Buncis Rebus
Lihatlah buncis dalam periuk,
betapa ia meloncat-loncat ketika dipanaskan api.
Sewaktu direbus,
selalu ia timbul ke permukaan,
selalu ia timbul ke permukaan,
seraya merintih tiada henti.
Sambil mengeluh,
"Mengapa kau letakkan api di bawahku? Engkau telah membeliku,
"Mengapa kau letakkan api di bawahku? Engkau telah membeliku,
mengapa kini engkau malah menyiksaku?"
Sang istri memukulnya dengan penyendok, [1]
"Nah, sekarang," katanya, "sungguh-sungguh
matang lah engkau, dan jangan meloncat lari dari
yang menyalakan api.
Tidaklah aku merebusmu karena membencimu;
sebaliknya, ini lah yang akan membuatmu lezat dan harum.
Dan menjadi nutrisi dan bercampur dengan jiwa
yang hidup: kesengsaraanmu ini bukanlah penghinaan.
Ketika masih hijau dan segar,
engkau hirup air di kebun:
engkau hirup air di kebun:
air yang engkau serap itu demi api ini.
Rahmat-Nya terlebih dahulu daripada murka-Nya, [2]
tujuannya agar dengan Rahmat-Nya engkau
menderita kesengsaraan.
Rahmat-Nya telah mendahului murka-Nya,
agar yang-diperdagangkan ini--yakni wujud sejatimu--
dapat muncul.
agar yang-diperdagangkan ini--yakni wujud sejatimu--
dapat muncul.
Karena, tanpa kesenangan,
daging dan kulit tidak akan tumbuh;
dan jika mereka itu tidak tumbuh,
daging dan kulit tidak akan tumbuh;
dan jika mereka itu tidak tumbuh,
apakah yang akan ditelan oleh cinta Sang Wali.
Jika, karena urutan itu,
datanglah tindakan kemurkaan,
datanglah tindakan kemurkaan,
tujuannya agar engkau dapat menyerahkan
yang-diperdagangkan itu.
Setelah itu, kembali Kasih Allah akan datang,
sehingga berlalu lah tindakan kemurkaan;
seraya berkata:
sehingga berlalu lah tindakan kemurkaan;
seraya berkata:
"Kini, karena engkau telah dimurnikan,
engkau dapat mentas dari sungai pembersihan."
engkau dapat mentas dari sungai pembersihan."
Sang istri berkata,
"Wahai buncis, engkau telah tumbuh
"Wahai buncis, engkau telah tumbuh
sepanjang musim semi,
kini rasa sakit adalah tamumu,
kini rasa sakit adalah tamumu,
jamu lah dengan baik.
Sedemikian rupa,
sehingga ketika pulang, dia berterimakasih,
dan menceritakan kemurahanmu
sehingga ketika pulang, dia berterimakasih,
dan menceritakan kemurahanmu
di hadapan Sang Raja.
Sehingga yang sudi mengunjungimu
bukanlah sekedar suatu kebaikan,
melainkan Sang Penganugerah Kebaikan
bukanlah sekedar suatu kebaikan,
melainkan Sang Penganugerah Kebaikan
sendiri; sampai semua kebaikan iri kepadamu.
Aku bagaikan Ibrahim, dan engkau adalah putraku:
baringkan kepalamu di bawah pisauku,
karena dalam mimpiku kulihat aku menyembelihmu. [3]
karena dalam mimpiku kulihat aku menyembelihmu. [3]
Baringkan kepalamu di bawah kemurkaanku,
dengan hati teguh tak bergeming,
sehingga dapat kusembelih lehermu, bagaikan Ishmail.
dengan hati teguh tak bergeming,
sehingga dapat kusembelih lehermu, bagaikan Ishmail.
Akan kupotong kepalamu,
tetapi kepala ini adalah kepala yang tidak bisa dipotong
dan tidak bisa mati; [4]
tetapi kepala ini adalah kepala yang tidak bisa dipotong
dan tidak bisa mati; [4]
Sungguhpun demikian,
berserah-dirinya engkau adalah tujuan sebenarnya:
Wahai sang Muslim, engkau harus
berserah-dirinya engkau adalah tujuan sebenarnya:
Wahai sang Muslim, engkau harus
berjuang untuk menyerahkan dirimu.
Karena itu, wahai buncis, tabahlah engkau
ketika direbus dalam penderitaan,
sehingga tidak lagi tersisa padamu
ketika direbus dalam penderitaan,
sehingga tidak lagi tersisa padamu
wujudmu, tidak pula dirimu.
Semula engkau tertawa di taman bumi, padahal
sebenarnya engkau adalah mawar di taman jiwa;
mawar yang indah dalam pandangan bashirah. [5]
Jika telah bercerai engkau dari taman tanah dan air,
engkau menjadi makanan bagi mulut dan telah masuk
ke dalam yang hidup.
Menjadi nutrisi dan kekuatan dan pikiran.
Dahulu engkau mangsa: sekarang jadilah seekor
singa di hutan. [6]
Dahulu engkau mangsa: sekarang jadilah seekor
singa di hutan. [6]
Awalnya engkau tumbuh dari sifat-sifat-Nya:
kembalilah dengan ringan dan gesit
kepada sifat-sifat-Nya.
kembalilah dengan ringan dan gesit
kepada sifat-sifat-Nya.
