Rabu, 23 Februari 2011

Tinggalkanlah Kemarahanmu

Seorang lelaki menghampiri Isa ibn Maryam,
dan bertanya, "Diantara semua yang tercipta,
apa yang paling berat dipikul?"

Beliau a.s menjawab, "yang paling berat adalah
murka Allah; yang kepada hal itu: bukan saja kita,
tapi bahkan neraka pun gemetar."

"Dan apakah perlindungan kepada murka Allah itu?"
Isa ibn Maryam menjawab, "tinggalkanlah segera
kemarahanmu."

Sumber:
Rumi, Matsnavi IV: 113-115.
Terjemahan ke Bahasa Inggris oleh Nicholson.

Selasa, 22 Februari 2011

Rabb dan Dunia



Seorang pencari berkata kepada Sang Hakim:
"Dia, yang pertolongan-Nya kita mohonkan,
tentu mampu membuat perdagangan kita
tak pernah rugi.

Dia yang yang mengubah api Namrud
menjadi mawar dan pepohonan,
tentu juga bisa membuat dunia kita ini
jadi tanpa-api. [1]

Dia yang memekarkan mawar
dari tengah kumpulan duri,
tentu mampu mengubah musim dingin ini
menjadi musim semi.

Dia yang membuat setiap cemara lurus dan bebas
tentu kuasa mengubah sedih menjadi gembira.

Dia yang membuat ketiadaan menjadi keberadaan:
takkan Dia direndahkan,
jika ciptaan dibuat-Nya abadi.

Dia yang memberi raga suatu ruh,
sehingga hiduplah ia;
apa ruginya Dia jika dibuatnya kita
tak perlu mati?

Mengapa Sang Maha Pemurah,
tak menganugerahkan saja,
semua yang diinginkan setiap hamba;
tanpa mereka perlu susah-payah berusaha?

Dan mengapa tak dijauhkan-Nya,
sang hamba yang lemah,
dari kelicikan syahwatnya,
dan dari godaan syaithan;
yang selalu siap menyergap?

Sang Hakim menjawab:
"Jika tiada perintah yang pahit,
jika tiada beda baik dengan jahat,
jika tiada beda batu dengan mutiara,

Dan jika tiada hasrat ragawi,
tiada hawa-nafsu dan syaithan,
dan tiada pukulan, pertempuran atau perang,

Lalu dengan nama atau gelar apa
Sang Raja akan menyebut hambanya,
wahai penanya yang lalai?

Bagaimana Dia akan menyebut:
'Wahai hamba yang sabar,
Wahai hamba yang tabah?'

Bagaimana Dia akan memanggil:
'Wahai hamba yang pemberani,
Wahai hamba yang bijak?'

Bagaimana akan terbentuk hamba yang sabar,
hamba yang tulus-ikhlas,
hamba yang lazim berinfak,
tanpa kehadiran penyamun
dan syaithan yang terkutuk?

Rustam dan Hamzah,
atau tukang selingkuh,
jadi tidak bisa dibedakan; [2]
pengetahuan dan kebijaksanaan akan musnah,
tak berarti.

Adanya pengetahuan dan kebijaksanaan itu
untuk membedakan jalan lurus dengan jalan buntu:
jika semua jalan sama saja,
pengetahuan dan kebijaksanaan tak ada gunanya.

Apa menurutmu pantas,
jika ke dua semesta ciptaan dihancurkan,
untuk memenuhi hasrat jiwa rendah? [3]

Tentu saja aku paham
bahwa engkau telah termurnikan,
dan bukan lagi yang masih mentah;
dan engkau tanyakan ini, semata untuk
mengajari mereka yang masih kasar.

Kejamnya Sang Waktu dan semua derita yang
mewujud itu lebih ringan daripada jarak
kepada Rabb dan pengingkaran.

Karena derita itu akan berlalu, tetapi
tidak demikian dengan jarak kepada Rabb.

Insan yang dianugerahi kebahagiaan sejati
hanyalah mereka yang datang kepada-Nya
dengan jiwa yang bangun dan mengenal-Nya."


Catatan:
[1] Kami berfirman: "Hai api menjadi dinginlah,
dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim"
(QS [21]: 69).

Maksud bait ini, jika Dia berkehendak,
tentu Tuhan berkuasa membuat hidup
kita selalu sejuk dan nyaman tanpa ada ketetapan
atau kejadian yang 'memanggang.'

