Sabtu, 29 Desember 2012

Melesatlah dengan Sujud


Jika telah kau tapaki jalan kebenaran
melesat cepat engkau menuju ke rumah;
ingatlah, jiwamu itu cahaya langit:
ke langit engkau seyogyanya menuju.

Singgasana langit tempat istirahmu:
jangan malu, berdo'alah.
Bagaikan bayangan yang menempel,
seringlah lekatkan wajahmu ke tanah.


Sumber:
Rumi:
Rubaiyat

dari terjemahan ke Bahasa Inggris oleh A.J. Arberry
dalam Rubaiyat of Jalal Al-Din Rumi, 1949.

Kau kan Mati Sendirian

Telah kau cari Hidup Sejati ke seluruh dunia,
tapi kau kan mati di dalam hatimu sendiri.

Kau terlahir dalam pelukan yang penuh rahmat,
tapi kau kan mati sendirian.

Kau tertidur di tepi sebuah danau,
sambil merasa haus.

Kau duduki harta karun,
tapi kau kan mati dalam kefakiran.



Sumber:

Rumi: Rubaiyat,  F#1601

Diterjemahkan ke Bahasa Inggris oleh Jonathan Star
Berdasarkan terjemahan literal oleh Shahram Shiva.
Dari In the Arms of the Beloved, hal 133.

Minggu, 09 Desember 2012

Akhirnya Ia Menetap

Dan singgahlah ke hatiku cinta kepada-Mu,
lalu ia beranjak pergi, dengan riang.

Sekali lagi ia datang,
tinggal sejenak,
lalu bertolak pergi lagi.

Dengan sopan aku mengundangnya tinggal:
"sebentar, barang dua, tiga hari."

Akhirnya ia menetap,
tak pernah lagi ia ingin tinggalkan hatiku.



Sumber:
Rumi: Rubaiyat,  F#223
Penerjemah ke Bahasa Inggris oleh Zara Houshmand

Sabtu, 08 Desember 2012

Jelas Jalan Kembali


Engkau yang cerahkan hatiku, telah pergi;
tapi tak pernah berpisah:
Citramu selalu dalam penglihatanku.
Cintamu selalu dalam hatiku.

Ku telusur pelosok bumi,
siapa tahu kau berkunjung ke sana.
Senantiasa kuberharap, kan jelas akhirnya,
jalanku kembali ke rumah.


Sumber:
A. J. Arberry, Rubaiyat of Jalal Al-Din Rumi, 1949.

Jumat, 07 Desember 2012

Kuasa Pikiran

Wahai pencari,
pikiran memiliki kuasa atas dirimu:
mendadak engkau sedih,
mendadak engkau gembira.

Engkau terbakar dalam api.
Tapi Aku takkan mengeluarkanmu,
sampai engkau matang,
sampai engkau bijak,
sampai Sang Pribadi Sejatimu tampil.



Sumber:
Rumi: Rubaiyat, F#1923
Diterjemahkan ke Bahasa Inggris oleh Jonathan Star
Berdasarkan terjemahan literal oleh Shahram Shiva.
Dari Rumi: In the Arms of the Beloved, hal 89.

Lupa Negeri Kelahiran

Wahai insan, kau miliki
sebuah negeri 
di balik lelangit,
tapi pada tanah dan debu
kau tujukan dirimu.
Telah kau hujamkan citra dirimu
pada permukaan bumi;
melupakan negeri yang jauh
tempat kelahiranmu.
Sumber:
A.J. Arberry, The Rubaiyat of Jalal Al-Din Rumi, 1949.

Mengapa Bangkit Hasadmu


Mengapa bangkit hasadmu
di tengah lautan kepemurahan ini?
Mengapa kau tolak datangnya
kebahagiaan yang menggelombang?

Tak seekor pun ikan pertahankan 
secangkir air bagaikan harta karun;
ketika dia tahu, samudera luas
tak pernah tolak kehadirannya.


Catatan:
"Iri-dengki (hasad) membakar hasanah lebih cepat daripada api membakar kayu kering." Sedangkan hasanah itu sendiri sulit didapat karena merupakan buah takwa.


Sumber:
A.J. Arberry, Rubaiyat of Jalal Al-Din Rumi, 1949.

Rabu, 05 Desember 2012

Semua Tengah Bermohon

Kita semua bergantung sepenuhnya
pada kemaha-kuasaan Sang Pencipta.

Seluruh kuasa, seluruh kekayaan,
semata milik-Nya;

kita pengemis rudin.

Lalu mengapa kita mendaku,
lebih unggul satu sama lain?

Bukankah kita semua sama,
tengah bermohon di muka pintu istana-Nya?


Sumber:
A.J. Arberry, The Rubaiyat of Jalal Al-Din Rumi, 1949.

Tiga Hari


Masa kecil sudah lama lewat
Masa muda telah berlalu
Usia senja tengah menjelang
Dunia ini, segera lah lewati.

Izin tinggal tiga hari, tak lebih
itulah masa berkunjung;
Wahai tamu, waktumu telah habis,
silakan lanjutkan perjalanan.

Sumber:
A.J. Arberry, Rubaiyat of Jalal Al-Din Rumi, 1949.

Sabtu, 01 Desember 2012

Tujuan Tunggal

Kecuali seseorang memerangi dirinya sendiri,
jiwanya takkan sungguh-sungguh mati,
maka takkan pernah dia kuasai
rahasia penyatuan.
Maksudnya bukan Tuhan mengejawantah,
tapi diri yang mati dari keakuannya.
Tujuan pencarian lainnya sangat tidak penting
dan jelas seluruhnya tidak benar.
Sumber:A.J. Arberry, The Rubaiyat of Jalal Al-Din Rumi, 1949.

Tak Akan Berbantah


Selama ku bernyawa,
Al Qur'an keyakinanku;
Muhammad, pilihan Allah,  
satu-satunya junjunganku.

Jika ada yang menuduh: tak pernah
kususun sepotong syair, kecuali hal ini;
sedikit pun ku takkan bantah
dirinya, ataupun perkataannya.


