Untuk Dicicipi

Wahai pencari,
jangan bersedih jika Yang Tercinta mengusirmu;
jika hari ini engkau diusir, 
itu hanya agar esok Dia memanggilmu.


Jika dia menutup pintu untukmu,
jangan pergi, 
bersabarlah sebentar;
karena sabarmu itu akan ditaruh-Nya engkau
pada tempat terhormat,
disisi-Nya. 


Jika Dia menutup bagimu semua jalan dan lintasan,
janganlah berputus-asa,
akan diperlihatkan-Nya untukmu suatu jalan rahasia,
yang tak diketahui orang lain.


Perhatikanlah tukang jagal,
yang memotong kepala domba dengan pisaunya,
tidaklah lalu dia meninggalkan sembelihannya.


Ketika tiada lagi nafas pada domba yang disembelih,
keahlian selanjutnya dari sang penjagal
bagaikan nafas baru, yang menghidupkan kembali
binatang itu.


Bayangkan, kehidupan seperti apa
yang diberikan hembusan-Nya.


Itu tadi hanya suatu perbandingan:
kemurahan-Nya takkan membunuh satu orang pun,
sebaliknya, itu akan mencegah orang membunuh.


Diberikan-Nya seluruh kerajaan Sulaiman 
kepada seekor semut; 
Dia menganugerahkan ke dua alam,
tanpa mengagetkan satu qalb pun.


Semesta demi semesta,
telah qalb-ku jelajahi,
tak kudapat sesuatu pun seperti Dia.


Siapa dapat menandingi-Nya?
Tiada sesuatu pun mirip Dia.


Kini, diamlah!
Karena tanpa kata dianugerahkan-Nya anggur ini.
Diberikan-Nya untuk dicicipi.
Diberikan-Nya untuk dicicipi.
Diberikan-Nya untuk dicicipi.




Sumber: A. J. Arberry, Mystical Poems of Rumi, no 95
                Dari: Rumi, Kulliyat-e Shams, no 765
                (Badi-uz Zaman Furuzanfar, Ed.)

Komentar

Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

Postingan populer dari blog ini

Wahai Airmata yang Berlinang

Nama Sejati

Matilah Sebelum Engkau Mati