Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2012

Musuhku Diriku Sendiri

Bukanlah aku, seperti seekor singa perkasa, mampu tundukkan musuh-musuhku. Jika ku dapat tundukkan diriku sendiri, cukuplah itu bagiku. Sungguhpun aku, serendah-hitam tanah, karena yang kurawat adalah sebutir bibit bernama Cinta, kan kutumbuh-kembangkan bunga lily putih di padang rumput. Ketika aku dalam gelap gulita merintihkan perpisahan, selalu ku yakin aku akan menembus, menebarkan cahaya, di tengah gelapnya malam. Ada api bernyala dalam diriku, walau ragaku pucat dan lusuh. Karena aku akan membubung naik, bagai asap, keluar menembus penjaraku. Aku seorang anak kecil, guruku adalah Cinta, tentu guruku takkan biarkan ku tumbuh jadi seorang bodoh. Sumber: Rum i: Divan-i Syamsi Tabriz, ghazal 1523. Terjemahan ke Bahasa Inggris oleh Nader Khalili , dalam Rumi: Fountain of Fire, Burning Gate Press, 1994.  

Yang Berubah dan Yang Tetap

Pandanglah semua makhluk layaknya air yang murni dan jernih, yang di dalamnya terpantul sifat-sifat dari Sang Maha Agung. Pengetahuan, keadilan, kebaikan mereka, semuanya bagaikan bintang-bintang di langit terpantul di aliran air. Para raja adalah tempat termanifestasikannya ke-maha-kuasa-an Tuhan; para ulama sejati, ke-maha-ilmu-an-Nya. Bergenerasi umat manusia telah berlalu, Bumi kini dihuni generasimu. Bulannya tetap Sang Rembulan yang sama, tapi air yang kini mengalir, berbeda. Keadilannya tetap keadilan yang sama, pelajarannya juga tetap, tapi orang dan bangsa-bangsanya, telah berubah. Wahai kawan, generasi demi generasi telah berlalu, tapi makna-makna Kesejatian itu tetap dan abadi. Air pada arus yang mengalir telah berulang-kali berubah, tapi di langit, tetaplah itu bulan dan bintang-bintang yang sama. Semua bentuk-bentuk yang kau pandang        [1] adalah refleksi pada air arus yang mengalir; ketika kau gosok hijab pada penglihatanmu dan bashirah- mu mengambil alih: sesung

Terjerat Kerumitan

Kita kecanduan diskusi rumit, dan gemar mengatasi masalah. Bolak-balik kita membuat simpul lalu mengurainya kembali. Terus menerus kita membuat aturan tentang cara menampilkan kesulitan, dan untuk menjawab aneka pertanyaan yang diajukan. Kita seperti burung yang melonggarkan jerat lalu mengencangkannya kembali dalam rangka meningkatkan ketrampilan. Sehingga hilang kesempatan terbang jelajahi medan terbuka; sehingga hilang kesempatan kunjungi padang rumput, habis umur sibuk dengan simpul. Tetap saja buhul-jerat tak terkuasai, walau sayap burung berkali-kali patah. Simpul-jerat tak untuk dilawan, jaga agar sayapmu tak patah. Jangan rusak bulu pelindungmu hanya sekedar untuk tunjukkan pada dunia, betapa hebatnya usahamu. Sumber: Rumi:   Matsnavi   II: 3733 - 3738 versi  Camille  dan  Kabir Helminski dalam  Rumi: Daylight,  Threshold Books, 1994 Transliterasi dari Bahasa Persia oleh Yahya Monastra .

Ketika Seekor Domba Melompat

Ketika seekor dari kawanan domba melompat melintasi kali, domba-domba lain segera menyusulnya. Gembalakanlah kawanan dombamu: indera-inderamu, ke padang rumput yang tepat. Beri mereka makanan dari padang rumput yang ditunjukkan oleh ayat,  "dan yang telah menumbuhkan rerumputan;"                                    [1] Sehingga mereka menikmati hijauan dan bunga dari padang rumput itu, lalu dipandu ke padang gembalaan ke-Sejati-an. Sehingga setiap inderamu menjadi nabi bagi indera-indera lainnya; dan memandu semua inderamu ke  al-Jannah . Catatan: [1]  QS Al A'Laa [87]: 4. Sumber: Rumi: Matsnavi   II: 3242 - 3245 Terjemahan ke Bahasa Inggris oleh Camille dan Kabir Helminski , dalam  Rumi: Daylight, Threshold Books, 1994. Berdasarkan terjemahan dari Bahasa Persia oleh Yahya Monastra .