Sumber:

Terjemahan Rubaiyat Rumi ke Bahasa Inggris,
A.J. ArberryThe Rubaiyat of Jalal Al-Din Rumi, 1949

Kamis, 29 November 2012

Ke Arah Mana Hasratmu?





Sebagian kita betah berada di rumah,
sementara yang lainnya senang bepergian.

Hening menyepi di gunung,
nyaman bagi sebagian orang,
tapi membosankan buat yang lain.

Setiap kita diciptakan
untuk sebuah amal tertentu,
dan hasrat akan amal itu
ditaruh dalam hati kita.

Tak mungkin tangan dan kaki bekerja
tanpa digerakkan hasrat.

Jika kau dapati hasratmu mengarah ke Langit,
kepakkan sayapmu dan jangkaulah.

Tapi jika hasratmu mengarah pada sesuatu di bumi,
teruslah rintihkan permohonan ampun.

Orang bijak menangis, pada bagian awal jalan;
sementara orang bodoh menyesal pada bagian akhir.

Cermati baik-baik sejak awal,
akhir seperti apa yang kau hasrati,
sehingga tak ada penyesalan
pada Hari Perhitungan.


Sumber:
Rumi: Matsnavi  III: 1616 - 1619
Terjemahan ke Bahasa Inggris oleh Nicholson.
Terjemahan ke Bahasa Indonesia oleh ngRumi.


Minggu, 11 November 2012

Telah Disandingkan ash-Shabr dengan al-Haqq

Luqman mengunjungi Dawud,              [1]
dan didapatinya sang pemilik qalb murni,
sedang sibuk membuat cincin-cincin dari besi.

Lalu dilihatnya Sang Raja yang Mulia itu
menyatukan cincin-cincin itu satu sama lain.

Tak pernah sebelumnya dia lihat
karya sang penakluk besi,
dia takjub menyaksikan itu semua,
dan sangat ingin tahu.

"Benda apakah itu?
Akan kutanyakan kepadanya,
apa yang akan dibuatnya
dari cincin-cincin besi yang disatukan itu?"

Tapi dia menahan diri,
seraya berkata di dalam hati,
"lebih baik aku bersabar:
kesabaran adalah pemandu tercepat
menuju sasaran pencarian."

Jika engkau tak mengajukan pertanyaan,
rahasia terungkap padamu lebih cepat,
kesabaran itu bagaikan burung
yang paling cepat terbangnya.

Jika engkau memilih untuk bertanya,
lebih lambat sasaran tercapai,
apa yang semula mudah, jadi lebih sulit diraih,
karena ketergesaanmu.

Karena Luqman tetap berdiam-diri,
sang penakluk besi yang piawai
bekerja cepat tanpa halangan.

Lalu dibentangkannya di hadapan Luqman,
sang hamba yang sabar dan mulia,
selembar baju zirah tersusun dari cincin-cincin besi.

"Wahai anak muda," kata sang Raja,
"ini adalah baju pelindung yang bagus,
untuk menahan hantaman di medan tempur dan perang.""

Luqman berkata,
"Demikian pula manfaat kesabaran,
dia pelindung dan pertahanan yang baik
menghadapi berbagai jenis sakit."

Dia SWT telah sandingkan ash-shabr dengan al-haqq:
wahai pejalan bacalah dengan tartil
akhir surat Wa'l-ashr.               [2]

Dia telah ciptakan ribuan jenis ramuan obat,
tapi tak ada yang lebih manjur bagi manusia,
kecuali kesabaran.


Catatan:
[1]
   
Disini kesabaran ditokohkan oleh Luqman, seorang bijak dalam tampilan duniawi sebagai seorang budak. Luqman disini masih muda, pergi menjumpai  Dawud, sang pemegang kebenaran (haqq) zaman itu, yang adalah seorang khalifah di Bumi yang berkedudukan nabi,  yang diberi pedang, mahkota dan kitab.

Ketika dijumpainya,  sang nabi sedang mengerjakan sebuah baju zirah dari besi, sebuah cara bersyukur khusus bagi seorang Dawud a.s, 
"Dan Kami ajarkan pula kepada Dawud cara membuat baju besi untukmu, guna melindungimu dalam peperanganmu ..." (QS [21]: 80)

Di belakang hari Luqman dikenal sebagai seorang yang kepadanya dilimpahkan hikmah, dan kemuliannya dikenang sebagai nama surat ke 31 dalam al-Qur'an Suci. 


Nasehat melalui lisan beliau dalam QS [31]: 12 - 19, sangat terkenal. Terekam antara lain disitu,  "... dan bersabarlah atas apa yang menimpamu. Sesungguhnya itu termasuk urusan yang agung."  


[2]   Al-Ashr, QS 103. 



Sumber:
Rumi: Matsnavi  III: 1842 - 1854
Terjemahan ke Bahasa Inggris oleh Nicholson.


Jumat, 09 November 2012

Dihantarkan Perumpamaan


Manfaat perumpaan itu untuk menengahi,
untuk mengantarkan pengertian.

Tanpa sesuatu yang menengahi
takkan ada yang berani masuk ke dalam api
begitu saja, kecuali seekor salamander.

Air hangat yang dipakai mandi
adalah sebuah pengantar yang menengahi
sehingga badanmu segar oleh panasnya api.

Karena kau tak bisa langsung terjun ke dalam api,
--seperti Ibrahim sang Khalilullah--
maka tempat mandi air-panas bagaikan utusan bagimu,
dan air berperan sebagai pemandumu.

Rasa puas itu dari al-Haqq,
tapi agar mereka yang masih penuh dosa
dapat mencicipi rasa puas,
diperlukan pengantar berupa makanan.

Keindahan itu dari al-Haqq,
tapi mereka yang daya inderanya hanya jasmaniah
takkan merasakan pesona keindahan
tanpa ditengahi penghantar berupa Taman Surga.

Ketika penengah jasmaniah diangkat,
maka ia yang diangkat itu memahami tanpa hijab,
bagaikan Musa, cahaya seterang rembulan
memancar dari dadanya.


Penyaksian itu bagaikan
kebajikan yang disandang air jernih,
sisi dalamnya dipenuhi Rahmat Ilahiah.



