Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2013

Harapan telah Menyingsing

Wahai jiwaku, jangan berputus-asa, harapan mulai mengejawantah; apa yang dinanti setiap jiwa telah menyingsing dari semesta gaib. Jangan berputus-asa, walau Siti Maryam telah meninggalkanmu, tapi cahaya yang mengangkat Isa ke langit telah muncul. Jangan berputus-asa, wahai jiwaku, dalam kegelapan penjaramu ini, sang Raja yang membebaskan Jusuf-mu telah tiba. Ya'qub telah muncul dari balik hijab kebuntuan, Yusuf yang kan menyibak hijab Zulaikha telah tampil. Wahai engkau, yang sejak malam hingga fajar memohonkan,  "Yaa Rabb," Yang Maha Rahman mendengar rintihanmu, dan telah datang. Wahai sakit yang telah menua: sembuh lah, obatmu telah sampai; wahai gerbang kukuh: terbuka lah, karena kuncimu telah ditemukan. Wahai diri yang berpuasa, menahan-diri dari hidangan di Meja Terhormat, berbuka lah dengan gembira, karena hari raya pertama telah dimulai. Kini, hening lah, hening lah: karena kebajikan dari perintah  "kun,"  telah membuat hening

Saksi Terkasih

Gambar
Muhammad (saw) itu pemberi  syafa'at atas segala jenis aib, karena tatapannya tak pernah teralihkan  pada hal lain: senantiasa tertuju pada wajah  Rabb. Di tengah kegelapan malam alam dunia ini, dimana matahari  al-Haqq  terhijab, dia menatap  Rabb, dan meletakkan harapannya kepada-Nya. Pandangannya senantiasa disegarkan oleh makna sejati  "bukankah telah Kami lapangkan dadamu?"   [1] dilihatnya hal-hal yang tak mampu Jibril tatap. Sang yatim, yang kepadanya  Rabb  limpahkan kesegaran pandangan, menjadi mutiara yatim  tunggal, yang dianugerahi panduan Ilahiah. Cemerlang cahayanya mengatasi mutiara lain, karena yang dikehendakinya adalah kehendak yang paling mulia. Seluruh kedudukan  ruhaniah  para abdi Allah jelas belaka bagi sang Nabi, karenanya  Rabb  menggelarinya: sang Saksi .   [2] Senjata sang Saksi adalah lisan yang tulus dan pandangan yang tajam-- yang dari penjagaan malamnya-- tak ada rahasia yang dapat menghindar. Walau pun ribuan

Heninglah di tengah Perdebatan

Gambar
Kiprah ke tujuh-puluh dua golongan akan tetap ada di alam dunia ini sampai Hari Kebangkitan Dunia ini alam yang berisikan kegelapan dan pemberhalaan: Bumi ini tempatnya bayang-bayang. Ke tujuh-puluh dua golongan itu akan tetap ada sampai Hari Kebangkitan: bantahan dan alasan orang  bid'ah akan tetap keras. Banyaknya kunci atas harta-simpanan menunjukkan ketinggian nilainya. Jalan yang berliku-liku, lintasan curam pendakian gunung, tebing-jurang di kanan-kiri, banyaknya penyamun menghadang, semuanya petunjuk agungnya tujuan sang pencari. Kebesaran  Ka'bah  dan tempat  thawaf, ditunjukkan oleh hadangan penyamun, dan luasnya gurun yang harus dilintasi ketika pergi berhaji. Setiap ajaran palsu itu bagaikan lintasan jalan di gunung: curam, bertebing, berpenyamun. Semua ajaran berhadapan, dan menjadi lawan yang keras, dari ajaran lainnya: setiap pengikut masing-masing ajaran menjadi bingung. Karena dilihatnya semua lawan bersikukuh pada doktrin masing-masing