Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2012

Adab Bersantap

Gambar
Sang  Quthb  itu bagaikan singa, berburu merupakan urusannya; yang lainnya--para pejalan-- memakan sisa-sisanya. Sejauh kemampuanmu, upayakanlah memuaskan sang  Quthb, sehingga dia mendapat kekuatan dan memburu binatang-binatang buas. Ketika dia sakit, mereka jadi tak ternafkahi, karena semua makanan yang disediakan bagi kerongkongan datang dari tangan sang Akal. Mengingat pengalaman  ruhaniyah yang terjadi pada orang-orang lain hanyalah sisa-sisanya, maka camkanlah hal ini; jika hatimu juga mengidamkan hidangan ruhaniyah. Dia bagaikan sang Akal, sedangkan para pejalan itu bagaikan anggota-anggota tubuh: pengaturan tubuh itu bergantung kepada sang Akal. Kelemahan sang  Quthb terletak pada tubuhnya, dan bukan bersifat  ruhaniyah; kelemahan itu pada bahtera, bukannya pada Nuh. Sang  Quthb  berputar mengedari dirinya sendiri, sementara di sekitarnya berputar benda-benda angkasa. Ulurkanlah bantuan untuk memperbaiki jasmaninya, jadilah pelayannya yang

Yang Bangkit dari Abu Penyatuan

Wahai jiwa, engkau lah burung Phoenix, yang bangkit dari abu penyatuan. Mengapa tak terbang mengangkasa? -- di bumi engkau tak dikenal. Kau cicipkan rasa-manis ke dalam hati; seraya kau remukkan ribuan hati dengan pesonamu. Saat ini kau tinggal di dalam raga, tapi ada saat ketika kau lewati lelangit, kau tembus batas-batas semesta. Apa sulitnya ruh menemuimu? --bukankah engkau sayap dan bulunya. Mengapa pandangan tak melihatmu? --bukankah engkau sumber penglihatan. Apa yang akan terjadi pada jiwa tembagamu, ketika sang Ahli Kimia tiba? --bukankah akan diubah jiwamu menjadi emas. Apa yang akan terjadi pada bibitmu yang kecil ketika tiba musim semi? --bukankah dari sana kan tumbuh pohon menjulang. Apa yang akan terjadi pada kayu bakar, ketika dimasukkan ke dalam api? --bukankah nyalanya kan menjilat ke langit. Jangkauan cahaya nalar bagai pendar redup bintang-bintang di kejauhan. Sementara engkau bagai terang matahari yang menembus, lewati semua hijab.