Sumber:
Rumi: Matsnavi  V: 228 - 236
Terjemahan ke Bahasa Inggris oleh Nicholson.

Jumat, 07 September 2012

Adab Bersantap



Sang Quthb itu bagaikan singa,
berburu merupakan urusannya;
yang lainnya--para pejalan--
memakan sisa-sisanya.

Sejauh kemampuanmu,
upayakanlah memuaskan sang Quthb,
sehingga dia mendapat kekuatan
dan memburu binatang-binatang buas.

Ketika dia sakit,
mereka jadi tak ternafkahi,
karena semua makanan
yang disediakan bagi kerongkongan
datang dari tangan sang Akal.

Mengingat pengalaman ruhaniyah
yang terjadi pada orang-orang lain
hanyalah sisa-sisanya,
maka camkanlah hal ini;
jika hatimu juga mengidamkan
hidangan ruhaniyah.

Dia bagaikan sang Akal,
sedangkan para pejalan itu
bagaikan anggota-anggota tubuh:
pengaturan tubuh itu bergantung
kepada sang Akal.

Kelemahan sang Quthb
terletak pada tubuhnya,
dan bukan bersifat ruhaniyah;
kelemahan itu pada bahtera,
bukannya pada Nuh.

Sang Quthb berputar
mengedari dirinya sendiri,
sementara di sekitarnya berputar
benda-benda angkasa.

Ulurkanlah bantuan
untuk memperbaiki jasmaninya,
jadilah pelayannya yang terkasih,
dan hambanya yang patuh.

Sejatinya, bantuan itu
suatu keuntungan bagimu,
bukan baginya;
Allah telah bersabda:
"Jika engkau menolong Allah,
maka engkau akan ditolong."             
[1]


Catatan:
[1]     QS Muhammad [47]: 7.

Ilustrasi:
Foto patung "Dedaunan Jatuh," karya Nyoman Nuarta, Bandung.

Sumber:
Rumi: Matsnavi  V: 2339 - 2347
Terjemahan ke Bahasa Inggris oleh Nicholson.

Rabu, 05 September 2012

Yang Bangkit dari Abu Penyatuan


Wahai jiwa,
engkau lah burung Phoenix,
yang bangkit dari abu penyatuan.
Mengapa tak terbang mengangkasa?
-- di bumi engkau tak dikenal.


Kau cicipkan rasa-manis ke dalam hati;
seraya kau remukkan ribuan hati dengan pesonamu.

Saat ini kau tinggal di dalam raga,
tapi ada saat ketika kau lewati lelangit,
kau tembus batas-batas semesta.

Apa sulitnya ruh menemuimu?
--bukankah engkau sayap dan bulunya.

Mengapa pandangan tak melihatmu?
--bukankah engkau sumber penglihatan.


Apa yang akan terjadi pada jiwa tembagamu,
ketika sang Ahli Kimia tiba?
--bukankah akan diubah jiwamu menjadi emas.

Apa yang akan terjadi pada bibitmu yang kecil
ketika tiba musim semi?
--bukankah dari sana kan tumbuh pohon menjulang.

Apa yang akan terjadi pada kayu bakar,
ketika dimasukkan ke dalam api?
--bukankah nyalanya kan menjilat ke langit.

Jangkauan cahaya nalar bagai pendar redup
bintang-bintang di kejauhan.

Sementara engkau bagai terang matahari
yang menembus, lewati semua hijab.

Dunia ini seperti kabut dan es,
sementara engkau bagai musim panas membakar.

Wahai Sang Raja,
tiada serpih dunia ini yang tersisa,
ketika engkau tiba.

Siapa yang dapat duduk di sisimu,
semuanya musnah dengan satu lirikanmu.

Wahai mata yang terberkati,
telah kulihat sesuatu yang tak terkhayalkan,
tak terjangkau oleh keberuntungan
apalagi hanya dengan upaya:
pernah kutatap keindahan sempurna
wajah Syamsuddin at-Tabriz.



Sumber:
Rumi: Divan-i Syamsi Tabriz, ghazal no 3071
dari versi terjemahan ke Bahasa Inggris oleh
Jonathan Star, Rumi - In the Arms of the Beloved
Jeremy P. Tarcher/Putnam, New York 1997.

Jumat, 13 Juli 2012

Rintihan Tawanan Dunia


Mesti berapa lama lagi,
kudapati diriku
terantai dalam penjara ini,
terantai ke dunia ini.

Telah tiba saatnya
kuraih kesejatian hidup;
dan aku bergerak, berderap,
menuju ke kemurnian.

Jika aku bisa tersucikan,
dan terbersihkan dari kotoran,
seterusnya tiada yang kucari
kecuali Dia semata.

Ketika aku diciptakan,
telah disediakan untukku
semesta dan istana;                      [1]
sungguh aku ingkar
jika kuterima jabatan
hanya sebagai
seorang penjaga pintu.                [2]

Jika ku berhasil mengubah sikap
seperti penjaga pintu ini,
jika ku berhasil mengembalikan
akalku kepada kesejatiaannya,
bahagia kan datang
menggantikan kesedihanku.

Wahai qalb:
mengingat ini tentang kita berdua semata,
tentang warta yang datang padamu
di tengah malam: akan kuikuti pesan itu,
sebagaimana yang kau pahami.

Jika nanti sayapku telah kembali tumbuh
menggantikan kakiku yang lamban,
semua halangan kan kulewati:
kembali ku akan mengangkasa,
kutembus ruang dan waktu.


Catatan:
[1]   Apa-apa yang disediakan bagi insan bertakwa.
[2]   Penjaga pintu, maksudnya, ahli dunia, terpenjara ke dunia ini;
tak paham dari mana asalnya hal-hal yang ditemuinya di dunia ini,
dan lalu kemana mereka pergi setelah meninggalkannya.


Sumber:
Rumi: Divan-i Syamsi Tabriz, ghazal 1391
Terjemahan ke Bahasa Inggris oleh Nader Khalili,
dalam Rumi: Fountain of Fire,
Cal-Earth Press, 1994.

