Lari dari Izrail

Suatu pagi,
ke majelis Nabi Sulaiman as, yang sedang berada
di gedung pengadilan, masuklah seorang bangsawan,
berlari, tergopoh-gopoh.

Wajahnya pucat karena sedih,
bibirnya membiru.

“Sakitkah engkau, Khwajah?” tanya Sang Raja.

Ia menjawab, “Ketika Izrail melemparkan pandangan
kepadaku, dia penuh amarah dan kebencian.”

“Nah, sekarang katakan apa yang engkau inginkan?”

“Wahai pelindung hidupku, kumohon padamu,
perintahkanlah angin membawaku langsung ke India:
semoga sesampainya disana, jiwa hambamu ini selamat
dari kematian.”

Wahai, betapa banyak orang berlomba-lomba,
melarikan diri dari kemiskinan;
malah terjatuh mereka kedalam rahang serakah
dan panjang angan-angan.

Ketakutanmu akan kemiskinan bagaikan kengerian
orang itu: ketahuilah, keserakahan dan panjangnya
angan-anganmu adalah India dari kisah ini.

Nabi Sulaiman memerintahkan angin
segera membawanya melintasi samudera,
ke pedalaman India.

Keesokan harinya, dalam sidang musyawarah,
Sang Raja bertanya kepada Izrail as,
“Ketika engkau memandang dengan marah
kepada si Muslim itu, apakah agar dia segera
melarikan diri, menjauh dari rumahnya?”

Izrail menjawab, “Bukan, bukan marah,
ketika kujumpa dia kemarin, aku terperangah heran.
Karena Tuhan telah memerintahkan agar hari ini
kucabut nyawanya di India.

Sampai kuberkata sendiri, 'Kalaupun padanya tumbuh
seratus sayap, tetap saja sampai di India hari ini
terlalu jauh baginya.' “

Pertimbangkanlah semua urusan dunia ini
dengan keseksamaan seperti itu.

Bukalah matamu, dan tataplah baik-baik.

Dari siapa kita ingin melarikan diri?

Dari diri kita sendiri?
Sungguh itu mustahil!

Dari siapa kita ingin melepaskan diri?

Dari Tuhan?
Sungguh itu suatu kejahatan besar!


Sumber:
Rumi: Matsnavi I:  956 – 970
Terjemahan ke Bahasa Inggris oleh Nicholson.

Komentar

Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

Postingan populer dari blog ini

Wahai Airmata yang Berlinang

Nama Sejati

Matilah Sebelum Engkau Mati