Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2009

Hanya Engkau

Dari seluruh semesta, hanya Engkau saja yang kupilih, Apakah Engkau akan membiarkanku duduk bersedih? Hatiku bagaikan pena, dalam genggaman tanganmu. Engkaulah sebab gembiraku, atau sedihku. Kecuali yang Engkau kehendaki, apakah yang kumiliki? Kecuali yang Engkau perlihatkan, apakah yang kulihat? Engkaulah yang menumbuhkanku: ketika aku sebatang duri, ketika aku sekuntum mawar; ketika aku seharum mawar, ketika duri-duriku dicabut. Jika Engkau tetapkan aku demikian, maka demikianlah aku. Jika Engkau kehendaki aku seperti ini, maka seperti inilah aku. Di dalam wahana, tempat Engkau mewarnai jiwaku, siapakah aku? apakah yang kusukai? apakah yang kubenci? Engkaulah yang Awal,  dan kiranya, Engkau akan menjadi yang Akhir; jadikanlah akhirku lebih baik, daripada awalku. Ketika Engkau tersembunyi, aku seorang yang kufur; Ketika Engkau tampak, aku seorang yang beriman. Tak ada sesuatupun yang kumiliki, kecuali yang Engkau anugerahkan; Apak

Matilah Sebelum Engkau Mati

Gambar
[Mengenai sabda Rasulullah saw, ‘ Matilah sebelum  engkau mati:’ “Wahai sahabat, matilah sebelum  engkau mati, jika yang paling engkau kehendaki  adalah hidup; karena dengan mati seperti itu,  Idris, as, lebih dulu  menjadi seorang penghuni  al-Jannah,  daripada kita semua.”]   E ngkau telah banyak menderita, tetapi engkau masih tetap terhijab, karena kematian itu suatu pokok yang mendasar, dan engkau belum mencapainya.  Deritamu tidak akan berakhir sampai engkau mati: engkau tidak dapat menjangkau atap tanpa menyelesaikan tangga panjatan.  Walau hanya tersisa dua buah dari seratus anak-tangga, sang pemanjat yang telah keras berjuang tetap terhalang dari menjejakkan kaki di atas atap.  Walau tambang hanya kurang satu dari seratus depa, bagaimanakah caranya air-sumur masuk ke dalam timba. Wahai pejalan, takkan pernah kau alami kehancuran kapal keberadaan-diri ini, sampai engkau meletakkan pemberat terakhir.  Ketahuilah pemberat terakhir itu sangatlah pokok, ia bagaikan bintang yang me

Ketika Diusung Kerandaku

Ketika diusung kerandaku di hari kematian, janganlah menyangka hatiku berada di alam-dunia ini. Janganlah menangisiku, dan menjerit, "kemalangan,kemalangan!" Bisa-jadi malah engkau terjatuh kedalam jebakan syaithan: itu baru kemalangan. Ketika engkau lihat jenazahku, janganlah engkau berseru, "perpisahan, perpisahan!" Pertemuan dan penyatuan adalah milikku saat itu. Ketika engkau masukkan aku ke liang lahat, janganlah engkau ucapkan, "selamat tinggal, selamat tinggal!" Karena kubur bagiku hanyalah selembar hijab, yang menyembunyikan pelukan al-Jannah . Setelah diturunkan ke lubang, tataplah kebangkitan; Tidaklah ditenggelamkan itu menyakiti matahari dan rembulan. Tampak bagimu ia tenggelam, padahal itu suatu kebangkitan: Bagimu kubur adalah penjara, padahal itu pembebasan jiwa. Bukankah bibit ditanamkan ke dalam bumi agar ia tumbuh? Mengapa engkau ragukan harkat bibit insan? Bukankah timba diturunkan, agar ia muncul-kembali: penuh berisi air? Tid

Semuanya Beringsut dengan Enggan di Sepanjang Jalan ini, Kecuali ...

Sang Nabi SAW berkata bahwa para ahli surga itu lemah dalam berdebat karena keagungan pencapaian mereka; Karena sempurnanya kehati-hatian mereka  dan menganggap  rendah diri sendiri,  bukan karena lemah-akal, pengecut  atau lemah-iman. Dengan memberikan keuntungan kepada lawan mereka, diam-diam mereka mendengar hikmah ayat "... dan kalau tidaklah terdapat disana para lelaki beriman ..." [1] Maka, tidak menyentuh kaum kafir yang tercela itu menjadi suatu tugas, demi membebaskan kaum beriman. Bacalah kisah perjanjian Hudaibiya: "... adalah Dia yang menahan tanganmu dari mereka..." ; dari sabda itu pahamilah keseluruhan kisah. [2] Bahkan dalam kemenangan, sang Nabi SAW memandang dirinya sendiri dikendalikan oleh buhul-tali Keagungan Ilahiah. (Beliau SAW bersabda,) "Bukanlah aku tertawa karena aku menyergapmu di waktu fajar sehingga berhasil menangkap dan mengikatmu; Aku tertawa karena aku menyeretmu dengan rantai dan belengu men

Mencintai Pasangan

Gambar
Sebenarnya, tidak ada pencinta yang mencari penyatuan, tanpa yang-dicintainya mencarinya. Sementara cinta dari sang pencinta membuatnya sekurus tali-busur, maka cinta dari yang-dicintai membuatnya indah dan segar. Ketika kilat cinta bagi yang-tercinta menyambar ke hati yang-ini, ketahuilah, ada cinta dalam hati yang-itu. Ketika cinta kepada Tuhan telah nyaring berbunyi di hatimu, tak pelak lagi, Tuhan telah mencintaimu. Tiada suara tepukan bisa terdengar hanya dari sebelah tangan. Ketika orang yang haus mengeluh: Wahai air yang lezat... Air pun mengeluh, seraya bertanya: Dimanakah sang peminum air? Kehausan di dalam jiwa-jiwa kita adalah ketertarikan yang  ditaruh disitu oleh Sang Air:  kita adalah milik-Nya, dan Dia adalah milik kita. Hikmah Tuhan dalam ketetapan dan hukum membuat kita,  satu sama lain, adalah pencinta. Karena pengaturan-awal itu, semua unsur dalam semesta  berpasangan, dan saling mencintai satu sama lain. Setiap unsur dalam semesta mengingi

Mari Bermohon Agar Dianugerahi Adab

Marilah kita mohon, agar Tuhan menolong kita mengendalikan diri: orang yang tak mengendalikan diri dijauhkan dari karunia Rabb. Orang yang tak beradab tidak hanya merusak dirinya sendiri, tetapi dia juga membakar seluruh dunia. Semeja-penuh hidangan turun dari langit tanpa diupayakan, dan tanpa jual-beli, Ketika sebagian kaum Musa a.s. —yang berwajah bagaikan rembulan— berseru tanpa-hormat: “Manakah bawang-putih dan kacang adasnya?” [1] Seketika roti dan hidangan dari langit terhenti: sejak itu yang tersisa bagi mereka adalah beban menanam dan berpeluh dengan beliung dan sabit. Kemudian, ketika Isa a.s. memohon, Tuhan mengirimkan berbaki-baki makanan dan kelimpahan dari langit. Tapi, sekali lagi, sebagian kaum yang tak-beradab, tak memperlihatkan rasa hormat: dan bagaikan pengemis, merampas hidangan, Walaupun Isa a.s. mencegah mereka dengan berkata, “Ini akan terus berlangsung dan tak akan menghilang dari muka bumi.” Bersikap curiga dan rakus di meja Yang Maha Agung sungguh tida