Kamis, 05 Juli 2012

Mengenakan Cinta

Suatu jiwa
yang tak mengenakan Cinta
pantas malu akan keberadaannya sendiri.

Mabuklah dengan Cinta
karena semua yang meng-ada
itu perwujudan Cinta.

Tanpa memberi dan menerima Cinta
tak akan  Sang Kekasih menerimamu.

Mereka bertanya, "Apakah itu
yang disebut Cinta?"

Jawablah, "Menanggalkan kehendak bebas."

Orang yang bersandar pada kehendak-bebas,
terikat kepadanya.

Sang pencinta sejati bersikap
layaknya dia seorang raja:
ke dua semesta berserakan di sekitarnya
tapi tak diperdulikannya sedikit pun.

Hanya Sang Kekasih dan pencinta-Nya
yang bertahan, tak kenal akhir.

Jangan tetapkan hatimu
pada sesuatu yang lain;
yang lain-lain itu hanya wujud pinjaman.

Sampai kapan engkau betah
memeluk kekasih yang mati.
Peluklah yang Maha Hidup,
yang tak mungkin terliputi oleh sesuatu pun.

Semua tanaman yang berkembang di musim semi
akan luruh di musim gugur;
tapi kebun mawar Sang Kekasih
tak bergantung pada tibanya musim semi.

Duri ikut berkembang
bersama mekarnya mawar di musim semi.

Tak ada raza lezat anggur
yang sepi dari sakit kepala sesudahnya.

Di jalan ini, jangan puas hanya jadi seorang pengamat;
demi Allah, tak ada kematian yang lebih buruk
daripada angan-angan kosong.

Tetapkan hatimu
hanya menghendaki mata-uang emas murni,
jika engkau bukan manusia palsu.

Dengarkan dan pahami hikmah mendalam ini,
jika engkau bukan pemakai anting.

Jangan gemetar,
ketika engkau di atas tungganganmu,
yaitu ragamu,
tapi bergeraklah dengan gesit.

Rabb memberi kemampuan terbang
kepada jiwa yang tak lagi terikat pada raganya.

Jangan ragu sedikit pun,
jernihkan hatimu,
sampai sejernih permukaan cermin,
yang tiada disitu,
satu pun imaji dan gambaran.

Ketika qalb bersih dari semua imaji;
seluruh imaji dapat terliput di dalamnya.

Ketika wajah qalb jernih dari noda
baru lah engkau tak lagi merasa malu.

Jika kau ingin cermin-qalb-mu jernih,
maka tataplah dirimu sendiri di dalamnya;
dan pandanglah sejatinya keadaan dirimu,
yang ditampilkannya tanpa takut atau malu.

Permukaan logam dapat digosok
hingga berkilau bagai cermin.

Renungkanlah, apa yang diperlukan
 
qalb
agar dapat jernih berkilau?

Tak seperti cermin dari logam
kilau cermin qalb itu menyimpan
berbagai rahasia.


Catatan:
"Lalu dia termasuk yang beriman dan saling berpesan untuk
bersabar dan saling berpesan untuk berkasih-sayang."

(QS Al-Balad [90]: 17)


Sumber:
Rumi: Divan-i Syamsi Tabriz, ghazal no 455
Terjemahan ke Bahasa Inggris oleh Nicholson,
diberinya urutan N13.

Terdapat pada terjemahan Kabir Helminski,
"Love is a Stranger," Threshold Books, 1993.

Juga terdapat pada terjemahan A.J. Arberry,
"Mystical Poems of Rumi 1,"
University of Chicago Press, 1991.


Minggu, 01 Juli 2012

Selalulah Engkau Berharap

Terkait makanan jasmaniah:
jika terlalu sedikit engkau makan,
engkau tetap lapar seperti gagak,
mudah marah dan kurang darah;
tapi jika kau terlalu banyak makan,
pencernaanmu terganggu.

Santaplah hidangan dari Rabb
yang paling mudah engkau cerna,
layarkanlah dirimu bagaikan bahtera
yang mengarungi samudera jiwa.

Bersabarlah dan teguhlah berpuasa:
selalulah kau berharap 
akan hidangan dari Rabb.

Karena Rabb yang Maha Rahman 
dan Maha Pengharap
memberikan anugerah 
kepada mereka yang penuh-harap.

Mereka yang lambungnya penuh
tak pernah berharap-harap cemas
menanti datangnya makanan;
sebaliknya mereka yang lapar,
selalu bertanya, "kapankah datangnya..?"
berharap sambil lapar, membuat waspada.

Tanpa engkau selalu penuh harap,
limpahan anugerah takkan pernah menyapamu.


Sumber:
Rumi: Matsnavi V: 1746 - 1753.
Terjemahan ke Bahasa Inggris oleh Nicholson.

Senin, 25 Juni 2012

Bantuan Berupa Penundaan


Tak terhitung banyaknya hamba yang taat,
menjerit dalam do'a,
sehingga kabut ketulusan membubung ke langit.

Dan dari rintihan penyesalan dosa,
naik wewangian melampaui atap langit.

Sehingga para malaikat yang patuh memohon
kepada Rabb, seraya berkata,
"Wahai Engkau yang menjawab semua do'a
wahai Engkau yang perlindungannya didambakan,

Seorang hamba-Mu yang taat tengah memohon
dengan berendah hati,
tak digantungkannya harapan
kecuali kepada-Mu.

Engkau Sang Penganugerah limpahan
bahkan kepada mereka yang asing pada-Mu,
setiap pendamba memperoleh dambaannya dari-Mu."

Rabb bersabda, "Bukanlah karena dia tercela,
sehingga anugerah-Ku baginya ditunda:
penundaan itu adalah sebuah bantuan.

Kebutuhannya membawa dia
dari kelalaiannya kepada-Ku,
terseok-seok merayap dia ke jalan-Ku.

Seandainya langsung Ku-penuhi keperluannya,
segera dia berbalik: tenggelam kembali
dalam permainan hidupnya.

Walaupun dia merintih,
dari kedalaman jiwanya:
'Wahai Rabb, Sang Maha Pelindung;'
biarlah dia menangis
dengan hati patah dan dada terluka.

