Merdeka Ketika Berserah Diri

Semula ingin kuceritakan padamu
kisah hidupku, tetapi
gelombang kepedihan tenggelamkan
suaraku.

Kucoba utarakan sesuatu,
tetapi pikiranku rawan dan remuk,
laksana kaca.

Bahkan kapal paling megah bisa karam
dalam gelombang-badai Laut Cinta
apalagi biduk rapuhku,
remuk berkeping-keping:
tinggalkan ku sendiri, hanyut,
hanya berpegangan ke sepotong papan.

Kecil dan tak berdaya
timbul tenggelam dalam terpaan ombak,
sampai tak kuketahui apakah aku ada
atau tiada.

Ketika menurutku aku ada,
kudapati diriku tak berharga.

Saat ku tiada,
kudapati nilai-nilai sejati diriku.

Seturut pasang-surut akalku,
tiap hari mati aku, dan dihidupkan lagi;
karenanya tak kuragukan sedikit pun
adanya Hari Kebangkitan.

Ketika telah lelah,
ku berburu cinta di alam dunia ini,
akhirnya di Lembah Cinta ku berserah-diri:
dan aku merdeka.



Sumber:
Rumi: Divan-i Syamsi Tabriz,  ghazal 1419.
Terjemahan ke Bahasa Inggris oleh
Azima Melita Kolin dan Maryam Mafi,
dalam Rumi: Hidden Music,
HarperCollins Publishers Ltd, 2001.

Komentar

Anonim mengatakan…
kemerdekaan diri adalah kemerdekaan sejati yg mesti dperdjoengkan... hhmmm.. slamat bjuang wahai diri, ijin share share mas... tq @iqbal_mks

Postingan populer dari blog ini

Wahai Airmata yang Berlinang

Nama Sejati

Matilah Sebelum Engkau Mati