Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2012

Bantuan Berupa Penundaan

Tak terhitung banyaknya hamba yang taat, menjerit dalam do'a, sehingga kabut ketulusan membubung ke langit. Dan dari rintihan penyesalan dosa, naik wewangian melampaui atap langit. Sehingga para malaikat yang patuh memohon kepada Rabb, seraya berkata, "Wahai Engkau yang menjawab semua do'a wahai Engkau yang perlindungannya didambakan, Seorang hamba-Mu yang taat tengah memohon dengan berendah hati, tak digantungkannya harapan kecuali kepada-Mu. Engkau Sang Penganugerah limpahan bahkan kepada mereka yang asing pada-Mu, setiap pendamba memperoleh dambaannya dari-Mu." Rabb  bersabda, "Bukanlah karena dia tercela, sehingga anugerah-Ku baginya ditunda: penundaan itu adalah sebuah bantuan. Kebutuhannya membawa dia dari kelalaiannya kepada-Ku, terseok-seok merayap dia ke jalan-Ku. Seandainya langsung Ku-penuhi keperluannya, segera dia berbalik: tenggelam kembali dalam permainan hidupnya. Walaupun dia merintih, dari kedalaman jiwanya: 'Wah

Dan Tetaplah Engkau Sadar

Wahai Sana'i,                             [1] Jika tak kau temukan satu pun sahabat, Jadilah sahabat bagi dirimu sendiri. Di alam dunia ini, tempat dari bermacam manusia dan beragam tugas, jadilah pelaksana dari tugasmu sendiri. Setiap pengikut dari karavan ini, mencuri perbekalannya sendiri-- waspadai dan jagalah bekalmu.   [2]   Sebagian besar orang berjual-beli keidahan dan cinta palsu-- lewati ke dua sungai kering ini, dan jadikan dirimu sungai yang deras mengalir. Jika ada kawan yang menarik tanganmu ke arah hal yang tak berarti, segera tarik tanganmu dan jadikan dirimu seorang penolong bagi dirimu sendiri.                     Ciptaan-ciptaan yang cantik ini, bagaikan lukisan indah pada kanvas, menghijab aneka keindahan qalb, sibakkan hijab dan masuklah, hadirlah bersama Sang Kekasih. Hadirlah bersama Sang Kekasih, jadilah insan berakal-sejati, naiklah mengatasi ke dua alam, tempatilah semestamu sendiri. Bertolaklah: jangan terbujuk anggur ta

Rumah Sangat Sesak

Alam dunia ini seperti kamar-mandi uap, sangat panas: engkau tertekan, dan jiwamu bagai meleleh rasanya. Walau engkau diberi kamar mandi yang luas, jiwamu tetap tertekan dan lelah karena panasnya. Hatimu takkan pernah lega, sampai engkau bisa keluar: ukuran ruang kamar mandi itu sama sekali tak memberimu manfaat. Atau, (dalam alam dunia ini) engkau seperti memakai sepatu yang terlalu sempit, lalu disuruh berjalan di gurun. Luasnya gurun malahan menjengkellkan, dan menyempitkan hatimu, gurun dan padang bagaikan penjara untukmu. Orang yang hanya sepintas memandangmu, akan berkata, "dia riang dan gembira, bagaikan bunga mekar, di tengah gurun." Tak diketahuinya tentang kondisi sebenarnya dirimu: alih-alih seperti tengah di taman mawar, jiwamu menderita. Tidur yang benar itu seperti  kau lepaskan sepatu sempitmu,  karena jiwamu bebas dari raga,  walau hanya sesaat. Sedangkan bagi pawa  awliya, tidur mereka megah bagaikan sebuah kerajaan,