Aku senang mendengar rintihannya:
'Wahai Rabb,'
dan do'a yang dia rahasiakan.

Dan bagaimana dalam permohonan
dan beralasan kepada-Ku,
akan dia ajukan aneka bujukan,
bahkan coba memperdaya dan memaksa."

Orang memasukkan burung nuri dan bulbul
ke dalam kandang yang bagus,
untuk mendengar keindahan suara
dan nyanyian mereka.

Itu tak dilakukan orang
terhadap burung hantu atau gagak.

Atau, seperti kisah dua orang 

yang pergi menemui seorang pembuat roti:
yang pertama seorang yang tua dan buruk-rupa,
yang ke dua seorang pemuda tampan,
yang cemerlang wajahnya disukai sang tukang roti.  [1]

Ke duanya meminta roti,
Sang tukang roti segera memberi si tua buruk-rupa
sepotong roti tak-beragi,
lalu langsung menyuruh dia pergi.

Tapi apakah dia akan juga segera memberi roti
pada sang pemuda; yang ketampanan
dan kecemerlangannya dia sukai?
Tidak! Dia akan menahannya.

Dia akan berkata, "duduklah sebentar,
kau takkan rugi sedikit pun,
roti segar yang baru tengah dibakar."

Lalu, ketika sudah matang,
dan roti panas-segar dihidangkan kepadanya,
sang tukang roti akan berkata,
"tunggulah sebentar lagi,
halwa
 segera dihidangkan."

Begitulah dia suka menahan sang pemuda,
dan secara tersembunyi menjadikan sang pemuda
sasaran perhatiannya.

Seakan berkata, "Aku punya urusan penting
yang perlu kita bicarakan, karena itu
tunggulah sebentar, wahai wajah cemerlang."

Ketahuilah dengan yakin,
inilah sebab mengapa mereka yang beriman,
menjumpai berbagai kekecewaan
ketika memohonkan kebaikan
dan menghindari kejahatan.


Catatan:
[1]  Menyatakan perbedaan keadaan orang berdosa
dengan orang bertakwa.


Sumber:
Rumi: Matsnavi VI: 4217 - 4237
Terjemahan ke Bahasa Inggris oleh Nicholson.

Minggu, 24 Juni 2012

Dan Tetaplah Engkau Sadar


Wahai Sana'i,                             [1]
Jika tak kau temukan satu pun sahabat,
Jadilah sahabat bagi dirimu sendiri.

Di alam dunia ini,
tempat dari bermacam manusia
dan beragam tugas,
jadilah pelaksana dari tugasmu sendiri.

Setiap pengikut dari karavan ini,
mencuri perbekalannya sendiri--
waspadai dan jagalah bekalmu.   [2]  

Sebagian besar orang berjual-beli
keidahan dan cinta palsu--
lewati ke dua sungai kering ini,
dan jadikan dirimu sungai yang deras mengalir.

Jika ada kawan yang menarik tanganmu
ke arah hal yang tak berarti,
segera tarik tanganmu
dan jadikan dirimu seorang penolong
bagi dirimu sendiri.                    

Ciptaan-ciptaan yang cantik ini,
bagaikan lukisan indah pada kanvas,
menghijab aneka keindahan qalb,
sibakkan hijab dan masuklah,
hadirlah bersama Sang Kekasih.

Hadirlah bersama Sang Kekasih,
jadilah insan berakal-sejati,
naiklah mengatasi ke dua alam,
tempatilah semestamu sendiri.

Bertolaklah:
jangan terbujuk anggur takabur--
tataplah cemerlangnya Wajah itu,
dan tetaplah engkau sadar
akan (kehambaan) dirimu sendiri.


Catatan:
[1]   Hakim Sana'i, seorang sufi bijak termasyhur.
Saling menasehati diantara para awliya umumnya ditujukan
untuk memberi pengajaran kepada murid-murid mereka.

[2]   Sadar atau tidak, setiap kita berada dalam karavan
menuju kematian. Masing-masing kita, setiap saat,
mengambil dari jatah bekal kita sendiri; misalnya umur.



Sumber:
Rumi: Divan-i Syamsi Tabriz, ghazal no. 1244
Berdasarkan terjemahan William C. Chittick,
pada The Sufi Path of Love,
SUNY Press, Albany, 1983.

Jumat, 22 Juni 2012

Rumah Sangat Sesak


Alam dunia ini seperti kamar-mandi uap,
sangat panas:
engkau tertekan,
dan jiwamu bagai meleleh rasanya.

Walau engkau diberi kamar mandi yang luas,
jiwamu tetap tertekan dan lelah
karena panasnya.

Hatimu takkan pernah lega,
sampai engkau bisa keluar:
ukuran ruang kamar mandi itu
sama sekali tak memberimu manfaat.

Atau, (dalam alam dunia ini)
engkau seperti memakai sepatu
yang terlalu sempit,
lalu disuruh berjalan di gurun.

Luasnya gurun malahan menjengkellkan,
dan menyempitkan hatimu,
gurun dan padang
bagaikan penjara untukmu.

Orang yang hanya sepintas memandangmu,
akan berkata, "dia riang dan gembira,
bagaikan bunga mekar, di tengah gurun."

Tak diketahuinya tentang kondisi
sebenarnya dirimu:
alih-alih seperti tengah di taman mawar,
jiwamu menderita.

Tidur yang benar itu seperti 
kau lepaskan sepatu sempitmu, 
karena jiwamu bebas dari raga, 
walau hanya sesaat.

Sedangkan bagi pawa awliya,
tidur mereka megah bagaikan sebuah kerajaan,
mereka seperti ashabul-kahfi
dalam gua alam-dunia ini.

Mereka tertidur dan fana',
itu bukan tidur biasa seperti kita alami;
mereka bertolak ke ketiadaan,
melalui pintu yang tak-kasat mata.

Ragamu itu bagaikan sebuah rumah

yang sangat sempit,
dan jiwa merasa sesak di dalamnya.
Rabb
 menghancurkannya, 
agar Dia membangun istana megah untukmu.

