Siapakah Dia?
Siapakah Dia?
Yang memenuhi dada dengan kesedihan;
lalu ketika engkau mengeluh-mengaduh pada-Nya,
diubahnya kepahitanmu menjadi manis.
Awalnya Dia tampil layaknya pengawas nan teliti;
sampai akhirnya kau kan dapati Dia bagaikan
sebuah Gudang Mutiara. [1]
Kekasih yang Maha Lembut:
Engkau lah yang dalam sekejap
mengubah keburukan menjadi kebaikan. [2]
Walau awalnya jiwa si hamba serendah setan,
digubah-Nya jadi secantik bidadari. [3]
Sebuah pemakaman dibuat-Nya
menjadi seindah pesta perkawinan. [4]
Dan Dia lah yang membuat orang
yang mengetahui dan menguasai dunia
terbutakan dari saat dia segumpal janin
dalam rahim ibunya. [5]
Dia yang mengubah kegelapan menjadi cahaya,
yang mengubah duri menjadi kelopak mawar;
Dia mencabut duri dari telapak tanganmu
dan menyediakan untukmu sebuah
pembaringan yang tersusun dari mawar.
Bagi Ibrahim, khalil-Nya, api dinyalakan-Nya,
dan diubah-Nya tanur Namrud menjadi
sesejuk bunga-bunga merekah. [6]
Dia limpahkan cahaya pada bintang-bintang,
dan ditolongnya mereka yang tak berdaya.
Dia mengganjar hamba-Nya,
bahkan memuji mereka.
Dia lah yang membuat dosa para pendosa
berserakan bagai dedaunan dilanda angin
bulan Desember;
ke telinga mereka yang menghujat-Nya
dilantunkan-Nya ayat bahwa Dia pengampun
bagi mereka yang bertaubat.
Dia berkata, "Wahai kaum yang beriman
maafkan lah orang yang tergelincir'; [7]
ketika sang hamba menegakkan shalat,
Dia lah yang diam-diam mengaminkan.
Adalah "Aamiin" dari-Nya yang membuat
sang hamba merasakan kebahagiaan
dalam shalatnya;
bagaikan buah tin, sisi lahiriah maupun batiniah
sang hamba menjadi manis dan menyenangkan. [8]
Rasa bahagia yang teramat mendalam ini
yang menguatkan tangan dan kaki sang hamba,
ketika dia dilintaskan melewati kesenangan
dan kemalangan;
karena rasa bahagia itu memberi kekuatan
setara kedigdayaan seorang Rustam
kepada tubuh seorang hamba yang rapuh.
lalu ketika engkau mengeluh-mengaduh pada-Nya,
diubahnya kepahitanmu menjadi manis.
Awalnya Dia tampil layaknya pengawas nan teliti;
sampai akhirnya kau kan dapati Dia bagaikan
sebuah Gudang Mutiara. [1]
Kekasih yang Maha Lembut:
Engkau lah yang dalam sekejap
mengubah keburukan menjadi kebaikan. [2]
Walau awalnya jiwa si hamba serendah setan,
digubah-Nya jadi secantik bidadari. [3]
Sebuah pemakaman dibuat-Nya
menjadi seindah pesta perkawinan. [4]
Dan Dia lah yang membuat orang
yang mengetahui dan menguasai dunia
terbutakan dari saat dia segumpal janin
dalam rahim ibunya. [5]
Dia yang mengubah kegelapan menjadi cahaya,
yang mengubah duri menjadi kelopak mawar;
Dia mencabut duri dari telapak tanganmu
dan menyediakan untukmu sebuah
pembaringan yang tersusun dari mawar.
Bagi Ibrahim, khalil-Nya, api dinyalakan-Nya,
dan diubah-Nya tanur Namrud menjadi
sesejuk bunga-bunga merekah. [6]
Dia limpahkan cahaya pada bintang-bintang,
dan ditolongnya mereka yang tak berdaya.
Dia mengganjar hamba-Nya,
bahkan memuji mereka.
Dia lah yang membuat dosa para pendosa
berserakan bagai dedaunan dilanda angin
bulan Desember;
ke telinga mereka yang menghujat-Nya
dilantunkan-Nya ayat bahwa Dia pengampun
bagi mereka yang bertaubat.
Dia berkata, "Wahai kaum yang beriman
maafkan lah orang yang tergelincir'; [7]
ketika sang hamba menegakkan shalat,
Dia lah yang diam-diam mengaminkan.
Adalah "Aamiin" dari-Nya yang membuat
sang hamba merasakan kebahagiaan
dalam shalatnya;
bagaikan buah tin, sisi lahiriah maupun batiniah
sang hamba menjadi manis dan menyenangkan. [8]
Rasa bahagia yang teramat mendalam ini
yang menguatkan tangan dan kaki sang hamba,
ketika dia dilintaskan melewati kesenangan
dan kemalangan;
karena rasa bahagia itu memberi kekuatan
setara kedigdayaan seorang Rustam
kepada tubuh seorang hamba yang rapuh.
