Terjerat Kerumitan
Kita kecanduan diskusi rumit,
dan gemar mengatasi masalah.
Bolak-balik kita membuat simpul
lalu mengurainya kembali.
Terus menerus kita membuat aturan
tentang cara menampilkan kesulitan,
dan untuk menjawab aneka pertanyaan
yang diajukan.
Kita seperti burung
yang melonggarkan jerat
lalu mengencangkannya kembali
dalam rangka meningkatkan ketrampilan.
Sehingga hilang kesempatan terbang
jelajahi medan terbuka;
sehingga hilang kesempatan kunjungi
padang rumput,
habis umur sibuk dengan simpul.
Tetap saja buhul-jerat tak terkuasai,
walau sayap burung berkali-kali patah.
Simpul-jerat tak untuk dilawan,
jaga agar sayapmu tak patah.
Jangan rusak bulu pelindungmu
hanya sekedar untuk tunjukkan pada dunia,
betapa hebatnya usahamu.
dan gemar mengatasi masalah.
Bolak-balik kita membuat simpul
lalu mengurainya kembali.
Terus menerus kita membuat aturan
tentang cara menampilkan kesulitan,
dan untuk menjawab aneka pertanyaan
yang diajukan.
Kita seperti burung
yang melonggarkan jerat
lalu mengencangkannya kembali
dalam rangka meningkatkan ketrampilan.
Sehingga hilang kesempatan terbang
jelajahi medan terbuka;
sehingga hilang kesempatan kunjungi
padang rumput,
habis umur sibuk dengan simpul.
Tetap saja buhul-jerat tak terkuasai,
walau sayap burung berkali-kali patah.
Simpul-jerat tak untuk dilawan,
jaga agar sayapmu tak patah.
Jangan rusak bulu pelindungmu
hanya sekedar untuk tunjukkan pada dunia,
betapa hebatnya usahamu.
Sumber:
Rumi: Matsnavi II: 3733 - 3738
versi Camille dan Kabir Helminski
dalam Rumi: Daylight, Threshold Books, 1994
Transliterasi dari Bahasa Persia oleh
Yahya Monastra.
Rumi: Matsnavi II: 3733 - 3738
versi Camille dan Kabir Helminski
dalam Rumi: Daylight, Threshold Books, 1994
Transliterasi dari Bahasa Persia oleh
Yahya Monastra.
Komentar