Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2011

Jadikan Anak Tangga

Ketika kau temui wajah kemarahan, lihatlah ke baliknya, dan akan kau dapati wajah bangga-diri. Injaklah marah dan bangga-diri, jadikan mereka anak-tangga, dan panjatlah, naik. Takkan pernah kau temui kedamaian, sampai engkau menjadi tuan mereka. Tanggalkan kemarahan: rasanya manis, tapi mematikan. Jangan mau jadi korbannya, kau perlukan kerendahan-hati untuk memanjat ke arah kemerdekaan. Sumber: Rumi: Divan-i Syamsi Tabriz, Ghazal no 2197 Terjemahan ke Bahasa Inggris oleh Azima Melita Kolin dan Maryam Mafi,  dalam Rumi: Hidden Music, HarperCollins Publishers Ltd, 2001.

Jika Berhasil Kau Kuasai Dirimu

Sahabatku, janganlah engkau merasa getir segera engkau kan menyesalinya; jaga kesatuan dirimu jika tak ingin unsur dirimu bercerai-berai. Jangan gontai kakimu, melangkah dari taman ini; atau akhirmu seperti burung hantu, tinggal di reruntuhan tua. [1] Terjunlah dalam perang, jadilah ksatria bagaikan singa; atau akhirmu seperti binatang peliharaan, dikandangkan dalam gudang. [2] Jika berhasil kau kuasai jiwa-rendahmu yang egois itu, seluruh kegelapanmu akan berubah jadi cahaya. Catatan: [1] Tak ada pengetahuan baru tentang-Nya yang menyegarkan dirimu. [2] Terpenjara dalam alam ragawi semata. Sumber: Rumi: Divan-i Syamsi Tabriz, Ghazal no 3299 Diterjemahkan oleh Nader Khalili , dalam Rumi: Fountain of Fire, Cal-Earth Press, 1994

Sadarlah, Wahai Pejalan...

Jika engkau seorang pejalan yang sadar, berjalanlah di jalan ini layaknya lelaki; atau berhenti saja: jangan tinggalkan rumahmu, karena engkau belum siap berperang. [1] Para lelaki sejati meminum seribu lautan, dan masih merasa haus; [2] baru seteguk engkau diberi minum, tapi lagakmu bagaikan telah penuh. Engkau mendaku telah sampai tujuan, tebaran debu ocehanmu mengangkasa; [3] tapi tak bergerak engkau walau sejengkal, tiada sedikitpun engkau tinggalkan tanda. Berendah-hatilah layaknya debu, dibawah derap langkah para lelaki sejati; barulah akan bangkit engkau dan jadi bagian perjalanan mereka. Jika bertahun engkau merangkak, di jalan pencarianmu; jangan menyerah engkau pada kesedihan, jangan tunduk engkau pada guncangan. Catatan: [1] Bandingkan misalnya dengan “... keluarlah dari kampung halamanmu ...” (QS [4]: 66). [2] “Meminum,” diberi “pengalaman spiritual.” Para pencari sejati tak pernah hilang rasa hausnya walaupun mereka menerima bany

Duri dan Mawar

Angkatlah kapakmu dan berperanglah, bagaikan sayidina 'Ali meruntuhkan gerbang Khaybar; atau satukanlah duri-duri ini dengan sekuntum mawar: bawalah apimu kepada Cahaya Rabb, agar lebur-lenyap apimu dalam Cahaya-Nya, dan semua durimu berubah jadi mawar. Sumber: Rumi, Matsnavi II:1244-1246 Terjemahan ke Bahasa Inggris oleh Nicholson. Juga terdapat pada Jewels of Remembrance oleh Camille dan Kabir Helminski, berdasarkan terjemahan dari Bahasa Persia oleh Yahya Monastra .

