Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2011

Kembalilah ke Sumber Dirimu Sendiri

Sampai kapan engkau berjalan mundur? Jangan hampiri kemusyrikan dan kekufuran, berpeganglah kepada diin yang haqq . Lihatlah gula dalam racun dan menghampirlah kepada racun. [1] Kembalilah engkau pada Sumber hakikat dirimu. Walaupun sosok jasmanimu tersusun dari tanah, hakikat dirimu adalah buhul halus ruhaniah yang dibentuk dari inti Keyakinan. Engkau adalah penjaga terpercaya Cahaya Ilahiah. Kembalilah engkau pada Sumber hakikat dirimu. Ketahuilah, ketika kau ikatkan dirimu pada keberserahan-diri, akan terbebas engkau dari kemelekatan kepada dirimu-sendiri. Dan, akan terlepas engkau, dari ribuan jebakan. Kembalilah engkau pada Sumber hakikat dirimu. Engkau terlahir sebagai keturunan Adam, khalifah yang diangkat, tapi malah kau belalakkan matamu pada alam-dunia rendah ini. Sungguh menyedihkan, melihat engkau berpuas diri pada kedudukan serendah sekarang. Kembalilah engkau pada Sumber hakikat dirimu. Catatan: [1] Guncangan, ujian; karena al-Jannah itu dikelilingi kesulitan, se

Tentang Ketertarikan

Musa kalimullah a.s. menegur seseorang; yang sedang mabuk kepayang menyembah anak-sapi emas: “Kemana perginya keraguanmu? Biasanya engkau sangat kritis padaku. Laut Merah membelah. Manna dan salwa turun setiap hari, di gurun liar, selama 40 tahun. Sebuah mata-air memancar dari batu. Kau telah saksikan sendiri semua itu, tapi tetap kau tolak adanya kenabian. Lalu Samiri, si tukang sihir, melakukan satu tipuan yang membuat anak-sapi emas menguak, dan segera engkau membungkuk! Apa yang patung hampa itu perdengarkan? Apakah kau tangkap gema dari kehampaanmu sendiri?” Begitulah ketertarikan berlangsung: orang yang tak-kenal nilai terpesona pada hal yang tak-berharga. Orang yang tak-kenal makna atau tak tahu tujuan terpesona pada khayalan hampa. Setiap gerakan itu menuju kepada kaumnya sendiri. Tak akan seekor sapi menghampiri seekor singa. Seekor serigala takkan tertarik kepada Yusuf, kecuali untuk mencabiknya.

Aku Berlindung darimu kepada Rabb yang Maha Rahman

Ketika ada sesuatu di dunia ini yang membuatmu bahagia, sadarilah segera, akan datang saat engkau berpisah dengannya. Sudah banyak kaum terdahulu, yang bergirang-hati dengan apa-apa yang kini membuatmu senang; tapi akhirnya, bagai angin cepatnya hal itu berlalu. Semua hal akan berlalu pula darimu: karenanya jangan tautkan hatimu padanya. Berlalulah darinya, sebelum hal itu meninggalkanmu. Sebelum berlalunya apa-apa yang kini kau miliki, bagaikan Siti Maryam, katakanlah kepada benda-benda ciptaan: “sesungguhnya aku berlindung darimu kepada Rabb yang Maha Rahman.” [1] Catatan: [1] QS [19]: 18. Renungkan pula, "Agar engkau tak berduka-cita terhadap apa-apa yang luput darimu, dan supaya engkau jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya untukmu..." (QS [57]: 23). Sumber: Rumi: Matsnavi III 3698 - 3700 Terjemahan ke Bahasa Inggris oleh Nicholson .

Sang Khalilullah Menyembelih Bebek, Unggas Pertama Pengganggu Perjalanan

Gambar
Mereka yang waspada pendengarannya memperoleh cahaya, sedangkan para pencinta kegelapan itu bagaikan gerombolan tikus. Mereka yang lemah penglihatan bagai kelelawar —bagaimanakah mereka dapat berputar di sekeliling Lingkaran Keyakinan? Perbedaan-pendapat dalam hal cabang-ranting yang rumit adalah rantai-pengikat yang memperbudak tabiat, yang kemudian menjadi gelap-buta kepada Agama yang Haqq . Sepanjang manusia semacam ini, hanya mengandalkan geraman dan gonggongan dari kepandaian-jasmaniahnya sendiri, maka dia tidak dapat membuka mata qalb -nya kepada Sang Matahari. Dia tidak akan membentangkan cabang-cabangnya ke angkasa—seperti yang dilakukan pohon kurma: malahan—bagaikan tikus—dia menggali lubang ke dalam tanah. Manusia semacam ini mempunyai empat penyakit yang menjajah hati: ke empat hal ini telah membentuk tiang-gantungan bagi Akal. Wahai engkau —yang akal qalb -nya menyala bagai Matahari— engkaulah Sang Khalil zaman ini: bunuhlah ke empat unggas  yang mengganggu

Ciptaan dan Sang Pencipta

Sang Pencipta tersembunyi di dalam sanggar: masuklah kedalamnya, jika engkau ingin menemui-Nya. Karya ciptaan itu hijab yang membentang menutupi Sang Pencipta; kau tak dapat melihat Sang Pencipta dari luar karya-Nya. Karena Dia berada di dalam sanggar, mereka yang berada diluar tak menyadari kehadiran-Nya. Maka, masuklah ke dalam sanggar, maksudku--masukilah ketiadaan-- dan lihatlah sendiri karya ciptaan sekaligus Sang Pencipta. Catatan: [1] Dengan memasuki ketiadaan--menjadi tiada (fana’) --maka sang hamba menjadi selaras dengan segala sesuatu ciptaan . “Segala sesuatu, atasnya fana’ (QS [55]: 26). Ketika sungguh lebur, maka barulah kehadiran-Nya nyata. “Dan abadilah wajah Rabb-mu, pemilik kenyataan (al-jala’l) dan kemuliaan (al-’ikram) (QS[55]: 27). Sumber: Rumi: Matsnavi II 759 - 762. Terjemahan ke Bahasa Inggris oleh Nicholson Juga terdapat dalam Rumi: Daylight, Threshold Books, 1994 oleh Camille dan Kabir Helminski, berdasarkan terjemahan dari Bahasa Persia oleh Yahya

Seyogyanya Kau tak Takut Mati

Seyogyanya kau tak takut mati. Hakikat dirimu itu jiwa yang tak mati. [1] Tak bisa engkau dipendam dalam kubur gelap, ketika kau dipenuhi cemerlang Ilahiah. [2] Berbahagialah bersama Sang Kekasih, tak ada yang sebaik Dia. Alam Dunia akan gemetar, karena permata yang kau genggam. Ketika qalb -mu terserap dalam cinta penuh kasih, dengan mudah kau hadapi semua wajah kepahitan. Ketika bersih dari kejahatan, tiada hal lain, kecuali bahagia dan gembira. Sahabatku, tak perlu kau bersedih. Catatan: [1] Pada “kematian," jiwa dipindahkan ke Alam Barzakh, sementara yang dikuburkan adalah jasmani. “Jiwa,” hakikat diri manusia baru mati, bersama semua makhluk, pada Hari Kiamat . [2] Kondisi penghuni Alam Barzakh ditentukan oleh "cahaya" yang "diadakan baginya;" periksa QS [6]: 122. Sumber: Rumi : Divan-i Syamsi Tabriz, Ghazal no 2594 Terjemahan ke Bahasa Inggris oleh Nader Khalili dalam Rumi: Fountain of Fire, Burning Gate Press, 1994.