Jiwa sesak bagai janin dalam rahim:
ketika telah sembilan bulan usianya,
keluar dari situ jadi mendesak;

Tapi sampai rasa mulas mau melahirkan
telah sepenuhnya menguasai sang ibu,
apakah yang janin dapat lakukan?

Di dalam penjara raga, 
jiwa bagaikan di tengah api bernyala.
Bagi jiwa, raga itu bagaikan sang ibu
yang mempertaruhkan nyawa 
untuk melahirkannya keluar.

Sehingga seperti terlahir
seekor anak domba dari sang induk,
yang segera merumput di padang hijau. 

Majulah:
telah tiba saatnya gerbang terbuka,
masa dimulainya penggembalaan
sang anak domba.

Melahirkan, itu perjuangan berat
bagi sang ibu;
sementara bagi sang bayi,
itu artinya terbebas dari penjara.

Sang ibu merintih ketika melahirkan,
mencari tempat berlindung;
sementara sang bayi menyambut
saat pembebasannya.

Beragam bentuk tubuh ibu 
yang terdapat di bawah matahari:
mineral, nabatiah atau hewaniyah,

Setiap mereka abai akan sakit-perih
yang dialami pihak-pihak lain;
kecuali insan pemilik furqan,
dan kesejatian.

Orang bodoh tak mengerti
apa yang tengah terjadi di rumahnya sendiri;
orang bijak paham apa yang sedang terjadi
di rumah orang lain.

Apa-apa yang pemilik qalb pahami
tentang keadaan dirimu,
seringkali tak engkau mengerti.


Sumber:
Rumi: Matsnavi  III: 3545 - 3565,
Terjemahan ke Bahasa Inggris oleh Nicholson.

Jumat, 20 April 2012

Hijab Mencengangkan

Bagi seorang nabi,
alam-dunia ini senantiasa bertasbih
dengan memuji asma-Nya;
sementara kita menganggapnya dungu tak berarah.

Dalam penglihatannya,
alam-dunia ini berlimpah cinta;
sementara yang lain berpendapat ia beku dan mati.

Dalam penglihatannya,
lembah dan gunung bergerak dengan lembut:
di dengarnya percakapan lirih
antara tanah dan batu.

Bagi mereka yang bodoh,
alam dunia ini seperti benda mati,
diam, tak bergerak.

Sungguh tak pernah kudapati
suatu hijab membutakan,
yang lebih mencengangkan daripada hal ini.





Sumber:
Rumi: Matsnavi  IV: 3532 - 3535
Terjemahan ke Bahasa Inggris oleh Camille dan
Kabir Helminski dalam Rumi: Jewels of Remembrance,
Threshold Books, 1996.
Berdasarkan terjemahan dari Bahasa Persia
oleh Yahya Monastra.


Senin, 26 Maret 2012

Musuhku Diriku Sendiri

Bukanlah aku,
seperti seekor singa perkasa,
mampu tundukkan musuh-musuhku.

Jika ku dapat
tundukkan diriku sendiri,
cukuplah itu bagiku.

Sungguhpun aku,
serendah-hitam tanah,
karena yang kurawat
adalah sebutir bibit
bernama Cinta,
kan kutumbuh-kembangkan
bunga lily putih di padang rumput.

Ketika aku dalam gelap gulita
merintihkan perpisahan,
selalu ku yakin
aku akan menembus,
menebarkan cahaya,
di tengah gelapnya malam.

Ada api bernyala dalam diriku,
walau ragaku pucat dan lusuh.

Karena aku akan membubung naik,
bagai asap,
keluar menembus penjaraku.

Aku seorang anak kecil,
guruku adalah Cinta,
tentu guruku takkan biarkan
ku tumbuh jadi seorang bodoh.

Sumber:
Rumi: Divan-i Syamsi Tabriz, ghazal 1523.
Terjemahan ke Bahasa Inggris oleh
Nader Khalili,
dalam
Rumi: Fountain of Fire,
Burning Gate Press, 1994.
 

Sabtu, 24 Maret 2012

Yang Berubah dan Yang Tetap


Pandanglah semua makhluk
layaknya air yang murni dan jernih,
yang di dalamnya terpantul
sifat-sifat dari Sang Maha Agung.

Pengetahuan, keadilan, kebaikan mereka,
semuanya bagaikan bintang-bintang di langit
terpantul di aliran air.

Para raja adalah tempat termanifestasikannya
ke-maha-kuasa-an Tuhan;
para ulama sejati,
ke-maha-ilmu-an-Nya.

Bergenerasi umat manusia telah berlalu,
Bumi kini dihuni generasimu.
Bulannya tetap Sang Rembulan yang sama,
tapi air yang kini mengalir, berbeda.

Keadilannya tetap keadilan yang sama,
pelajarannya juga tetap, tapi orang dan bangsa-bangsanya, telah berubah.

Wahai kawan,
generasi demi generasi telah berlalu,
tapi makna-makna Kesejatian itu tetap
dan abadi.

Air pada arus yang mengalir
telah berulang-kali berubah,
tapi di langit, tetaplah itu bulan dan bintang-bintang
yang sama.

Semua bentuk-bentuk yang kau pandang        [1]
adalah refleksi pada air arus yang mengalir;
ketika kau gosok hijab pada penglihatanmu
dan
bashirah-mu mengambil alih:
sesungguhnya semua adalah
wajah
-Nya.       [2]



Catatan:
[1]  
“... maka lihatlah sekali lagi, adakah kau lihat sesuatu yang cacat.
Kemudian ulangi pandanganmu sekali lagi, niscaya pandanganmu akan kembali padamu tanpa menemukan cacat, dan pandanganmu itu dalam keadaan yang letih.”
(QS Al Mulk [67]: 3 - 4).

[2]  
“Segala sesuatu atasnya, fana’. Dan baqa-lah wajah Tuhanmu Sang pemilik Kebesaran dan Kemuliaan.” (QS ar-Rahmaan [55]: 26 - 27).
Sumber:
Rumi: Matsnavi  VI: 3172 - 78,  83.
Terjemahan ke Bahasa Inggris oleh
William C. Chittick,
dalam
The Sufi Path of Love - The Spiritua Teachings of Rumi,
SUNY, Albany, 1983.