Bersandarlah kepada Rencana-Nya

Gambar
Madinah al-Munawarrah, fajar 5 Maret, 2024 Wahai sahabat yang berpagi-pagi bangkit, siapakah yang ketika menanti fajar, [1] bertemu kami sedang menari berputar bagaikan atom? Siapakah yang beruntung: yang ketika mencari air ke bibir sungai, malah mendapati bayangan Sang Rembulan di permukaannya? [2] Apakah ada yang bagaikan Ya’qub: ketika rindu harumnya Yusuf, mencium baju gamisnya; [3] malahan menemukan cahaya matanya itu. Atau bagaikan seorang Arab Badui yang haus, menurunkan timba ke dalam sumur, lalu ketika diangkatnya, mendapatkan sosok yang sedemikian indahnya. [4] Atau seperti Musa, ketika melihat api, lalu menembus semak-belukar untuk mendapatkan manfaat api itu, tiba-tiba menemukan ratusan fajar dan matahari terbit. [5] Isa masuk kedalam rumah untuk menghindari kejaran musuh; tiba-tiba dari rumah itu didapatinya sebuah lorong menuju ke langit. [6] Atau seperti Sulaiman yang membelah seekor ikan, dan dalam peru

Di Ambang Batas Kedua Alam

Gambar
Wahai para pencinta, genderang langit telah memanggilku, dan berseru: sudah saatnya kau tinggalkan dunia ini. Lihatlah! Sang penunggang unta telah bangkit, kafilah ini segera bertolak. Dia berkata, “maafkan aku membangunkanmu, tapi, wahai peziarah, mengapa kau tertidur? Karena di depan maupun di belakangmu bel unta nyaring berbunyi. Saatnya untuk berangkat.” Setiap saat berangkat satu jiwa mencari dirinya sendiri. Dari arah gemintang, yang menggantung bagaikan rangkaian lilin, dari lengkung biru langit: turunlah jiwa-jiwa nan cantik; dan Yang Tersembunyi menyingkapkan Diri. Selama ini, semesta dunia yang melengkung, berputar-berayun, telah menina-bobokkanmu. Waspadailah hidup yang menggantung ini, waspadailah dengkurmu yang berat. Wahai qalb, carilah Sang Raja Qalb Wahai awliya, carilah Sang Wali Abadi. Wahai Sang Penjaga, selalulah waspada seluruh negeri ini bisa terkalahkan, jika engkau tertidur. Malam ini, ditingkahi hiruk-pikuk kota, di tengah cahaya lilin dan obor; Malam ini, al

Wafatnya Syaikh San'ai

“Syaikh San’ai telah wafat,” seseorang berkata. Kematian seorang Syaikh seperti Beliau, bukanlah suatu hal remeh. Bukanlah dia itu segumpal bulu yang melayang diterbangkan angin, bukanlah pula dia seonggok genangan yang beku di tengah musim dingin. Bukanlah dia seperti gigi sisir yang patah di tengah rambut. Bukanlah dia sebutir biji yang remuk di tanah. Dia bagaikan sebongkah emas di tengah setumpuk debu. Sementara ke dua alam dinilainya setara sebiji jagung. Dilepaskannya raganya kembali ke Bumi, dan saksikanlah jiwanya melayang naik ke al-Jannah. Akan tetapi, ada Jiwa ke Dua, tiada seorang awam menyadarinya. Kubersaksi di hadapan Rabb, yang satu itu langsung bergabung dengan Sang Kekasih. Apa yang semula bercampur, kini terpisah: anggur murni naik ke puncak ampasnya teronggok di dasar cawan. Ketika tengah berada di perjalanan, semua orang bergerak bersama-- warga Marv, Rayy, orang Kurdi dan Romawi . Tetapi, masing-masing lalu kembali ke kampung halamannya sendiri. Tak akan sutra

Memandang kedalam Diri Sendiri

Ketika syaithan menengok ke sekitarnya, dan didapatinya ada orang baik, langsung dia merasa sakit, karena iri-dengki; Karena setiap yang terkutuk dan tumpukan kayu bakarnya telah hangus tak sudi melihat lilin orang lain dinyalakan. Perhatikan dan teruslah memperbaiki kelemahan dirimu. Sehingga kebaikan orang lain tak lagi menyakitimu. Mohonlah agar ditanggalkan-Nya iri-dengkimu, sehingga dialihkan-Nya engkau dari memandang keluar diri, kepada ketekunan didalam dirimu sendiri; kiranya sedemikian rupa engkau terserap, sehingga perhatianmu tak lagi berpaling. Sumber: Rumi, Matsnavi IV 2678 - 2682 Terjemahan ke Bahasa Inggris oleh Nicholson, dibandingkan dengan terjemahan Kabir dan Camille Helminski