Dalam rasa bahagia Ilahiah,
sang hamba bagaikan seorang Rustam; [9]
tanpa kehadirannya, bahkan seorang Rustam
terpuruk dalam liputan kepedihan;
Kukirimkan warta ini dengan sepenuh hatiku:
ia telah paham cara menempuh jalan dengan cepat--
membawa penjelasan tentang Syams ad-Diin
ke Tabriz-nya keimanan. [11]
Catatan:
[1] Terkait dengan pengertian tentang "Khazanah Tersembunyi,"
yang telah dibahas pada puisi-puisi yang lain.
[2] "kecuali mereka yang bertaubat, beriman dan beramal
amal yang shalih, maka sayyiah mereka diganti Allah
dengan hasanah..."
(QS Al Furqaan [25]: 70)
[3] Ketika tenggelam dalam kejahilan jiwa seseorang dapat
merosot serendah setan; dan sebaliknya ketika sungguh bertaubat
dia dapat kembali meraih keindahan jiwanya.
[4] Suasana ketika seorang suci dimakamkan.
Ada beberapa terjemahan di blog ini dimana Mawlana Rumi
mengisyaratkan soal tersebut.
[5] Hakikat insan adalah jiwanya.
Salah satu momen yang menakjubkan adalah saat
jiwa itu yang didatangkan-Nya ketika janin (atau calon jasadnya)
berusia 120 hari dalam rahim ibunya.
Didalam jiwa terkandung Ruh.
[6] "... Wahai api, jadi lah sejuk dan jadi lah keselamatan
bagi Ibrahim."
(QS [21]: 69)
[7] "... orang-orang yang menahan amarahnya
dan memaafkan..."
(QS [3]: 134)
[8] Salah satu pesan Rasulullah saw, dalam kutbah haji perpisahan
bagi kaum beriman adalah agar orang lain terjaga dari tangan
dan lisan mereka.
[9] Rustam: seorang pahlawan legendaris Persia kuno.
[10] Wazir atau penasehat bagi jiwa, Ruh al-Quds.
[11] Melukiskan ketakziman seorang Mawlana Rumi kepada
Syamsuddin (Matahari Agama) at-Tabriz.
Interaksi sepasang Waliyullah ini bagaikan Matahari dan Rembulan,
atau Langit dan Bumi, dari sini dilahirkan bermacam pembelajaran
berharga bagi para penempuh jalan taubat.
sang hamba bagaikan seorang Rustam; [9]
tanpa kehadirannya, bahkan seorang Rustam
terpuruk dalam liputan kepedihan;
dengan rasa bahagia ini lah jiwa diangkat
dan dikuatkan oleh Sang Wazir. [10]Kukirimkan warta ini dengan sepenuh hatiku:
ia telah paham cara menempuh jalan dengan cepat--
membawa penjelasan tentang Syams ad-Diin
ke Tabriz-nya keimanan. [11]
Catatan:
[1] Terkait dengan pengertian tentang "Khazanah Tersembunyi,"
yang telah dibahas pada puisi-puisi yang lain.
[2] "kecuali mereka yang bertaubat, beriman dan beramal
amal yang shalih, maka sayyiah mereka diganti Allah
dengan hasanah..."
(QS Al Furqaan [25]: 70)
[3] Ketika tenggelam dalam kejahilan jiwa seseorang dapat
merosot serendah setan; dan sebaliknya ketika sungguh bertaubat
dia dapat kembali meraih keindahan jiwanya.
[4] Suasana ketika seorang suci dimakamkan.
Ada beberapa terjemahan di blog ini dimana Mawlana Rumi
mengisyaratkan soal tersebut.
[5] Hakikat insan adalah jiwanya.
Salah satu momen yang menakjubkan adalah saat
jiwa itu yang didatangkan-Nya ketika janin (atau calon jasadnya)
berusia 120 hari dalam rahim ibunya.
Didalam jiwa terkandung Ruh.
[6] "... Wahai api, jadi lah sejuk dan jadi lah keselamatan
bagi Ibrahim."
(QS [21]: 69)
[7] "... orang-orang yang menahan amarahnya
dan memaafkan..."
(QS [3]: 134)
[8] Salah satu pesan Rasulullah saw, dalam kutbah haji perpisahan
bagi kaum beriman adalah agar orang lain terjaga dari tangan
dan lisan mereka.
[9] Rustam: seorang pahlawan legendaris Persia kuno.
[10] Wazir atau penasehat bagi jiwa, Ruh al-Quds.
[11] Melukiskan ketakziman seorang Mawlana Rumi kepada
Syamsuddin (Matahari Agama) at-Tabriz.
Interaksi sepasang Waliyullah ini bagaikan Matahari dan Rembulan,
atau Langit dan Bumi, dari sini dilahirkan bermacam pembelajaran
berharga bagi para penempuh jalan taubat.
Sumber:
Rumi: Divan-i Syamsi Tabriz, ghazal 528
Diterjemahkan ke Bahasa Inggris oleh A.J. Arberyy
dalam "Mystical Poems of Rumi 1"
The University of Chicago Press, 1968.
Komentar