Santapan Cahaya
Walaupun cahaya adalah santapan bagi jiwa
dan bagi penglihatan-qalb,
ragamu pun membutuhkannya.
Jika ragamu, yang semula kebiasaannya bagaikan setan,
tak dapat berubah menjadi gemar akan cahaya,
tidaklah sang Nabi akan bersabda,
"bahkan setanku telah menjadi Muslim."
Ketika perutmu tengah rakus,
engkau perlu berjarak dengan dunia;
ubahlah asupan makananmu.
Jika qalb-mu yang sedang sakit,
segera cari obatnya:
ubahlah sikapmu.
Jika engkau diperbudak makanan,
bebaskan dirimu,
dengan melemahkan ragamu.
Di dalam lapar terdapat banyak nutrisi:
carilah dengan tekun
dan lambungkan harapan menemui-Nya.
Santaplah cahaya,
jadilah seperti mata.
Wahai insan,
akrabilah para malaikat.
Seperti malaikat,
jadikan berpuji pada-Nya
sebagai santapanmu.
Sumber:
Rumi: Matsnavi V: 288, 293 – 298.
Terjemahan ke Bahasa Inggris oleh
Camille dan Kabir Helminski,
dalam "Rumi: Jewels of Remembrance,"
Threshold Books, 1996.
Terjemahan dari Bahasa Persia oleh
Yahya Monastra.
Komentar
Ada beberapa nomor yang masih separuh jalan.
Mencari waktu dan momen yang pas.