Tingkatkanlah Kehausanmu

Adalah kesakitan luar-biasa Siti Maryam, yang membuat bayi Isa mulai berbicara sejak dari buaian. Apa pun yang tumbuh, berkembang bagi kepentingan mereka yang perlu; sehingga sang pencari dapat menemukan apa yang dicarinya. Rabb yang Maha Tinggi telah menciptakan lelangit, agar berbagai keperluan dapat terpenuhi. Dimana ada sakit, ke sana lah obat menuju; dimana ada kefakiran, ke situ rezeki mengalir. Ketika muncul pertanyaan sulit, ke situ lah jawaban bergerak; dimana perahu berada, ke situ lah air mengalir. Tak perlu air dicari: tingkatkanlah kehausanmu, sampai air memancar dari atas dan bawah dirimu. Ketika sang jabang bayi menangis kehausan, barulah susu memancar dari dada ibunya. Sumber: Rumi, Matsnavi III 3204, 3208 - 3213 Terjemahan ke Bahasa Inggris oleh Nicholson.

Menyerahkan Hidupmu

Sungguh pantas orang yang murah hati bersedekah, tetapi kemurahan hati sang pencinta itu dengan menyerahkan jiwanya. Jika engkau berikan sepotong roti, atas nama Rabb, engkau akan diganjar dengan melimpahnya roti. Jika engkau serahkan hidupmu bagi Rabb, kepadamu akan diberikan Hidup Sejati. Sumber: Rumi, Matsnavi  III: 2895 - 2897 Terjemahan ke Bahasa Inggris oleh Nicholson.

Belajar Bersyukur

Bersyukur atas nikmat yang melimpah lebih penting daripada kelimpahan itu sendiri; Apakah pantas bagi pencari, yang telah terserap oleh Yang Maha Pemurah, teralihkan oleh pemberian-Nya? Bersyukur itu jiwa dari kepemurahan, kelimpahan hanya wewanginya saja; karena kebersyukuran akan membawamu ke tempat Sang Kekasih. Kelimpahan bisa membuatmu lalai, bersyukur menjagamu tetap waspada. Tangkaplah karunia-Nya dengan jaring kebersyukuran. Catatan: [1]  "... Sesungguhnya jika engkau bersyukur niscaya Kami tambahkan (nikmat) kepadamu.." (QS Ibrahiim [14] 7) [2] "Dan seandainya Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hamba-Nya tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya itu dengan suatu takaran. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui keadaan hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat. Dan Dia-lah yang menurunkan hujan setelah mereka berputus asa, serta menyebarkan rahmat-Nya. Dan Dia-lah Maha Pelindung lagi Maha Terpuji." (QS Asy-Syura

Menghadapkan Wajah kepada Sang Kekasih

Semua orang sibuk di dunia ini. Ada yang sibuk dengan cintanya pada para wanita, ada yang asyik dengan hartanya, mencari uang, atau belajar--dan semuanya percaya bahwa kemaslahatan dan kebahagiaannya bergantung pada apa yang dicarinya. Dan itu semua juga merupakan rahmat Allah. Ketika seorang manusia mencari sesuatu yang dikira dibutuhkannya, lalu tak ditemukannya, dia akan membelakangi hal itu. Setelah jeda mencari sejenak dia akan berkata: “Kebahagiaan dan rahmat mesti dicari. Mungkin aku masih kurang keras berupaya. Kalau begitu, akan kuusahakan terus.” Ketika dia terus mencari, dan yang dicarinya itu masih juga belum ditemukannya, dia terus berupaya, sampai rahmat itu tersingkap mewujud kepadanya. Barulah disadarinya, selama ini dia berada di jalur yang salah. Sungguhpun demikian, Allah memiliki beberapa hamba yang dianugerahi penglihatan yang jernih, bahkan sebelum tiba Hari ad-Diin . Sayidina Ali kw, misalnya, berkata: “Jika hijab diangkat, tidaklah aku menjadi leb