Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2014

Sebuah Panggilan dari Semesta tak Kasat Mata

Seekor merpati, yang masih belajar terbang, mendadak membelah udara, melesat ke angkasa --ketika didengarnya sebuah siulan: sebuah panggilan dari semesta tak-kasat mata. Ketika Sang Kekasih, dambaan segenap semesta mengirimkan utusan yang berkata, "Kembali lah kepada-Ku," tak pelak lagi jiwa si murid langsung terbang. Tak mampu dia tahan lonjakan ke atas, ketika sayapnya diberi tarikan seperti itu; tak mampu dia cegah, ditembusnya hijab raga ketika datang pesan seperti itu. Sungguh mencengangkan, Rembulan yang menarik semua jiwa itu. Sungguh mencengangkan, Jalan rahasia, yang melaluinya, jiwa-jiwa itu dilintaskan. Kasih sayang Ilahiah berkirim pesan, "Kembali lah kemari, karena di dalam penjara sempit itu jiwamu berguncang gelisah. Tapi seperti di dalam rumah tanpa pintu, kau bagaikan burung tanpa sayap; kau yang seharusnya melayang di udara telah terjatuh begitu rendah. Akhirnya, kegelisahan membuka pintu welas-asih: terus kepakkan sayapm

Rahmat-Nya yang Tersembunyi

Gambar
"Pelana" G. Gede, Juli 2023 Engkau bagai Langit dan aku seperti Bumi, yang terpesona pada apa-apa yang Kau tumbuhkan dalam hatiku. Haus aku, kering bibirku, hanya rahmat-Mu berupa hujan yang dapat mengubah bumi  menjadi sebuah taman mawar. Karena-Mu ia mengandung sesuatu dan Engkau lah yang tahu bebannya. Ia bergetar, ia berputar, ia merintih, ia melahirkan suatu dambaan Ilahiah. Sang Kekasih merawat pecinta-Nya dan melimpahi mereka bermacam hidangan. Terkadang diikat-Nya mereka dengan tali nalar fikiran; kali lain dibebaskannya mereka agar menari. Pandang lah taman penuh aneka bunga, tak mampu mereka menahan luapan kegembiraan. Pandang lah kuasa Ilahiah Sang Tunggal mengubah tanah lempung hina  menjadi bentuk yang anggun. Semua yang kita tatap ini adalah hijab dari Matahari yang tak pernah tenggelam itu; Matahari yang sudah ada sejak awal, dan dengan diam-diam --pada saatnya--akan Dia ungkapkan apa-apa yang telah ditanam. Sumber: Rumi:   Divan-i Syamsi Tabriz,  ghaz

Bernyala Tanpa Bayangan

Ketika melalui kefakiran ruhaniyah seseorang dirahmati dengan kematian dari dirinya sendiri, meneladan sang Nabi saw; dia kehilangan bayangannya. Menjadi  fana,  sesuai sabda sang Nabi, "kefakiran adalah kebanggaanku." Dia jadi tak memiliki bayangan, bagaikan nyala sebatang lilin. Ketika lilin telah seluruhnya menyala dari kepala sampai ke kaki, bayangan tak dapat menghampirinya. Sang lilin telah berpisah dari dirinya sendiri dan dari bayangannya menuju terang benderang, demi Yang Tunggal, yang telah menciptakannya. Ketika kepadanya Tuhan berkata, "Kubentuk engkau agar fana;" dia menjawab,  "Karenanya aku berlindung didalam fana." Catatan: Fana:  secara ringkas berarti sirnanya keakuan diri dalam Wajah Rabb, lihat QS [55]: 26 - 27. Sumber: Rumi:   Matsnavi   V: 672 - 676 Berdasarkan terjemahan Camille dan Kabir Helminski, dalam  Rumi: Jewels of Rememberance, Threshold Books, 1996; berdasarkan terjemahan dari Bahasa Persia oleh

Istimewanya Al-Fatihah

Gambar
Al-Fatihah itu istimewa didalam  menarik kebaikan dan menghindarkan kejahatan. Jika apa saja selain Tuhan tampil padamu, itu dampak dari  khayal -Nya; dan jika apa saja yang selain Tuhan lenyap dari pandanganmu, itu karena dibangunkan-Nya engkau kepada apa yang  haqq . Sumber: Rumi:   Matsnavi   VI: 3355 - 3356 Terjemahan Camille dan Kabir Helminski dalam  Rumi: Jewels of Rememberance" Threshold Books, 1996 Berdasarkan terjemahan dari Bahasa Persia oleh Yahya Monastra.