[2] Rustam, pahlawan Persia, periksa tautan ini:
http://en.wikipedia.org/wiki/Rostam

Hamza ibn ‘Abdul-Muttalib, paman dan salah satu
pembela utama Nabi Muhammad SAW di masa awal
dakwah Beliau. Periksa tautan ini:
http://en.wikipedia.org/wiki/Hamza_ibn_%E2%80%98Abd_al-Muttalib

Tukang Selingkuh, sebuah istilah untuk mengecam
para pencari awal, yang terkadang mencari Tuhan,
terkadang mencari ciptaan.

[3] Ke dua semesta: yang tampak dan tidak-tampak.

Maksudnya, apakah pantas meniadakan saja ke dua semesta
(yang didesain sebagai alat-didik pembentuk kesempurnaan
insan) semata demi menjamin terpenuhinya selera
kenyamanan hidup ragawi, sebagaimana dihasratkan para
pecinta dunia.


Sumber:
Rumi, Matsnavi VI: 1739 - 1757
Diterjemahkan ke Bahasa Inggris oleh Nicholson.

Jumat, 04 Februari 2011

Sebuah Do'a bagi Sahabat

Semoga Allah merahmati mereka
yang memimpin perjalanan,
dan mereka yang mengikuti,
dan mereka yang memenuhi janji-janjinya,
dan mereka yang berupaya
untuk memenuhi janji-janjinya,
dengan kemuliaan dan kekayaan-Nya,
ganjaran dan anugerah-Nya.

Karena Dialah Sang Penerima permohonan,
dan Pemberi harapan paling mulia;
dan Allahlah pelindung terbaik,
dan yang Maha Merahmati
dari semua yang berkasih-sayang,
dan Kawan berjalan terbaik,
dan Pewaris terbaik,
dan Pengganti terbaik untuk semua yang
telah kita habiskan,
dan yang Maha Mencukupi bagi semua yang tekun,
yang menanam dan memelihara lahan amal-shaleh.

Shalawat dan salam
bagi Muhammad, SAW
dan semua nabi dan rasul.
Amiin yaa Rabb al-alamiin.

Sumber:
Rumi: Matsnavi, bagian pengantar ke Jilid IV
Terjemahan ke Bahasa Inggris oleh Nicholson.

Selasa, 01 Februari 2011

Perhatikanlah

Perhatikanlah,
bagaimana setiap bagian alam berlalu,
dan bagaimana setiap orang tiba 
melalui suatu perjalanan. [1]

Perhatikanlah,

bagaimana setiap orang,
dalam hasrat akan nafkah hariannya,
tunduk menghormat kepada penguasanya.

Perhatikanlah,

bagaimana setiap orang,
jatuh bersujud di kaki matahari,
bagaikan redupnya bintang-bintang,
tunduk pada terangnya sang surya.

Perhatikanlah,

bagaimana setiap orang bergegas,
bagaikan arus mencari air,
berlomba-lomba mengalir menuju laut.

Perhatikanlah,

bagaimana sebuah jamuan kehormatan,
disiapkan dari dapur Sang Raja,
untuk setiap orang,
sesuai dengan kebutuhannya. [2]

Perhatikanlah,

bagaimana kecilnya lautan alam-dunia, 
bagi para pencari sejati,
sehingga termuat di cangkir-minum mereka. [3]

Perhatikanlah,

mereka yang nafkah hariannya wajah Sang Raja,
tersenyum mereka setiap saat,
merefleksikan keindahan Sang Raja. [4]

Perhatikanlah,

dengan pandangan seorang Syamsi Tabriz:
lihatlah sebuah lautan yang lain,
penuh dengan mutiara. [5]

Catatan:
[1] Setiap makhluk setiap saat dalam penciptaan
yang baru, "setiap saat Dia dalam kesibukan."
(QS [55]: 29)


[2]
Menakjubkan bahwa setiap makhluk diketahui
dan dicukupi keperluannya oleh Sang Pencipta.

[3]
Pengetahuan kesejatian yang diminumkan-Nya
kepada para pecinta-Nya melalui cangkir qalb mereka
jauh lebih mendalam dan luas, jauh melampaui
semesta alam dunia yang diinderai orang awam.


[4]
Ada pecinta sejati yang tak lagi puas dengan 
ciptaan--yang kasat-mata maupun tidak;
mereka baru lega ketika mengetahui bahwa 

Sang Pencipta berkenan kepada mereka.

[5]
Ayn al-haqq dari seorang Insan-Kamil,
menatap kepada inti (mutiara) pengetahuan Ilahiah.

Sumber:
Rumi: Divan-i Syamsi Tabriz, Ghazal 1910
Terjemahan ke Bahasa Inggris oleh A.J. Arberry,
dalam Mystical Poems of Rumi 2,
University of Chicago Press, 1979.
Juga berdasarkan terjemahan Ibrahim Gamard.