Dirimu datang dari awan dan matahari dan langit; lalu
engkau terpencar dalam sifat-sifat dan naik menembus
lelangit.
Dirimu datang dalam bentuk hujan dan panas:
engkau akan menuju sifat-sifat Ilahiah.
Dirimu semula bagian dari matahari dan awan dan
bintang-bintang: lalu engkau menjadi jiwa dan amal
dan ucapan dan pikiran."
Tingkatan hewaniyah bangkit dari matinya tataran nabatiyah:
karena itu ucapan: "sembelihlah aku, wahai Wali yang
Terpercaya," benar adanya.
Karena kemenangan menunggu setelah kematian,
ucapan "sesungguhnya pada penyembelihanku terdapat
kehidupan" itu benar.
Shalehnya amal dan ucapan dan ketulusan menjadi
makanan bagi malaikat, dengan sarana inilah
dia naik ke langit.
Demikian pula ketika makanan ditelan Insan, ia naik dari
tataran tak-mampu-bergerak menjadi wadah jiwa.
"Karavan jiwa tak hentinya datang dari langit, singgah
sebentar disini dan kembali lagi.
Berangkatlah dengan manis dan riang
berlandaskan pilihanmu sendiri,
tanpa kepahitan dan kebencian seorang pencuri. [7]
berlandaskan pilihanmu sendiri,
tanpa kepahitan dan kebencian seorang pencuri. [7]
Kata-kataku pahit, agar kepahitanmu dicuci bersih.
Bekunya anggur dicairkan dengan air dingin,
sehingga ia tidak lagi dingin dan keras.
sehingga ia tidak lagi dingin dan keras.
Saat qalb-mu telah penuh darah berwarna anggur,
dari pahitnya pensucian diri, barulah engkau
terhindar dari kepahitan."
Sang buncis menjawab,
"Jika memang begitu adanya,
"Jika memang begitu adanya,
dengan senang hati aku direbus,
tolonglah aku agar bersikap benar.
tolonglah aku agar bersikap benar.
Yang mentah dan belum dimasak itu mestilah keras
dan tawar.
Dalam perebusan ini, engkaulah perancangnya,
aduklah dengan lembut.
aduklah dengan lembut.
Jika aku ini bagaikan seekor gajah,
maka jinakkan aku dan beri aku kekang,
agar berhenti aku dari mengangankan negeri
dan taman gajah;
maka jinakkan aku dan beri aku kekang,
agar berhenti aku dari mengangankan negeri
dan taman gajah;
Sehingga aku dapat menyerahkan diri
kepada perebusan ini, dengan tujuan agar kutemukan
jalan kepada pelukan Sang Kekasih;
kepada perebusan ini, dengan tujuan agar kutemukan
jalan kepada pelukan Sang Kekasih;
Karena manusia--jika dibiarkan bebas--
lalu dia akan bersikap lancang, melawan
lalu dia akan bersikap lancang, melawan
dan penuh angan-angan."
Catatan:
[1] "Istri" adalah Mursyid; "Buncis" adalah murid;
sedangkan "Api" adalah disiplin diri dalam pertaubatan.
[2] "Rahmat-Ku mendahului murka-Ku." (HR Muslim).
[3] QS [37]: 102.
[4] Yang disembelih disini adalah jiwa (nafs) dari manusia;
yang notabene baru akan mati ketika Hari Kiamat.
Karena itu, alih-alih dari memusnahkan, kematian demi
kematian jiwa akan menaikkan jiwa dari tataran rendah ke
tataran di atasnya sampai ke ketinggian sejatinya.
Hal ini merupakan salah satu tema sentral pembahasan
para Guru Sufi sepanjang zaman.
[5] Jiwa mereka yang beriman sejati tampak indah dalam
pandangan bashirah.
[6] "Singa" memburu keberhasilan ruhaniyah.
[7] "... datang dengan senang hati." (QS [41]: 11).
"Pencuri," karena mengaku bahwa dirinya adalah miliknya sendiri.
Sumber:
Rumi: Matsnavi III: 4159 - 4202
Terjemahan ke Bahasa Inggris oleh Nicholoson.
Terjemahan ke Bahasa Inggris oleh Nicholoson.
Komentar
"Sang isti berkata, "Wahai buncis, engkau telah tumbuh sepanjang musim semi, kini Kesakitan adalah tamumu,jamulah dengan baik".
"Sang buncis menjawab, "Jika memang begitu adanya, dengan senang hati aku direbus, tolonglah aku agar bersikap benar".
Semoga...^_^
bersikap tenanglah dalam panci (!)
"...aku dapat menyerahkan diri kepada perebusan ini, dengan tujuan agar kutemukan jalan kepada pelukan Sang Kekasih;
Karena manusia, jika dibiarkan bebas, lalu dia akan bersikap lancang, melawan dan penuh angan-angan."
hatur nuhun, mas...
Wah, jarang yang mampu.
Bagaimana caranya?
"Karena manusia,jika dibiarkan bebas,lalu dia akan bersikap lancang,melawan dan penuh angan-angan"
"....tolonglah aku agar bersikap benar"
Matur Nuwun Mas....