Jumat, 09 Maret 2012

Terjerat Kerumitan


Kita kecanduan diskusi rumit,
dan gemar mengatasi masalah.

Bolak-balik kita membuat simpul
lalu mengurainya kembali.

Terus menerus kita membuat aturan
tentang cara menampilkan kesulitan,
dan untuk menjawab aneka pertanyaan
yang diajukan.

Kita seperti burung
yang melonggarkan jerat
lalu mengencangkannya kembali
dalam rangka meningkatkan ketrampilan.

Sehingga hilang kesempatan terbang
jelajahi medan terbuka;
sehingga hilang kesempatan kunjungi
padang rumput,
habis umur sibuk dengan simpul.

Tetap saja buhul-jerat tak terkuasai,
walau sayap burung berkali-kali patah.

Simpul-jerat tak untuk dilawan,
jaga agar sayapmu tak patah.

Jangan rusak bulu pelindungmu
hanya sekedar untuk tunjukkan pada dunia,
betapa hebatnya usahamu.


Sumber:
Rumi: Matsnavi  II: 3733 - 3738
versi Camille dan Kabir Helminski
dalam Rumi: Daylight, Threshold Books, 1994
Transliterasi dari Bahasa Persia oleh
Yahya Monastra.


Jumat, 02 Maret 2012

Ketika Seekor Domba Melompat


Ketika seekor dari kawanan domba
melompat melintasi kali,
domba-domba lain segera menyusulnya.

Gembalakanlah kawanan dombamu:
indera-inderamu,
ke padang rumput yang tepat.

Beri mereka makanan
dari padang rumput yang ditunjukkan
oleh ayat, "dan yang telah menumbuhkan
rerumputan;"                                   
[1]

Sehingga mereka menikmati hijauan
dan bunga dari padang rumput itu,
lalu dipandu ke padang gembalaan ke-Sejati-an.

Sehingga setiap inderamu
menjadi nabi bagi indera-indera lainnya;
dan memandu semua inderamu ke al-Jannah.

Catatan:
[1]  QS Al A'Laa [87]: 4.

Sumber:
Rumi: Matsnavi  II: 3242 - 3245
Terjemahan ke Bahasa Inggris oleh Camille
dan Kabir Helminski, dalam Rumi: Daylight,
Threshold Books, 1994.
Berdasarkan terjemahan dari Bahasa Persia
oleh Yahya Monastra.

Sabtu, 18 Februari 2012

Di Lembah Cinta


Tengah malam,
aku bertanya, siapa ini yang ada
di dalam rumah qalb-ku?


Dia menjawab, Inilah Aku,
yang cemerlangnya membuat matahari dan
rembulan jadi tertunduk malu.


Dia bertanya, Mengapa rumah ini penuh
dengan aneka macam lukisan?


Aku menjawab,
Ini semua adalah bayangan dari-Mu,
wahai Engkau yang wajah-Mu membuat
iri warga Chigil.
                              [1]

Dia bertanya, Dan apa ini:
qalb yang berdarah-darah?


Aku menjawab,
Ini adalah gambaran diriku:
hati terluka, dan kaki dalam lumpur.

Kuikat leher dari jiwaku,
dan menyeretnya kehadapan-Nya sebagai persembahan:
Inilah dia yang telah berkali-kali memunggungi Cinta,
kali ini jangalah Kau lepaskan.


Dia serahkan satu ujung tali,
ujung yang penuh kecurangan dan pengkhianatan,
Peganglah ujung yang ini,
Aku kan menghela dari ujung yang lain,
mari berharap tali ini tidak putus.


Kuraih tangan-Nya, Dia menepisku,
seraya berkata, Lepaskan!

Aku bertanya,
Mengapa Engkau bersikap
keras padaku?


Dia menjawab, Ketahuilah, sikap keras-Ku
demi tujuan yang baik bagimu,
bukan karena niat-buruk atau jahat.

Ini untuk memperingatkanmu,
barangsiapa masuk kesini dan berkata,
'Inilah Aku!'
maka Aku akan memukul dahinya;

karena ini adalah Lembah Cinta,
bukan kandang hewan.


Salahuddiin,                                              [2]
sungguh keelokan wajah sejatimu
indahnya bagaikan sosok Tamu di tengah malam itu;

kawan-kawan gosok matamu,
dan tataplah dia dengan pandangan qalb-mu,
dengan bashirah-mu.

Catatan:
[1]  Daerah Chigil di Turkesta terkenal dengan
keelokan wajah warganya.

[2]  Salahuddiin Zarkub, salah satu sahabat Mawlana Rumi,
belakangan berkembang menjadi sosok inspirasi ruhaniyah baginya;
yaitu setelah Mawlana Rumi menerima bahwa Syamsuddin at-Tabriz
yang menghilang dan lama dirindukannya, telah wafat.

Menurut Sultan Valad, salah satu putra Rumi, tentang Salahuddin ini,
Rumi menyatakan:
Syamsuddin yang selalu kita bicarakan
telah kembali pada kita! Mengapa kita masih tertidur?
Bersalinlah kalian dengan baju baru, dia telah kembali
menunjukkan dan memamerkan keindahannya.

(Dari karya Franklin D. Lewis: Rumi, Past, Present, East and West, Oneworld Publications, 2000).

Sumber:
Rumi:
 Divan-i Syamsi Tabriz, ghazal 1335
Terjemahan ke Bahasa Inggris oleh A.J. Arberry
dalam
 Mystical Poems of Rumi 1, The University of Chicagi Press, 1968.

Kamis, 16 Februari 2012

Kembalilah ke Langit

Setiap saat,
sebuah seruan dari langit
menyapa inti jiwa sang lelaki pencari:
Sampai kapan engkau melekat ke bumi,
seperti buih. Naiklah ke langit!


Mereka yang jiwanya berat
tetap lekat menempel bagai buih;
hanya jika termurnikan
ia dapat mengalir ke atas.

