Terbanglah Wahai Jiwa
Foto oleh Rejaul Karim dari Unsplash |
Mengapakah jiwa tak terbang mengangkasa, ketika dari Hadirat yang Agung, sebuah ajakan nan ramah: 'Naiklah!' tertuju padanya?
Mengapa seekor ikan
tak melompat dengan gesit,
dari tanah yang kerontang ke dalam air,
ketika sampai ke telinganya,
suara debur ombak
dari lautan yang dingin ?
Mengapakah seekor elang tak melesat
dari sarangnya, menuju lengan Sang Raja;
ketika didengarnya suara genderang,
memberi perintah, 'kembalilah' ?
Mengapakah tak setiap pejalan menari,
bagaikan pendaran zarah,
di hadapan Matahari Keabadian;
yang menyelamatkannya dari kelapukan?
Di hadapan yang Maha Agung dan Maha Indah,
yang Maha Cantik,
Sang Penganugerah kehidupan.
Sungguh kejahilan dan kemalangan,
jika terlepas dari-Nya.
Terbang, terbanglah wahai burung,
menuju ke rumah sejatimu.
Karena telah terlepas engkau dari sangkarmu,
dan sayapmu telah membentang.
Beranjaklah engkau dari air yang pahit
menuju mata air kehidupan.
Masuklah engkau,
dari serambi menuju singgasana jiwa.
Bergegaslah wahai jiwa,
karena kami juga ikut.
Dari semesta keterputusan,
menuju semesta penyatuan.
Berapa lama lagi
kami bertingkah bagai kanak-kanak,
hanya sibuk soal duniawi;
Memenuhi pangkuan kami dengan debu,
batuan dan serpihan dunia?
Cukuplah soal duniawi,
mari terbang ke langit.
Mari kita tinggalkan masa kanak-kanak,
menuju perjamuan para lelaki.
Lihatlah, bagaimana jasadmu
telah memenjarakan jiwamu.
Robeklah selubungmu,
tegakkan kepalamu dan
pandanglah dengan jernih.
Terimalah shuf dari Sang Kekasih,
dengan tangan kananmu;
Engkau bukan anak-anak lagi,
harus dapat kau bedakan,
mana aspek kiri dan mana kananmu!
Kepada nalar-pikiran,
al-Haqq berkata: "Diamlah!"
Kepada Tangan Kematian, Dia berkata:
"Hajarlah syahwat duniawi!"
Sebuah suara menghampiri Sang Ruh,
"Terbangkan mereka ke Ketiadaan.
Ambillah ganjaran dan khazanah
dan jangan lagi kau keluhkan deritamu."
Nyatakan dengan jelas, engkaulah sang Raja;
dalam dirimu terkubur jawaban,
dan engkaulah ilmu yang dituju pertanyaan.
Sumber:
Rumi: Divan-i Syamsi Tabriz, no 29.
Terjemahan ke Bahasa Inggris oleh RAJ Nicholson.
Terjemahan ke Bahasa Indonesia oleh ngRumi.
Komentar