Ketika Disempitkan


 
Ketahuilah, wahai pencari,
ketika kau dapati jiwamu menyempit,
itu bagi kebaikanmu sendiri,
jangan kau biarkan hatimu terbakar kesedihan.

Di saat perluasan, 
dirimu melakukan pengeluaran, 
dan hal itu memerlukan pemasukan,
berupa pencarian-diri yang menyakitkan.

Jika hanya ada musim panas,
maka akar akan kering, 
dan takkan pernah taman menghijau.
Musim dingin tampaknya pahit, 
tapi menyegarkan.

Ketika kau alami penyempitan, kawanku,
nantikanlah pengembangan dalam dirimu,
bergembiralah, jangan mengeluh.

Tatapan anak kecil mengarah pada keinginan 
jangka pendek; sementara pandangan 
seorang bijak, tertuju pada hasil akhirnya.

Ketika kau menutup mulut,
maka terbuka kehausan dalam dirimu,
yang lalu lahap menyerap kesegaran
rahasia-rahasia ruhaniah.

Manisnya kebahagiaan itu bagaikan buah,
yang berasal dari taman kepahitan;
kebahagiaan itu seperti luka,
sedangkan kesedihan adalah pembalutnya.

Belajarlah untuk memeluk kesedihan
luruskan tatapanmu tepat ke wajah-Nya, 
maka kebahagiaan akan muncul kembali.

Aneka kejadian akan mengayunkanmu
di antara penyempitan dan perluasan:
keduanya sama pentingnya, bagaikan
meregang dan melebarnya sayap burung
yang tengah terbang mengangkasa.
Sumber:
Rumi: Matsnavi III: 3744 – 3766
Penerjemah ke Bahasa Inggris oleh
Maryam Mafi dan Azima Melita Kolin.

Tercantum dalam buku
Rumi’s Little Book of Life:
The Garden of Soul. the Heart and the Spirit,
Hampton Road Publishing, Inc, 2012.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Wahai Airmata yang Berlinang

Nama Sejati

Matilah Sebelum Engkau Mati