Jika kau tak terus-menerus
mengaduk tanah-liatmu,
airmu akan perlahan menjernih,
dan buihmu tercahayai,
maka sakitmu terobati.

Seperti obor,
hanya lebih banyak asapnya
daripada apinya,
asapnya menyebar kesana kemari,
sehingga ruang di dalam jasmani,
tempat jiwa terpenjara,
tak lagi bersinar.

Jika kau hilangkan asapnya

kau dapat nikmati kembali
nyala api obor;
tempatmu di semesta ini
dan semesta-semesta mendatang
akan terterangi oleh cahayamu itu.

Jika kau menatap pada air keruh,
tak kelihatan disitu rembulan atau langit;
matahari dan rembulan menghilang
ketika kegelapan menyelimuti udara.

Dari utara angin bertiup
menyibak udara hingga jernih;
datangnya pada fajar hari,
usapannya melapangkan dada.

Tiupan ruhaniyah melegakan dada
menyingkirkan semua kesedihan;
biarkanlah nafas berhenti barang sejenak,
agar fana' menggenggam,
jiwa lebur dalam ketiadaan.

Sang Jiwa,
warga asing pendatang di bumi ini,
selalu rindu pada semesta ketiadaan;
sambil heran mendapati jiwa hewaniyah
begitu senang merumput di padang alam dunia.

Wahai Jiwa murni yang mulia,
sampai kapan kau tinggal disini?

Engkaulah elang Sang Raja,
kembalilah: penuhi isyarat panggilan
Sang Penguasa.

Sumber:
Rumi: Divan-i Syamsi Tabriz, Ghazal 26.
Terjemahan ke Bahasa Inggris oleh A.J. Arbery
dalam Mystical Poems of Rumi 1,
The University of Chicago Press, 1968.

Rabu, 15 Februari 2012

Jebakan Melekat



Tidakkah kau ingin bergabung

bersama sepuluh sahabat Nabi
yang telah menerima kabar gembira;
mereka yang telah disucikan
bagai emas murni.                         [1]

Dalam persaudaraan ditemukan kesempurnaan,
karena seorang lelaki itu satu kesatuan
dengan sahabat-sahabatnya.

Mereka akan bersama di alam ini
dan di alam-alam berikutnya;
inilah yang dimaksud dalam hadits dari
Musthapa yang berakhlak sempurna.

(Ketika Beliau berkata) "Seorang lelaki itu
bersama dengan orang yang dicintainya:"

qalb itu tak terpisahkan dari sasaran cintanya.

Jangan mau tinggal di tempat yang ada umpan
dan jebakannya: wahai mereka yang memandang
orang lain hanya sebagai korban yang lemah;
perhatikanlah, bagaimana kesudahan para
pemangsa manusia.

Wahai mereka yang hanya bisa melihat
kelemahan dari orang-orang lemah:
mereka yang bergantung pada kebaikanmu;
ketahuilah ada tangan lain di atas tanganmu.

Sungguh dungu,
jika kau pandang orang lain lemah,
padahal sebenarnya kau sendiri juga lemah.

Kau pandang dirimu seorang pemburu,
sementara, pada saat yang sama,
sebenarnya kau juga buruan.

Jangan sampai kau tergolong orang
yang dinyatakan dalam ayat,
"... Kami taruh dimuka mereka dinding,
dan di belakang mereka dinding ..." 
    [2]
sehingga tak bisa kau lihat musuh,
walaupun musuhmu itu nyata.

Kerakusan ketika berburu
sering membuat orang tak waspada,
tak sadar dirinya berbalik jadi buruan:
saat mencoba memenangkan hati orang banyak
malahan dia kehilangan qalb-nya sendiri.

Dalam pencarianmu,
jangan sampai engkau lebih bodoh
daripada burung: bahkan seekor pipit pun
selalu menengok pada apa-apa yang ada
"...di hadapan dan di belakangnya..."   [3]

Saat ia menghampiri umpan,
berkali-kali ditengoknya ke muka
dan ke belakang.

(Seolah berkata) "Apakah ada pemburu tengah
mengintai, dari depan atau belakangku?
Apakah biji ini aman kumakan sekarang?"

Tidakkah kau pelajari kisah-kisah lampau
tentang akhir cerita mereka yang jahat;
tidakkah kau juga lihat di hadapanmu ,
kematian akan mendatangi sahabat dan kerabatmu?

Semua akah musnah,
tanpa Rabb perlu menggunakan alat apa pun:
Dia dekat kepadamu dimana pun engkau berada.

Jika Rabb menurunkan siksaan pada yang jahat,
Dia tak memerlukan alat: sadarilah Rabb
mengadili tanpa perlu bantuan sedikit pun.

Orang yang dulu mengejek
"Jika Tuhan itu ada, maka dimanakah Dia"
akan bersaksi akan adanya Dia,
ketika menjalani siksa.

Orang yang berkata,
"Ini hanyalah khayalan dan sihir,"
akan menangis sambil merintih,
"Wahai Engkau yang Maha Dekat!"

Setiap orang ingin terhindar dari jebakan;
tapi jarang yang menyadari bahwa jebakan itu
melekat kepada semua hal yang berlebihan.

Patahkanlah pasak jebakan itu:
hindarilah pahitnya derita karena
memperturutkan hawa-nafsumu.

Telah kujelaskan kunci persoalan
sesuai dengan tingkat pengertianmu:
pahamilah dalam-dalam, dan jangan
pernah kau palingkan lagi wajahmu
dari Jalan Pertaubatan.

Putuskanlah tali jebakannya,
yaitu rakus dan iri-dengki: ingatlah
ayat, "pada lehernya ada tali dari sabut."


Catatan:
[1]  Para sahabat Nabi yang telah menerima kabar
dari Allah tentang tempat mereka dalam al-Jannah.

[2]  QS YaaSiin [36]: 9.

[3]  QS Al Baqarah [2]: 255.

[4]  QS Al Lahab [111]: 5.



Sumber:
Rumi: Matsnavi V: 744 - 764
Terjemahan ke Bahasa Inggris oleh Nicholson.