Pencinta tanpa Air-mata
Bogor, 13 Juli 2011 |
Orang yang tak memiliki Kekasih Tercinta
bagaikan manusia tanpa kepala.
Orang yang kabur dari penjara Cinta
bagaikan seekor burung tanpa sayap.
Kabar apa yang mungkin dibawa seseorang,
yang tak diketahui Sang Penjaga Rahasia.
Orang yang ditembus anak-panah lirikan mata-Nya
bagaikan ksatria yang terjun ke medan perang
tanpa tameng pelindung.
Orang yang tak bisa melihat ke dalam dirinya sendiri
bagaikan seorang lelaki tanpa keberanian.
Orang yang tak bisa membuka pintu qalb-nya sendiri,
bagaikan pencinta tanpa air-mata.
Dialah yang menempatkan sebuah pintu
di tengah Jalan ini.
Hanya yang menaruh pintu itu
yang dapat membukanya.
Mereka bilang, "bangun, bangun,
fajar telah merekah!"
Siapa yang terjaga hanya ketika fajar tiba?
Di langit kami tiada matahari terbit,
atau matahari tenggelam.
bagaikan manusia tanpa kepala.
Orang yang kabur dari penjara Cinta
bagaikan seekor burung tanpa sayap.
Kabar apa yang mungkin dibawa seseorang,
yang tak diketahui Sang Penjaga Rahasia.
Orang yang ditembus anak-panah lirikan mata-Nya
bagaikan ksatria yang terjun ke medan perang
tanpa tameng pelindung.
Orang yang tak bisa melihat ke dalam dirinya sendiri
bagaikan seorang lelaki tanpa keberanian.
Orang yang tak bisa membuka pintu qalb-nya sendiri,
bagaikan pencinta tanpa air-mata.
Dialah yang menempatkan sebuah pintu
di tengah Jalan ini.
Hanya yang menaruh pintu itu
yang dapat membukanya.
Mereka bilang, "bangun, bangun,
fajar telah merekah!"
Siapa yang terjaga hanya ketika fajar tiba?
Di langit kami tiada matahari terbit,
atau matahari tenggelam.
Sumber:
Jonathan Star, Rumi: In the Arms of the Beloved,
Jonathan Star, Rumi: In the Arms of the Beloved,
2008, hal 138.
Sumber Asli:
Rumi, Kulliyat-e Shams no 721
Rumi, Kulliyat-e Shams no 721
(Badi-uz Zaman Furuzanfar, Ed.)
Komentar