Adab Bersantap



Sang Quthb itu bagaikan singa,
berburu merupakan urusannya;
yang lainnya--para pejalan--
memakan sisa-sisanya.

Sejauh kemampuanmu,
upayakanlah memuaskan sang Quthb,
sehingga dia mendapat kekuatan
dan memburu binatang-binatang buas.

Ketika dia sakit,
mereka jadi tak ternafkahi,
karena semua makanan
yang disediakan bagi kerongkongan
datang dari tangan sang Akal.

Mengingat pengalaman ruhaniyah
yang terjadi pada orang-orang lain
hanyalah sisa-sisanya,
maka camkanlah hal ini;
jika hatimu juga mengidamkan
hidangan ruhaniyah.

Dia bagaikan sang Akal,
sedangkan para pejalan itu
bagaikan anggota-anggota tubuh:
pengaturan tubuh itu bergantung
kepada sang Akal.

Kelemahan sang Quthb
terletak pada tubuhnya,
dan bukan bersifat ruhaniyah;
kelemahan itu pada bahtera,
bukannya pada Nuh.

Sang Quthb berputar
mengedari dirinya sendiri,
sementara di sekitarnya berputar
benda-benda angkasa.

Ulurkanlah bantuan
untuk memperbaiki jasmaninya,
jadilah pelayannya yang terkasih,
dan hambanya yang patuh.

Sejatinya, bantuan itu
suatu keuntungan bagimu,
bukan baginya;
Allah telah bersabda:
"Jika engkau menolong Allah,
maka engkau akan ditolong."             
[1]


Catatan:
[1]     QS Muhammad [47]: 7.

Ilustrasi:
Foto patung "Dedaunan Jatuh," karya Nyoman Nuarta, Bandung.

Sumber:
Rumi: Matsnavi  V: 2339 - 2347
Terjemahan ke Bahasa Inggris oleh Nicholson.

Komentar

Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

Postingan populer dari blog ini

Wahai Airmata yang Berlinang

Nama Sejati

Matilah Sebelum Engkau Mati