyaksian itu bagaikan kebajikan yang disandang air jernih, sis